TIMIKA- Seorang dokter Pegawai Tidak Tetap (PTT) yang sedang menjalankan tugas internship di Papua mengalami sakit keras diserang malaria di RS Mitra masyarakat. Pasien bernama dr. Eleonora Lasma Sinaga pasien tiba di RSUD Mimika dalam keadaan tidak sadar, kemudian di pindahkan ke RS Mitra Masyarakat.
“Keadaan umum terakhir, tidak sadar, terpasang ventilator. Keluarga sudah tiba di Mimika tadi pagi. Rencana akan di rujuk ke Jakarta memakai pesawat ambulance,” jelas seorang dokter lewat SMS yang diterima Bergelora.com Rabu (25/11) di Jakarta.
Informasi berasal dari RSUD Mimika, dr. Eloenora tiba di RSUD Mimika dalam keadaan tidak sadar, kemudian di pindahkan ke RS Mitra Masyarakat.
Dokter Eleonora Lasma Sinaga alumnus Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta tahun 2014 adalah dokter PTT di Timika, Papua terkena malaria sempat dirawat di ICU rumah sakit Chatitas, tapi kondisi memburuk. Gagal nafas tipe I, GCS 8, jatuh dalam keadaan DIC, PT-APTT memanjang, hematom subcutan mulai muncul.
Saat berita ini ditulis Kamis (26/11dikabarkan kondisi dokter tersebut membaik. Kebetulan ada konsultan tropik dari Manado pada acara malaria di Timika yang mengkonfirmasi
“Kondisi trombosit membaik aki failure dengan asidosis metabolik membaik dok, kebetulan dokter dirawat di rumah sakit Mitra Masyarakat dahulu saya bekerja di sana dok. Kabar terbaru CVP sudah mau dipasang karena faal hematologis sudah membaik,” ujarnya.
Ketua DKR Dewan Kesehatan Rakyat (DKR) Papua, Sam Awom meminta agar Presiden Joko Widodo benar-benar memperhatikan jaminan kesehatan para petugas kesehatan yang bertugas di daerah-daerah terpencil dan terisolir seperti di Papua.
“Cukup dokter Andra dan bidan Anik yang jadi korban buruknya sistim kesehatan pada petugas kesehatan. Biarlah mereka menjadi korban terakhir. Jangan lagi. Karena rakyat Papua sangat membutuhkan pertolongan dokter dan bidan,” ujarnya.
Sam Awom juga mengatakan, sebaiknya Presiden Joko Widodo segera mengevaluasi kerja Kementerian Kesehatan yang semakin merosot saat ini karena sudah pada tingkatan membahayakan petugas kesehatan.
“Kalau petugas kesehatan, dokter dan bidan saja tidak mendapatkan fasilitas kesehatan yang baik, bagaimana dengan kami, rakyat yang ada dipulau-pulau terpencil, dipegunungan dan dihutan-hutan. Jangan biarkan kami mati karena pemerintah lalai,” ujarnya kepada Bergelora.com secara terpisah, kamis (26/11) (Alexander Sitanala)