JAKARTA- Saat ini di Indonesia sudah harus berdiri Lembaga Donor Organ serta Komite Etik Transplantasi Organ. Hal ini disampaikan Ketua Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia, Tony Samosir dalam Seminar untuk awam, dengan tema “Bagaimana Menjadi Donor Ginjal”. Acara ini diselenggarakan oleh PERNEFRI (Perhimpunan Nefrologi Indonesia), Sabtu (17/3) di Gedung Prof. Sarwono RSCM, dalam rangka peringatan Hari Ginjal Sedunia.
“Problem rendahnya jumlah donor ginjal dari non related akan bisa dikoordinir dan diawasi lebih baik. Lembaga itu akan mengurusi donor jenazah juga. Bisa mempunyai kemampuan gerak cepat dalam menyalurkan donor jenazah ke penerima organ (pasien),”Ketua Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia, Tony Samosir.
Apalagi saat ini menurutnya, Menteri Kesehatan sudah menerbitkan PERMENKES Nomor 38 Tahun 2016 tentang penyelenggaraan transplantasi organ, ini harus segera dibentuk lembaganya.
“Jika Komite Transplantasi Nasional ini terbentuk akan ada titik cerah untuk si donor,” tegas mantan pasien cuci darah yang sudah cangkok ginjal setahun lalu.
Dalam kesempatan yang sama dr. Pringgodigdo Nugroho, SpPD-KGH menyampaikan dari data stastitik, pendonor ginjal justru sangat kecil yang terkena gagal ginjal daripada orang biasa. Salah satu faktornya karena pendonor ginjal biasanya akan menjalani pola hidup sehat dan berhati-hati karena menyadari ginjalnya tinggal satu.
Ditambahkan oleh dr. Maruhum Bonar H. Marbun, SpPD-KGH, hidup pendonor normal-normal saja, layaknya seperti orang normal biasa.
“Dari data yang dimiliki jikalau sakit, pendonor lebih banyak karena masalah psikologis seperti depresi, merasa menyesal dan marah atau merasa tidak nyaman di bekas luka. Sedangkan pontensi penyakit medisnya yaitu tekanan darah tinggi, hernia atau penurunan fungsi ginjal. Ini pun angkanya sangat kecil,” ujar Wakil Ketua Tim Transplantasi Ginjal RSCM itu.
Dr. Bonar mengatakan bahwa kesulitan cangkok ginjal lebih kepada jumlah donor yang lebih sedikit dari permintaan pasien yang ingin cangkok ginjal.
“Di Indonesia hanya ada donor hidup. Donor dari jenazah belum ada. Sedangkan di luar negeri donor jenazah lebih banyak daripada donor hidup,” jelasnya.
Tetapi menurutnya, donor hidup itu lebih baik, ginjal baru akan lebih bertahan lama. Penyebabnya, katanya, karena donor hidup tidak membutuhkan waktu lama untuk dicangkokkan setelah dikeluarkan dari tubuh pendonornya. Sedangkan donor jenazah itu lebih lama, apalagi donor jenazah dan penerimanya beda kota.
“Harus ada pusat cangkok ginjal yang mengurusi dan mengirimkan organ ginjal antar kota dengan cepat,” ujarnya. (Petrus H. Hariyanto)