MOSCOW-RUSIA- Siang itu, hampir 1,5 juta buruh menghadiri peringatan 1 Mei di Lapangan Merah Moscow, Rusia. Di Rusia semua serikat buruh dari berbagai sektor menjadi satu di pimpin oleh seorang presiden dari Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Rusia.
Sejak pagi kaum buruh sudah berkumpul penuh sukacita. Mereka memasuki lapangan yang penuh sejarah itu untuk merayakan hari solidaritas kaum buruh seluruh dunia dengan tertib.
Pemeriksaan para peserta sebelum memasuki area Lapangan Merah di lakukan oleh pihak keamanan Russia mulai dari cek body sampai cek bawaan barang pribadi. Hal ini membuat kami yang ikut parade sangat merasa aman.
Kaum buruh hadir tidak sendiri. Kebanyakan peserta perayaan membawa keluarganya bergembira bersama cuaca yang cerah. Iringan musik dan tayangan acara disiarkan langsung dari layar-layar raksasa sepanjang jalan yang dilalui.
Panitia menyediakan, ratusan toilet dadakan untuk para peserta tersebar di berbagai area yang di lalui peserta parade. Sehingga tidak menimbulkan antrian untuk buang air.
Di bawah langit yang cerah itu, kaum buruh melambai-lambaikan bendera dan membawa balon-balon yang memenuhi Lapangan Merah dekat Kremlin. Kali ini merupakan perayaan hari buruh terbesar di Rusia. Pada tahun 2015 dan 2016 peringatan hari buruh hanya dihadiri 100.000 orang.
Dibeberapa titik terlihat orang membawa poster-poster Vladimir Lenin dan bendera merah dengan palu arit untuk mengenang masa kejayaan Uni Soviet.
Beberapa orang tua, veteran perang dunia kedua melawan Jerman terlihat berseragam dan berbaris rapi ditengah lapangan merah. Mereka adalah para pejuang yang mempertahankan Uni Soviet dari invasi Nazi Jerman pada tahun 1945.
Berbagai media massa mencatat, sekitar 2,6 juta orang merayakan peringatan May Day di seluruh Rusia hari itu.
Pidato dari para pimpinan buruh secara bergantian lewat pengeras suara. Lagu Mars “Internasionale” berkumandang gegap gempita dalam bahasa Rusia membahana di Lapangan Merah. Lagu Internasionale ini pada hari yang sama pasti dinyanyikan di seluruh dunia oleh kaum buruh.
Dalam hati aku ikut menyanyikan lagu bersejarah itu dalam bahasa Indonesia yang dulu diterjemahkan oleh bapak Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantoro:
Bangunlah kaum yang terhina,
Bangunlah kaum yang lapar.
Kehendak yang mulia dalam dunia.
Senantiasa tambah besar.
Lenyapkan adat dan faham tua
kita Rakjat sadar-sadar.
Dunia sudah berganti rupa
Untuk kemenangan kita.
Perdjoangan penghabisan,
Kumpullah melawan.
Dan Internasionale
Pastilah di dunia.
Dari Moscow terdengar sayup perayaan May Day di tanah air. Kabarnya ada kerusuhan membakar ratusan karangan bunga di Balai Kota Jakarta. Dalam hati bertanya, apa salah karangan bunga sehingga harus dibakar. Belakangan baru dapat informasi, ternyata itu sisa-sisat sentimen politik SARA saat Pilkada DKI Jakarta lalu. Sungguh sangat jauh dari semangat Hari Solidaritas Buruh Internasional selama ini. Menyedihkan! (Kusuma Grigoreiva)