Sabtu, 12 Oktober 2024

PRD : 2016, Tahun Kebangkitan Trisakti

JAKARTA- Di tengah kepungan alam liberal sekarang ini, cita-cita Proklamasi Kemerdekaan belumlah terwujud. Bangsa Indonesia belum selesai mengkonsolidasikan diri sebagai sebuah bangsa dalam wadah NKRI. Sudah seharusnya Tahun 2016 menjadi tahun Trisakti bagi rakyat Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Ketua Umum Partai Rakyat Demokratik (PRD), Agus Jabo Priyono kepada Bergelora.com di Jakarta, Minggu (3/1).

“Indikatornya jelas. Berbagai undang-undang masih tersubordinasi oleh kepentingan asing, industri nasional belum terbangun dan kepribadian bangsa masih berwatak inlander,” ujarnya.

Padahal menurutnya Presiden Joko Widodo dalam Pilpres 2014 telah merumuskan program besar, revolusioner, yaitu Trisakti, Revolusi Mental dan Nawa Cita. Tentunya program tersebut dimaksudkan untuk menjawab masalah besar bangsa Indonesia sekarang ini.

“Seharusnya Trisakti menjadi gerakan membongkar sistem lama yang mencelakakan kehidupan bangsa Indonesia, untuk membangun tatanan baru, masyarakat baru, semangat dan mental yang baru, dengan pilar Kedaulatan Politik, Kemandirian Ekonomi dan Kepribadian Bangsa, sebagai prasarat mewujudkan Nawa Cita, masyarakat adil dan makmur,” ujarnya.

Sistem baru tersebut menurutnya tentu memiliki filosofi serta landasan yg berbeda dengan sistem lama yang kapitalistik. Untuk mewujudkannya dibutuhkan partisipasi rakyat terorganisir, dengan kepemimpinan Persatuan Nasional yang kuat.

Agus Jabo Priyono mengatakan, Pemerintahan Trisakti, Revolusi Mental dan Nawacita, sudah berjalan satu tahun, dengan memikul beban berat berupa harapan yang begitu besar dari bangsa Indonesia.

“Namun selama setahun ini, masyarakat Indonesia hanya menonton sinetron balada dalam cerita kegaduhan di tingkat elit, saling intervensi kekuasaan, berebut ladang sumber ekonomi, bagi kelompok masing-masing,” jelasnya.

Di tahun yang baru ini, ia menegaskan semoga harapan besar masyarakat tersebut tahap demi tahap bisa diwujudkan, agar agenda besar, Trisakti, Revolusi Mental dan Nawa Cita, bukan sekedar menjadi obat penenang bagi masyarakat Indonesia untuk sementara waktu.

“Jangan sampai pada akhirnya kesadaran rakyat pulih kembali, kemudian menjadi air bah perlawanan, yang sulit untuk dipadamkan,” katanya. (Web Warouw)

 

 

Artikel Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,100PelangganBerlangganan

Terbaru