PALU- Memperingati hari ke-7 kepergian Jopi Teguh Lesmana Peranginangin dilaksanakan sahabat dan kawan-kawan almarhum dengan menyelenggarakan pembacaan Do’a di halaman Kantor Yayasan Tanah Merdeka di Palu Sulawesi Tengah, Sabtu (30/5). Sejak meninggalnya Jopi, yang menjadi korban penikaman bayonet oknum AL di Venue’s café, semua sahabatnya di Kota Palu menyelenggarakan tahlilan dari rumah ke rumah. Di hari ke-7, tahlil diselenggarakan kantor YTM dan dihadiri teman-temanya baik dari kalangan aktivis, teman sekampus di Universitas Tadulako, aktivis pecinta alam dan semua yang mengenalnya.
Dalam peringatan di hari ke-7 ini agak berbeda. Setelah membacakan do’a tidak diisi oleh ceramah seperti layaknya tetapi berubah menjadi testimony kenangan bersama Jopi. Seorang imam yang memimpin do’a yang mestinya menyampaikan ceramah seperti biasa namun justru bertutur menceritakan kenangannya bersama almarhun saat di kampungnya di Desa Lende, Kabupaten Donggala. Imam itu menceritakan bahwa almarhum sudah dianggap sebagai anak sendiri.
“Jopi ini kalau kerumah saya yang hanya gubuk-gubuk tidak segan-segan dan menganggap itu rumahnya sendiri. Menganggap anak saya juga sebagai adiknya sendiri. Apa yang saya makan meskipun itu hanya sayur kelor (makanan khas kaili) dan apa saja yang ada. Buat kopi sendiri jika ada,” ujarnya.
Di masa Orde Baru, Jopi dikenalnya sebagai seorang organizer tani dari Serikat Tani Nasional (STN) di Sulawesi Tengah yang selama ini memperjuangkan hak-hak kaum tani. Pada tahun 1990-an, banyak mahasiswa masuk ke desa-desa berjuang bersama kaum tani yang dirampas tanahnya. Jopi adalah salah seorang pelopor gerakan tani mendirikan STN di basis-basis desa.
“Saat itu dia datang untuk membangun yang namanya organisasi petani yaitu Serikat Tani Nasional (STN) bersama teman-temannya yang lain. Dan saya menganggap bahwa ini organisasi yang benar-benar berpihak kepada petani. Awalnya STN ia dirikan di beberapa desa seperti Lende, Tondo, Tanjung Padang dan beberapa desa lainnya yang ada di Kecamatan Sirenja, Donggala,” jelasnya.
Anggota DPRD, Mohammad Masykur juga juga menyampaikan bahwa Jopi adalah sosok pemuda yang hingga akhir hidupnya masih terus konsisten hidup bersama rakyat kecil petani, masyarakat adat, buruh dan lainnya.
Menurut Masykur Jopi mendedikasikan hidupnya bagi rakyat dan sebelum meninggal dia masih menyisakan tugas yaitu meneruskan dan menyelesaikan Rancangan PERDA pengelolaan Perkebunan skala besar di Sulawesi Tengah yang beberapa bulan terakhir di inisiasi olehnya dengan lembaga Sawit Watch.
“Jopi kawan kita dijalanan, digunung, dikampus, didesa-desa dan diberbagai tempat. Menyimpan banyak kenangan dan berbagai kebaikan untuk sekian banyak orang,” ujarnya.
Aktivis 1998, Daniel Lasimpo pun mengungkapkan bahwa seminggu sebelum almarhum meninggal dia masih berjalan bersama-sama bahkan di malam sebelum kejadian masih berkomunikasi. Yogi (biasa dia disapa) menceritakan bahwa saat kejadian salah satu teman menelpon menyampaikan berita penikaman pada Jopi. Saat itu Jopi membutuhkan biaya untuk operasi karena dokter meminta agar disiapkan uang muka untuk operasi sekitar Rp 25-30-an juta.
“Saya pun langsung ke ATM berniat untuk mengirimkan bantuan. Namun baru saja tiba di ATM, saya menerima telepon lagi bahwa Jopi sudah meninggal. Saat itu juga terasa badanku menjadi lemah,” jelas Yogi.
Yogi menceritakan bahwa 6 bulan lalu, Jopi mengenalkan calon istrinya dan rencana menikah bulan Juni 2015 ini. Jopi menurutnya sudah membeli sebuah rumah sebagai persiapan nanti jika dia sudah menikah.
Jopi adalah aktivis yang dikenal lantang saat berorasi, berdiskusi atau pun bersenda gurau. Mantan Ketua KPU Donggala, Mahfud Masuara bersama-sama Jopi ketika membangun Front Mahasiswa Indonesia Sulawesi (FMIS) dan Liga Mahasiswa Nasional Demokrasi (LMND).
“Saya direkrut Jopi bergabung dalam Partai Rakyat Demokratik (PRD). Bahkan ketika selesai kuliah dan menikah sayapun dikenalkan oleh Jopi pada Amasuta (Aliansi Masyarakat Adat) Sulteng dan sekarang berubah menjadi AMAN hingga saya bergabung di Yayasan Tanah Merdeka (YTM) ini,” jelas aktivis 1998 ini.
Ia mengingat Jopi selalu mengajarkan agar mahasiswa selalu dekat dan setia pada rakyat dalam hidupnya, karena rakyatlah terutama kaum pekerja yang membangun negara ini dengan keringat, darah dan air mata.
“Ia selalu mengajarkan kami mahasiswa untuk bisa memahami kondisi masyarakat yang ada bukan sekedar menjadi mahasiswa yang belajar dikampus menekuni buku tanpa melihat kondisi sosial yang ada
Jopi kuliah di Fakultas Hukum Universitas Tadulako tahun 1995 dikenal sebagai sosok yang berani dan konsisten dalam perjuangan rakyat.
Ketua Partai Nasional Demokrat (NasDem) Sulawesi Tengah, Aristan S.Pt mengajak semua pihak melanjutkan perjuangan Jopi lebih keras dan sungguh-sungguh lagi agar kepergiannya tidak sia-sia.
“Jopi adalah bagian dari kita semua, Jalan Jopi adalah jalan kita mendedikasikan diri untuk rakyat dimanapun kita berada. Sejak masa Orde Baru sampai hari kehidupan masih sangat sulit dikalangan kaum tani, buruh, nelayan, kaum miskin kota, masyarakat yang ada di wilayah adat bahkan pemuda dan mahasiswa,” jelasnya.
Rencananya seluruh aktivis, sahabat dan kerabat Almarhum akan kembali menggelar peringatan atas meninggalnya Almarhum Jopi Teguh Lesamana Perangin-angin dalam bentuk aksi Solidaritas sebagai bentuk desakkan kepada aparat hukum untuk menyelesaikan dan menuntaskan kasus pembunuhan terhadap almarhum Jopi atau RedJopi. (Lia Somba)