JAKARTA- Presiden Jokowi pada 5 Agustus lalu mengatakan, bahwa pertumbuhan ekonomi Indoensia akan melesat pada bulan September dan puncaknya pada bulan November. Menurutnya hal ini di dasari oleh penyerapan anggaran baik APBN, APBD Propinsi maupun APBD Kota/Kabupaten. Sementara itu kebijakan Presiden Joko Widodo masih jauh dari Nawacita dan Trisakti. Padahal perintah Trisakti itu jelas : Bangun kekuatan kaum Marhaen. Demikian Sekretaris Serikat Tani nasional (STN), Binbin Firman Tresnadi mengingatkan lewat Bergelora.com di Jakarta, Senin (10/8).
“Pernyataan ini bagi saya tak lebih dan tak kurang hanya untuk menenangkan rakyat yang mulai gelisah terhadap situasi ekonomi saat ini. Jokowi hanya mengandalkan siklus tahunan yang tentunya tak akan mampu memperbaiki tarap hidup massa rakyat yang terus menurun,” ujarnya.
Menurutnya, mahalnya harga daging saat ini, ancaman gagal panen jutaan hektar sawah akibat kekeringan, disisi lain adanya larangan impor jagung untuk pakan ternak, tentunya akan menaikkan harga daging ayam dan segala turunannya di pasaran.
“Kita, disuguhi kembali dengan tontonan rakyat Indonesia makan nasi aking!” ujarnya.
Mega proyek pembangunan rel kereta, tol laut dan lainnya yang di gembar-gemborkan dengan dana pinjaman itu menurutnya juga tidak akan mampu di rasakan oleh rakyat.
“Mungkin 10-20 tahun lagi baru ada manfaatnya. Yang jelas mega proyek tersebut hanya menguntungkan imperialis dan antek-anteknya di dalam negeri,” tegasnya.
Ia menegaskan bahwa langkah darurat yang harus dilakukan oleh pemerintah jokowi ditengah keterpurukan ekonomi ini adalah memaksimalkan potensi yang dimiliki, yaitu rakyat yang banyak, tanah yang luas dan laut yang terbentang luas.
“Oleh karena itu, pastikan petani, peternak dan nelayan kita berproduksi, pastikan mereka memiliki alat produksi yang bersaing, lindungi mereka dengan undang-undang. Bangun infrastruktur untuk menunjang dua sektor tersebut,” tegasnya.
Ia mengatakan bahwa pemerintah tidak perlu kuatir dengan mengundang investor untuk masuk menanam modal di Indonesia. Menurutnya yang terpenting adalah menguatkan posisi tawar rakyat yang berdaulat terlebih dahulu.
“Percayalah, investasi akan datang dengan sendirinya, tak perlu lagi kita meminjam hutang yang di masa depan akan menjerat bangsa ini,” tegasnya. (Calvin G. Eben-Haezer)