SAMARINDA- Di awal tahun 2015, masyarakat Kalimantan Timur kembali meminta agar Presiden Joko Widodo tidak lagi memperpanjang kontrak pengeboran gas pada perusahaan TOTAL E&P Indonesie, dari Perancis di Blok Mahakam di Kabupaten Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur. Pengeboran migas di Blok Mahakam diminta untuk segera diambil alih oleh Pertamina. Demikian penegasan Sekretaris Komite Pimpinan Kota (KPK) Samarinda, Partai Rakyat Demokratik (PRD), Rahman Pardede, di Samarinda kepada Bergelora.com, Kamis (1/1).
“Presiden Jokowi jangan tergiur oleh tawaran investasi US$ 7,3 milyar yang ditawarkan Perusahan TOTAL E&P Indonesie asal Perancis dalam rangka menguasai blok mahakam kembali,” ujarnya.
Menurutnya, tarik menarik kepentingan terjadi belakangan ini karena Pihak Perusahan TOTAL E&P Indonesie semakin gencar melakukan Loby-loby agar kontrak mereka diperpanjang. Sejak tahun 2013 Wakil Presiden Senior Total E&P Asia Pasifik, Jean Marie Guillermou telah menemui Menteri ESDM Republik Indonesia, Jero Wacik dan secara terang-terangan meminta perpanjangan kontrak Blok Mahakam.
Dalam pertemuan itu, pihak TOTAL E&P Indonesie mengajukan proposal rencana investasi US$ 7,M miliar sebelum 2017 dengan hak partisipasi 30 persen kepada Pertamina, dan masa transisi pengelolaan selama 5 tahun setelah kontrak berakhir 2017.
“Perpanjangan kontrak ini sudah ditolak oleh berbagai sektor masyarakat Kalimantan Timur. Blok Mahakam harus di pergunakan untuk kepentingan nasional,” tegasnya.
PRD menurutnya mengingatkan bahwa ekonomi Indonesia yang dirancang oleh para pendiri bangsa Indonesia sudah tercantum dalam pasal 33 UUD 1945.
“Maka blok Mahakam harus dikelola oleh negara untuk memakmurkan rakyat. Sudah saatnya Blok Mahakam dikelola oleh Pertamina 100%,” tegasnya.
Di lihat dari sisi kemampuan menurutnya Pertamina sudah pasti siap dan Mampu mengelola Blok Mahakam. Terbukti pertamina kini mampu mengolah beberapa blok migas yang di pegangnya dan menjadi tempat bagi perusahaan gas dari Irak, Aljazair dan Angola untuk belajar bagaimana mengelola sumber gas.
“Sebanyak 80% pekerja di sektor migas adalah bangsa Indonesia. Sehingga tidak ada alasan Pertamina tidak mampu mengelola Blok Mahakam,” tegasnya.
Blok Migas Mahakam di Kabupaten Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur, seluas 601 hektar memiliki cadangan 12 triliun kaki kubik (TCF) gas telah memberikan keuntungan yang sangat besar pada perusahaan migas asal Perancis Total E&P Indonesie dan mitranya Inpex Corporation. Cadangan gas di Blok Mahakam jauh lebih besar dibandingkan ladang gas Tangguh di Papua yang memiliki cadangan 8 TCF.
“Saat ini saja dari Blok Mahakam yang belum maksimal dalam produksi telah, mampu menyuplai 30 persen dari total produksi gas nasional sebanyak 8.900 juta kaki kubik perhari,” ujarnya. ( Binbin F. Tresnadi)