JAKARTA- Kubu calon presiden dan calon wakil presiden Prabowo-Hatta menyampaikan keberatan dan protes terhadap moto pemenangan calon presiden dan calon wakil presiden Jokowi-JK yang berbunyi ‘Hanya Kecurangan Yang Bisa Mengalahkan Jokowi’.
Menurut Teddy Gusnaidi dari Partai Bulan Bintang moto itu melabelkan stigma negatif kepada lawan tanding serta bersifat menuduh.
“Kedewasaan berpolitik Jokowi dan tim suksesnya ternyata dangkal dan jauh dari prediksi yang dielu-elukan pihak pendukungnya,” ujarnya kepada Bergelora.com di Jakarta, Minggu (13/7).
Memberi stiqma negatif manakala proses pemilihan sedang berjalan adalah langkah sinis serta ambisius tidak mengedepankan konteks kebangsaan.
“Bahkan kami mencurigai ada itikad yang tidak baik sedang direncanakan oleh kubu Jokowi dengan mengusung moto tersebut. Seperti membangun persepsi publik seolah-olah lawan main curang. Mungkin kubu jokowi sendirilah yg sedang mempersiapkan kecurangan itu. Curang mengambil simpati publik dengan menstigma lawan,” ujarnya.
Teddy Gusnaidi yang tergabung dalam Barisan Muda Merah Putih menegaskan kalau Jokowi dan timnya kalau mau mengambil hati rakyat sebaiknya jangan dengan cara menggunakan fitnah sebagai alat perjuangannya
“Itu namanya menggiring persepsi negatif yang berbahaya bagi kehidupan demokrasi kita ke depan,” ujarnya.
Kawal Ketat
Sementara itu anggota Partai Gerindra, Manado, Sulawesi Utara, Jimmy Robert Tindi melaporkan bahwa data yang masuk melalui faksimil di rumah Polonia, Jakarta dari semua saksi di seluruh TPS di seluruh Indonesia pada hari Sabtu (12/7) pukul 23.00 telah mencapai 99,97% suara dengan kemenangan dipihak Prabowo-Hatta mencapai 53,42% mengalahkan Jokowi-JK 46,48%.
“Kita sementara mengawal ketat suara kita dari tingkatan TPS sampai ke KPU. Semua kader partai-partai koalisi akan mengawal di semua daerah, agar jangan sampai ada yang hilang,” ujarnya dari Manado kepada Bergelora.com.
Jimmy Tindi menyatakan bahwa berbagai kemungkinan bisa terjadi dalam perjalanan suara rakyat yang memilih capres dan cawapres, Prabowo dan Hatta, oleh karenanya, semua pendukung harus partisipasi mengawal dalam setiap penghitungan suara.
“Jangan sampai, karena kelengahan kita sendiri, kita kehilangan suara dan mengalami kekalahan, seperti saat pileg lalu,” ujarnya. (Eddy Lahengko/Max K. Lasut)