JAKARTA – Chief Investment Officer (CIO) Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara Indonesia) Pandu Sjahrir menginginkan 889 perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bawah satu komando Danantara Indonesia.
“Saya kasih contoh seperti yang sekarang full time saya kerjakan. Di Danantara ini sekarang semua 889 perusahaan sedang kita fokus untuk bisa menjadi semacam satu komando, tidak lagi hanya melihat ‘urusan saya (sendiri)’, (tapi) bagaimana bisa kita saling kerja sama,” ujar Pandu dalam Forum Ekonomi & Keuangan Digital oleh Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech) dikutip Bergelora.com di Jakarta Sabtu (5/7/2025).
Ia mengatakan, dengan satu komando di bawah Danantara Indonesia, akan mempermudah konsolidasi dan kerja sama, sebagai upaya bersama mencapai target pertumbuhan sebesar 8 persen year-on-year (yoy), sebagaimana dicanangkan Presiden Prabowo Subianto
“Salah satu keinginan yang diinginkan Pak Presiden adalah bagaimana kita semua bisa bersatu untuk bisa mencapai tujuan besar pertumbuhan ekonomi yang sustainable di angka 8 persen (yoy). Sekarang adalah waktu yang pas untuk tidak lagi hanya memikir peran kita saja, tapi memikirkan Indonesia secara keseluruhan,” ujar Pandu.
Danantara Indonesia menargetkan dapat melakukan konsolidasi bisnis dari sebanyak 889 perusahaan BUMN yang ada saat ini menjadi hanya sebanyak di bawah 200-an perusahaan.
Pasca didirikan, Danantara Indonesia telah melakukan berbagai kerja sama investasi dengan negara lain, hingga melakukan aksi korporasi dengan memberikan modal usaha bagi perusahaan BUMN.
Danantara Indonesia telah melakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dengan perusahaan Arab Saudi yaitu ACWA Power, dengan total pendanaan proyek hingga 10 miliar dollar AS atau setara Rp 162,36 triliun.
Danantara Indonesia bersama Qatar Investment Authority (QIA) telah menjalin kemitraan strategis untuk mengelola dana investasi senilai 4 miliar dollar AS yang ditujukan untuk pembangunan di Indonesia.
Dari sisi aksi korporasi, Danantara Indonesia telah memberikan pinjaman pemegang saham (shareholder loan) senilai Rp 6,65 triliun kepada PT Garuda Indonesia (Persero), Tbk. Dengan perusahaan swasta, Danantara Indonesia dan PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) bekerja sama untuk mendukung pengembangan pabrik chlor alkali – ethylene dichloride (CA-EDC) dengan investasi mencapai 800 juta dollar AS atau Rp 13 triliun.
Diandalkan Sri Mulyani Genjot Pertumbuhan
Sebelumnya, pemerintah tengah berupaya meningkatkan investasi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Salah satu sumbernya melalui Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara. Pemerintah menargetkan ekonomi dapat tumbuh 5,2 persen tahun ini. Namun, melihat realisasi pada Kuartal I yang hanya mampu tumbuh 4,87 persen, pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2025 hanya mencapai 4,7-5 persen.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pertumbuhan ekonomi bisa dikerek lebih tinggi melalui investasi karena investasi berkontribusi sekitar 28 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional. Sayangnya, pertumbuhan investasi saat ini masih lesu, terlihat dari realisasi pembentukan modal tetap bruto (PMTB) yang hanya tumbuh 2,1 persen di Kuartal I 2025. Hal ini disebabkan oleh ketidakpastian global yang membuat investor wait and see untuk menanamkan modalnya.
“Yang mungkin perlu kita waspadai pertama adalah PMTB atau investasi di Kuartal I. Itu termasuk sangat lemah dibandingkan kalau kita ingin (ekonomi) tumbuh 5 persen, biasanya investasi juga harus tumbuhnya sekitar 5 persen,” ujarnya saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Jakarta, Kamis (3/7/2025).
Menurutnya, investasi dapat digenjot dengan mengimplementasikan deregulasi atau perampingan regulasi dan pemberian insentif fiskal pada sektor-sektor prioritas. Tapi Sri Mulyani juga menekankan, pertumbuhan investasi dapat direalisasikan secara signifikan melalui BPI Danantara.
Danantara, yang merupakan lembaga pengelola investasi milik negara, harus dimaksimalkan kinerjanya untuk menarik investasi swasta. Oleh karenanya, dia berpesan agar Danantara tidak mendominasi pasar karena jika terlalu dominan justru akan menimbulkan efek crowding out, yaitu kondisi di mana keterlibatan pemerintah dapat menghambat keterlibatan swasta.
“Peranan Danantara akan sangat menentukan apakah investasi kita meningkat. Kalau investasi Danantara mampu menarik private, maka Danantara bisa menjadi katalis,” tuturnya.
Selain dari investasi baru, pertumbuhan ekonomi juga dapat digenjot melalui konsumsi rumah tangga.
Tahun Ini Kontribusi konsumsi rumah tangga ke PDB juga lebih tinggi dari investasi, yakni sekitar 55 persen. Realisasi konsumsi rumah tangga pada Kuartal I 2025 tumbuh melambat, yakni 4,89 persen. Turun dibandingkan kuartal sebelumnya maupun Kuartal I 2024 yang masing-masing mencapai 4,98 persen dan 4,91 persen. Baca juga:
Kemenkeu Klaim Utang RI Lebih Rendah Dari Banyak Negara di Dunia Turunnya konsumsi rumah tangga ini disebabkan oleh belanja pemerintah yang masih sangat rendah karena kebijakan efisiensi anggaran dan tidak adanya momen Pemilihan Umum (Pemilu) seperti Kuartal I 2024.
“Agar bisa mencapai target 2025, maka konsumsi rumah tangga harus bisa dijaga tumbuh 5 persen,” kata dia.
Untuk itu, pemerintah berupaya memberikan kebijakan fiskal dan mengendalikan inflasi agar daya beli masyarakat tetap terjaga. (Web Warouw)