Minggu, 18 Mei 2025

JANGAN LAMBAT..! Kena Tarif Trump, Indonesia Buka Peluang Dagang Baru dengan BRICS dan Uni Eropa

JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan sejumlah peluang pasar baru yang akan dijajaki Indonesia untuk perdagangan setelah adanya tarif timbal balik dari Amerika Serikat (AS). Salah satunya adalah negara-negara anggota kerja sama ekonomi BRICS.

“Indonesia baru masuk menjadi BRICS dan ini juga menjadi akses pasar yang baru dan juga aksesi Indonesia di dalam CPTPP (Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik),” ujar Airlangga dalam keterangan pers secara daring dari Washington DC, Jumat (25/4/2025).

“Nah itu akan membuka pasar baru, baik itu UK, kemudian Meksiko, dan beberapa negara Latin Amerika lain,” katanya.

Selain itu, Indonesia, menurutnya, bakal segera menyelesaikan kerja sama IEU-CEPA (Comprehensive Economic Partnership Agreement). Dengan demikian, pasar perdagangan dengan Eropa juga terbuka untuk Indonesia.

“Kami sudah berkomunikasi dengan komisioner di IEU-CEPA dan mereka pada prinsipnya sekarang sangat terbuka dan sangat ingin agar IEU-CEPA ini segera diselesaikan,” ungkap Airlangga.

Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, dalam kesempatan yang sama, Menkeu Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa Indonesia perlu menganalisis lebih lanjut sejumlah peluang pasar dagang baru.

Menurut Sri Mulyani, Indonesia masih kompetitif untuk menjalin perdagangan dengan mitra dagang baru.

“Kita terus melakukan analisis bersama dengan tim Pak Menko dan yang lain. Secara analitik kita bisa mengidentifikasi beberapa dari komunitas Indonesia yang memiliki reveal comparative advantage,” ungkap Sri Mulyani.

“Itu biasanya secara teoretis dari perdagangan internasional menggambarkan bahwa komunitas yang memiliki reveal comparative advantage di atas satu itu berarti Indonesia relatif memiliki kemampuan kompetitif,” tambahnya.

Sebagaimana diketahui, Presiden AS Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif resiprokal pada 2 April 2025. Indonesia termasuk dalam daftar negara terdampak, dengan tarif impor yang naik hingga 32 persen. Beberapa negara merespons dengan retaliasi. China, misalnya, memilih jalur balasan tarif. Namun, Indonesia bersama sejumlah negara lain memilih menempuh jalur negosiasi.

AS kemudian menunda penerapan tarif resiprokal selama 90 hari bagi negara yang tidak melakukan retaliasi, termasuk Indonesia. Meski begitu, tarif dasar universal sebesar 10 persen tetap berlaku. (Web Warouw)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru