JAKARTA- Chris Siner Key Timu, meninggal dunia pada Senin (4/5) sore di Rumah Sakit Saint Carolus, Jakarta Pusat akibat kanker usus stadium empat. Pendiri dan Sekretaris Petisi 50 menyelesaikan tugasnya sebagai pejuang keadilan dan demokrasi yang kerakyatan dalam usia 75 tahun.
Jasa pria kelahiran Flores tahun 1939 itu juga nampak diakui oleh sejumlah tokoh nasional yang pada Selasa dini hari mengirim karangan bunga ungkapan duka cita dalam acara pemakaman gerejawi.
Mengenang Chris Siner Key Timu, Ketua Presidium Petisi 28, Haris Rusly Moti kepada Bergelora.com di Jakarta, Jumat (8/5) mengatakan bahwa Chris Siner Key Timu mewariskan pada generasi muda, konsistensi, keteguhan dan sekaligus kesederhanaan.
“Keteguhan dan konsistensi perjuangan, serta kesederhanaan adalah perilaku yang nyaris telah menjadi fosil dalam kehidupan politik bangsa kita saat ini,” ujarnya.
Menurut Haris Rusly, banyak diantara para aktivis yang tak sanggup memanggul cita cita dan nilai-nilai perjuangan ketika berhadapan dengan berbagai godaan yang mengubah haluan perjuangannya. Banyak juga para aktivis yang menukar cita-cita perjuangannya dengan uang dan jabatan.
“Aktivis dan politisi dianggap sukses jika berhasil jadi pejabat dan punya kekayaan yang berlimpah. Namun Oom Chris Siner tetap berdiri teguh dan tak goyah dalam perjuangan, tak bergeser satu senti pun untuk memperjuangkan cita cita keadilan sosial dan demokrasi politik,” ia mengenang .
Ia menambahkan, banyak diantara para aktivis yang juga mengukur keberhasilan perjuangannya dengan jabatan, kekayaan dan kehidupan yang penuh kemewahan.
“Namun, Oom Chris Siner tetap berdiri dengan keyakinan untuk hidup sederhana, kendaraan yg dipakai untuk melakukan aktivitas adalah angkutan umum. Oom Chris tetap berkorban memanggul nilai-nilai kesederhanaan hingga di umurnya yang sudah uzur, tentu untuk memberikan contoh kepada generasi yang lebih muda,” ujarnya.
Haris Rusly Moty berkesempatan bertemu dengan Chris Siner satu minggu sebelum dirawat dan akhirnya wafat. Saat itu Chris Siner masih saja bicara tentang Presiden Joko Widodo dan demokrasi ekonomi dan politik di Indoensia.
“Bagi Oom Chris, demokrasi ekonomi dan demokrasi politik itu ibarat pinang dibelah dua, tak mungkin bicara demokrasi politik tanpa adanya demokrasi ekonomi, demikian juga tak mungkin menegakkan demokrasi politik tanpa ditegaknya demokrasi di bidang ekonomi,” ujarnya.
Karena itu menurutnya, Oom Chris mengkritik keras konsep Trickle Down Effeck yang dijalankan era Orde Baru, Bagi Chris Siner, kekayaan yang diakumulasi oleh segelintir orang pasti melahirkan keserakahan dan penindasan, tak mungkin berharap tetesan dari orang orang yang sudah terlanjur kaya dan serakah.
Katholik Yang Taat
Walaupun sebagai seorang Katolik yang taat, namun menurut Haris Rusly Moti, Chris Siner tak pernah bersikap membedakan orang dari agama. Ia tetap melihatnya dari sisi nilai-nilai yang diusung oleh seseorang.
“Oleh karena itu Oom Chris cenderung tak terlalu disukai oleh sejumlah pejabat yang beragama Katolik, karena kritik-kritik keras beliau kepada pejabat tersebut yang telah menyimpang dari nilai-nilai,” ujarnya.
Menurut Haris Rusly, generasi muda Indonesia kehilangan contoh sosok pejuang seperti Chris Siner. Yang tertinggal menurutnya adalah cita-citanya tentang rakyat Indonesia yang lebih sejahterah.
“Kita kehilangan sosok Oom Chris, namun nilai nilai perjuangan, keteguhan, konsistensi dan kesederhanaannya akan menjadi abadi, dan semoga dapat diteruskan oleh generasi yang lebih muda,” tegasnya.
Bersama Ali Sadikin, dan sejumlah tokoh nasional lainnya pada 1980 Chris Siner mendirikan Petisi 50 dengan tujuan mengoreksi kebijakan pemerintah mantan Presiden Soeharto dan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (sekarang TNI) yang dinilai melencengkan nilai-nilai Pancasila. Sebelumnya, Chris Siner Key Timu sempat memimpin PMKRI Cabang Bandung, 1968-1969 dan kemudian Ketua Pengurus Pusat PMKRI periode 1971-1977.
Karena keberaniannya di dalam Petisi 50, ia harus berhadapan dengan Presiden Soeharto dan militer yang memaksa dirinya melepaskan jabatan sebagai Wakil Rektor Universitas Katholik Atmajaya Jakarta.
“Bung Chris melepaskan jabatan agar Universitas Atmajaya tidak digilas kekeuasaan militer waktu itu,” demikian Sekjen Perkumpulan Relawan Kawasan Timur Indonesia, daniel Dhuka Tagukawi terpisah.
Chris Siner Key Timu kini telah beristirahat dengan tenang di rumah Bapanya di Surga. Tugasnya berpindah ke generasi pelanjut. (Enrico N. Abdielli)