JAKARTA- Banyak pengunjung bioskop di Blok M Square. Calon gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) ternyata antri mau menonton film berjudul ‘Istirahatlah Kata-kata’ yang mengisahkan tentang penyair Wiji (WJ) Thukul. Film yang disutradarai Anggi Noen dipuji Ahok. Menurutnya ini film digarap sangat baik, dari sisi gambar dan cerita. Ahok menganjurkan seluruh masyarakat untuk menyaksikan film tersebut.
“Wah, ini film bagus banget. Saya kira perlu ditonton banyak orang,” ujar Ahok di Blok M Square, Jakarta, Minggu (22/1) malam.
Wiji Thukul menurutnya merupakan penyair yang kritis terhadap ketidakadilan penguasa. Terutama setelah rezim Soeharto 30-an tahun memegang pemerintahan di Indonesia dan mematikan demokrasi.
Puisi-puisi Wiji lugas dan selalu diteriakkan dalam demonstrasi-demonstrasi melawan rezim.
“Apalagi kita berhubungan dengan sejarah zaman otoriter dulu dan kita bisa banyak belajar tentang keluarga juga yang mana sampai sekarang istrinya masih percaya dia akan pulang,” ucap Ahok.
Ahok memuji sosok Wiji yang menurutnya punya hati yang tulus untuk memperjuangkan demokrasi.
“Ya saya kira satu perjuangan orang yang lugu kok punya hati yang tulus menurut demokrasi, menurut saya film ini patut ditonton kita tahu sebelum jatuhnya orde baru saya liat ada sisipan cerita Wiji Thukul ini,” tutur Ahok.
Film “Istirahatlah Kata-kata” dibintangi aktor teater Garasi Gunawan Maryanto sebagai Wiji Thukul dan presenter Marissa Anita sebagai istri Wiji. Kerusuhan 27 Juli 1996 di Jakarta membuat Wiji Thukul dan beberapa aktivis pro-demokrasi ditetapkan sebagai tersangka pemicu kerusuhan.
Wiji lalu melarikan diri ke kota Pontianak. Selama hampir 8 bulan di Pontianak, Wiji tinggal berpindah-pindah rumah bahkan tinggal bersama dengan orang-orang yang sama sekali belum dia kenal.
Penyair Revolusioner
Budayawan Wibowo Arif (Jemek) menilai film ini memang penting ditonton oleh kalangan muda untuk belajar dari sejarah. Walau demikian, mantan pimpinan Jaringan Kerja Budaya (JAKER) ini menilai banyak yang belum diungkap oleh film itu.
“Penyair revolusioner, Wiji Thukul adalah salah seorang pimpinan Partai Rakyat Demokratik (PRD) yang hilang diculik oleh rezim Orde Baru sebelum Soeharto dijatuhkan mahasiswa, pemuda dan rakyat pada 21 Mei 1998. Selain Wiji Thukul, beberapa pimpinan PRD diculik dan hilang sampai saat ini adalah Herman, Bimo Petrus dan Suyat. Beberapa pimpinan PRD yang juga diculik kemudian dilepas kembali adalah Andi Arief, Nezar Patria, Aan Rusdianto, Mugianto, Faisol Reza, dan Raharjo Waluyo Jati,” jelasnya kepada Bergelora.com sebelumnya.
Kawan seperjuangan Wiji Thukul ini menjelaskan, dari bawah tanah, para pemimpin PRD ini kembali berhasil membangun kembali gerakan mahasiswa dan rakyat untuk menjatuhkan Soeharto, setelah rombongan Budiman Sudjatmiko yang ditangkap dan dipenjara setelah peristiwa 27 Juli 1996. PRD memang adalah partai yang mempelopori perlawanan terhadap Orde Baru dibawah kepemimpinan Budiman Sudjatmiko dan Petrus Hariyanto.
“Wiji Thukul adalah salah seorang penyair berasal dari Solo dan sudah terlibat sejak tahun 1980-an dalam pengorganisasian mahasiswa, pemuda dan rakyat. Ia terlibat dalam pembelaan kasus tanah perampasan tanah untuk Waduk Kedung Ombo, Jawa Tengah. Ia juga membela buruh pabrik PT Sritex yang melakukan pemogokan untuk memperbaiki kesejahtaraan buruh,” ujar Jemek yang sempat menjadi salah satu pimpinan PRD pada tahun 2000-an.
Ia berharap akan lahir penyair-penyair muda yang bisa menjadi melanjutkan perjuangan Wiji Thukul dimasa depan sesuai tuntutan jaman.
Dimana Mereka?
Tentang keberadaan Wiji Thukul, Herman dan Bimo Petrus terjadi kontroversi baik dikalangan masyarakat maupun internal PRD.
“Aku percaya Thukul, Herman dan Bimo Petrus masih hidup, tapi entah dimana. Ada beberapa orang yang seharusnya bersaksi soal ini,” ujar Andi Arief kepada Bergelora.com beberapa waktu lalu.
Hal ini pernah dikonfirmasi juga oleh seorang intelejen kepada Bergelora.com di Kalibata City, Jakarta beberapa waktu yang lalu. Orang ini juga mencoba meyakinkan bahwa si pejuang HAM, Munir masih hidup.
“Mereka semua masih hidup. Kelak mereka akan muncul. Sesuai kebutuhan negara,” ujar Anton, bukan nama sebenarnya. (Web Warouw)