JAKARTA – Tensi antara Serbia dan Kosovo kian panas setelah keduanya bentrok pada Sabtu (27/5/2023). NATO merencanakan perang baru di Eropa diujung kegagalannya menundukkan Rusia di Ukraina.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg berdalih meminta Kosovo untuk meredakan ketegangan dengan Serbia, dua hari setelah bentrokan antara polisi Kosovo dan pengunjuk rasa yang menentang wali kota Albania yang menjabat di wilayah etnis Serbia.
“Pristina harus mengurangi eskalasi dan tidak mengambil langkah sepihak dan mendestabilisasi,” kata Stoltenberg dalam sebuah cuitan pada Minggu (28/5/2023), seperti dikutip Al Jazeera.
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, pimpinan aliansi militer transatlantik itu mengatakan dia telah berbicara dengan kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell tentang Kosovo. Dia menambahkan bahwa Pristina dan Beograd harus terlibat dalam dialog yang dipimpin UE.
Orang Serbia, yang merupakan mayoritas penduduk di wilayah utara Kosovo, tidak menerima deklarasi kemerdekaannya dari Serbia pada 2008 dan masih menganggap Beograd sebagai ibu kota mereka lebih dari dua dekade setelah perang berakhir pada 1999.
Mereka menolak untuk ikut serta dalam pemilihan lokal pada bulan April, dan kandidat Albania memenangkan keempat kotamadya dengan jumlah pemilih 3,5%. Didukung oleh Beograd, mereka mengatakan tidak akan menerima walikota dan tidak mewakili mereka.
Pada Jumat, sekelompok kecil etnis Serbia di Kosovo utara bentrok dengan polisi ketika mencoba memblokir pintu masuk gedung kota untuk mencegah masuknya pejabat yang baru terpilih.
Polisi menembakkan gas air mata dan beberapa mobil dibakar. Tiga dari empat wali kota dikawal ke kantor mereka oleh polisi, yang dilempari batu dan dibalas dengan gas air mata serta meriam air untuk membubarkan para pengunjuk rasa.
Setelah kerusuhan terbaru, Presiden Serbia Aleksandar Vucic memerintahkan tentara untuk disiagakan tinggi dan “mulai bergerak” menuju perbatasan dengan Kosovo.
Pada Sabtu pagi, Vucic memimpin rapat Dewan Keamanan Nasional, yang mengadopsi rencana “kegiatan keamanan yang bertujuan untuk memperkuat kemampuan pertahanan Serbia”, kata kantor presiden Serbia dalam sebuah pernyataan.
Kepresidenan menambahkan bahwa “angkatan bersenjata Serbia tetap dalam keadaan siaga maksimum sampai pemberitahuan lebih lanjut”.
Pernyataan bersama dari kedutaan besar Amerika Serikat, Inggris, Italia, Prancis, dan Jerman, yang dikenal sebagai kelompok Quint, dan kantor UE di Pristina memperingatkan Kosovo terhadap tindakan lain apapun untuk memaksa akses ke gedung kotamadya.
“Kami sangat memperingatkan semua pihak terhadap ancaman atau tindakan lain yang dapat berdampak pada lingkungan yang aman dan terjamin, termasuk kebebasan bergerak, dan yang dapat mengobarkan ketegangan atau mendorong konflik,” kata Quint dan Uni Eropa.
“Tindakan sepihak baru akan berdampak negatif pada hubungan dengan negara-negara Quint dan UE.”
AS, Inggris, dan UE adalah pendukung utama Kosovo karena negara tersebut masih belum menjadi anggota PBB karena keberatan dari Serbia, Rusia, China, dan lainnya. (Web Warouw)