JAKARTA – China membalas kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump dengan menaikkan tarif impor AS hingga lebih dari 80 persen, Rabu (9/4/2025), tarif impor barang AS yang masuk ke China akan naik dari 34 persen menjadi 84 persen, berlaku mulai Kamis (10/4/2025) ini, menurut pengumuman Kantor Komisi Tarif Dewan Negara China.
Kenaikan tarif impor ini merupakan respons terhadap kenaikan tarif AS terbaru atas barang China hingga lebih dari 100 persen yang dimulai pada tengah malam.
Peningkatan tarif yang saling berbalas ini mengancam akan menghancurkan perdagangan antara dua ekonomi terbesar di dunia.
Menurut Kantor Perwakilan Dagang AS, AS mengekspor barang senilai 143,5 miliar dollar AS ke China pada tahun 2024, sementara mengimpor produk senilai 438,9 miliar dollar AS.
Pemerintah Trump mengumumkan kebijakan tarif baru yang menyeluruh minggu lalu, memperingatkan negara-negara lain agar tidak melakukan tindakan balasan.
Beberapa negara, termasuk Jepang, tampaknya bersedia bernegosiasi mengenai tarif, tetapi China tampaknya mengambil sikap yang lebih keras dan segera mengumumkan tarif balasan.
Setelah tanggapan awal China terhadap penerapan tarif pada 2 April 2025, Trump mengumumkan kenaikan tambahan sebesar 50 persen, sehingga total tarif impor untuk barang-barang dari China menjadi 104 persen.
“Sangat disayangkan bahwa China sebenarnya tidak ingin datang dan bernegosiasi, karena mereka adalah pelanggar terburuk dalam sistem perdagangan internasional,” kata Menteri Keuangan AS Scott Bessent kepada Fox Business setelah pengumuman terbaru China.
“Mereka memiliki ekonomi yang paling tidak seimbang dalam sejarah dunia modern, dan saya dapat memberi tahu Anda bahwa eskalasi ini merugikan mereka,” imbuh Bessent.
AS telah memberlakukan tarif impor baru terhadap China sebelum meluncurkan kebijakan perdagangan penuhnya pada April 2025.
China, bersama dengan Kanada dan Meksiko, dikenai pungutan baru pada awal masa jabatan kedua Trump sebagai bagian dari apa yang disebut pemerintah sebagai upaya untuk menghentikan fentanil memasuki AS.
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, perang dagang telah membuat investor di seluruh dunia ketakutan dengan meningkatkan kemungkinan pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat, inflasi yang lebih tinggi, dan laba perusahaan yang lebih rendah, yang memicu aksi jual signifikan di pasar saham pada April 2025. (Web Warouw)