JAKARTA – Juru bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) dr Mohammad Syahril melaporkan tren peningkatan kasus gagal ginjal akut misterius di Indonesia. Per Rabu (26/10/2022), tercatat ada sebanyak 269 kasus yang tersebar di 27 provinsi Indonesia. Sebanyak 157 di antaranya dilaporkan meninggal dunia.
“Pada tanggal 24 Oktober lalu, ada 241 kasus sehingga ada kenaikan 18 kasus. Namun kami ingin sampaikan, dari 18 kasus ini yang betul-betul baru setelah tanggal 24 atau setelah surat edaran dari Kemenkes untuk melarang obat itu hanya 3 kasus. Sementara yang 15 adalah kasus yang baru dilaporkan yang terjadi pada akhir September sampai pertengahan Oktober,” ucap dr Syahril.
Sebelumnya, pihak Kemenkes RI menyimpulkan salah satu penyebab gagal ginjal akut misterius yang menyerang anak-anak di RI adalah toksisitas dari zat berbahaya etilen glikol.
“Kandungan etilen glikol itu seharusnya tidak ada di obat. Tapi ini jadi cemaran pelarut di dalam obat. Makanya jadi toksik ke ginjal anak,” kata juru bicara Kemenkes Syahril dalam konferensi pers, Selasa (25/10).
Tanggapan Siti Fadilah
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, sementara itu, Mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari menduga kemungkinan lain di balik penyebab gagal ginjal akut misterius Indonesia, yang menewaskan lebih dari 140 anak. Menurutnya, selain obat, ada baiknya infeksi virus dan Multisystem Inflammatory Syndrome in Children (MIS-C) tidak dikesampingkan sebagai hal yang bisa menjadi pemicu 255 anak terkena gagal ginjal akut.
“Tapi pemerintah sudah mengatakan pasti karena ini (keracunan obat), nah itu kurang betul, tidak bisa begitu, harusnya kita cermati, kita kumpulkan orang-orang, ahli penyebabnya apa saja,” tutur dia dalam sesi bincang online Gelora TV, Kamis (26/10/2022).
“Karena tidak diumumkan berapa persen dari 200-an sekian itu yang betul-betul karena minum obat sirup atau berapa persen kaitannya dengan yang lain. Karena ada beberapa hal yang bisa mengakibatkan gagal ginjal akut,” sambung dia,
Pertama, tentu karena cemaran EG dan DEG, tetapi munculnya infeksi biasa atau luar biasa juga disebut Siti perlu dianalisis. Terlebih, jika laporan kematian anak gagal ginjal akut misterius relatif tinggi bahkan melampaui 50 persen.
“Misalnya bakteri virus dsb dimana angka kematiannya memang ada dan sekarang itu meningkat 5 kali lipat,” beber Siti.
Siti juga menuding infeksi gagal ginjal akut misterius bisa saja berkaitan dengan penggunaan vaksinasi COVID-19 hingga vaksinasi booster, atau adanya long COVID-19 yang diyakininya bisa memicu gangguan masalah kesehatan.
“Dan nomer ketiga karena MIS-C, nah ini perpanjangan long COVID sehingga terjadi injury-injury. Keempat ada kemungkinan lagi dianggap tabu, ada hubungannya dengan vaksin COVID-19 atau booster yang diberikan, biasanya memang wajar kalau dirasa yang langsung,” sambung dia.
Terpisah, juru bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril sempat menyinggung jika infeksi gagal ginjal akut misterius tidak berkaitan dengan vaksinasi COVID-19 maupun infeksi COVID-19. Pasalnya, banyak anak balita yang dilaporkan terkena, berada di usia lima tahun ke bawah.
Periode usia tersebut belum bisa menerima vaksinasi COVID-19. Pemerintah dalam hal ini Kemenkes RI juga sempat menganalisis temuan kemungkinan penyebab lain seperti infeksi, tetapi persentasenya terbilang lebih kecil dibandingkan laporan cemaran EG dan DEG. (Web Warouw)