Oleh: DR Dharma Wisesa
Tidak banyak yang tahu, bahwa sebagai sebuah bangsa dan negara baru merdeka pada tahun 1945, Indonesia sudah terlibat dalam pembangunan kembali perekonomian dunia pasca Perang Dunia II 1945. Keterlibatan Indonesia secara langsung, diperankan oleh Soekarno yang saat itu menjadi Presiden pertama Republik Indonesia. Bahkan, jauh sebelum kemerdekaan, Bung Karno telah berperan dalam politik global dan tidak pernah tercatat dalam sejarah resmi. Berbagai upaya untuk mengungkap selalu berhadapan dengan kecaman dan keragu-raguan. Namun sejarah punya caranya sendiri untuk mengungkapnya, agar generasi bangsa ini tahu persis amanat kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 lalu.
Setelah Sumpah Pemuda 26 Oktober 1928, di tahun 1930 Yoedho Prayitno dan Soekarno merancang untuk mempersatukan pulau-pulau di Nusantara menjadi Negara bersatu bernama Indonesia bersatu. Ditingkat global, dunia membutuhkan satu susunan tata dunia baru, keluar dari sistim yang lama setelah Perang Dunia I. Sebagai pimpinan dari kelompok rahasia, The Freemason atau Illuminati,– Yoedho Prayitno dan Soekarno merancang Perang Dunia II. Oleh karenanya, jauh sebelum kemerdekaan 17 Agustus 1945, Soekarno telah memilik keyakinan bahwa kemerdekaan rakyat di koloni Belanda ini pasti akan dicapai setelah Perang Dunia II.
Setelah Perang Dunia II tahun 1945, sistim pembayaran dunia mengalami kebangkrutan. Sebelumnya telah disepakati sebuah sistim pembayaran baru yang diputuskan dalam Bretton Woods Treaty pada tahun 1944 yaitu pencetakan uang dengan jaminan emas.
Dalam catatan sejarah Bretton Woods Treaty tidak ditulis keberadaan dua tokoh dunia yang menentukan politik global sampai hari ini. Namun beberapa lembaga intelejen Inggris dan Uni Soviet mengkonfirmasi kehadiran dua tokoh dunia ini. Pertama adalah, Ir. Soekarno, Presiden Republik Indonesia yang menopang program Bretton Woods Treaty dengan jaminan emas lantakan yang dikumpulkan dari 129 kerajaan di Nusantara, 3 kerajaan di Asia dan 3 kerajaan di Afrika. Total emas yang terkumpul sebanyak 655.000 Ton dan dilebur di peleburan emas London Mathys tahun 1946-1948.
Emas lantakan tersebut sebenarnya simpanan Ki Yoedho Prayitno dalam perbendaharaan kerajaan yang dianggap sudah hilang di daerah Jepara, Jawa Tengah sejak tahun 1878. Yoedho Prayitno kemudian mengatur emas lantakan itu dan menugaskan Soekarno untuk dijaminkan, menopang program Bretton Woods treaty
Tokoh dunia lain adalah DR. David Ben Gurion, seorang ahli moneter Yahudi, pendiri negara Israel 1948. David Ben Gurion terlibat untuk membuat program perhitungan penggunaan dan pencetakan mata uang dunia baru. Jadi, Soekarno yang menyiapkan jaminan berupa emas lantakan sebanyak 655.000 Ton dan Ben Gurion yang membangun sistim baru dalam program Bretton Woods Treaty
Keterlibatan David Ben Gurion adalah atas rekomendasi dari Soekarno karena Ben Gurion adalah pelaksana Illuminaty di Eropa. Sesungguhnya juga, pendirian negara Israel modern adalah atas persetujuan Yoedho Prayitno dan Soekarno kepada Ratu Inggris, Elizabeth dan Perdana Menteri Inggris, John Winston Churchill.
Bagi Yoedho Prayitno dan Soekarno, untuk menuju pendirian kembalinya peradaban Lemuria, maka bangsa Yahudi harus diberi kembali tempat bersatu. Keyakinan itu berasal dari perjanjian Abraham yang harus dilaksanakan. Dengan berdirinya Negara Israel maka pintu untuk negeri yang bernama Magadha Salaka Nagara terbuka kembali setelah 70 tahun bangsa Yahudi memiliki negara sendiri yaitu 2018 nanti.
Marshall Plan Project
Selanjutnya, untuk legalnya, Soekarno dan David Ben Gurion menyiapkan Marshall Plan Project untuk menopang ekonomi dunia yang porak poranda akibat perang. Untuk menopang Marshall Plan Project, didirikanlah Union Bank Of Switzerland (UBS) yang berkantor pusat di Zurich, Swiss. Berdasarkan pencatatan administrasi dokumen UBS memilik bullion emas terbesar di dunia. Bullion adalah surat berharga yang diterbitkan uleh UBS berdasarkan cadangan emas real pada tahun 1948-1952. New York Federal Reserve yang dikenal dengan The Fed di Amerika Serikat juga hanya bermain pada data virtual yang terkoneksi pada UBS. Realitanya tidak demikian. Karena 1,5 juta ton emas tidak pernah sampai di gudang emas di Cloothen, Swiss.
Pada 18 April 1952 UBS di Zurich menerbitkan sertifikat sebanyak tiga puluh tiga (33) Bullion UBS atas nama Mr. Soewarno, mantan Bupati Karanganyar di Jawa tengah. Dikemudian hari dokumen ini disebut sebagai Dana Revolusi karena dalam rencana Bung Karno, sertifikat tersebut disiapkan untuk membangkitkan kembali peradaban Lemuria.
Sebanyak tiga puluh tiga (33) sertifikat Bullion UBS juga dikeluarkan atas nama Khairull Fatrullah. Khairul Fatrullah adalah adik angkat Bung Karno yang sering sekali menyelamatkan Soekarno dengan masuk penjara karena wajah mereka beruda persis sama. Sertifikat atas nama Khairull Fatrullah dinamakan Dana Yasa karena dari sertifikat tersebut dibuat sebuah program untuk membangun kembali Magadha Salaka Nagara.
Selain itu, dikeluarkan juga tiga puluh tiga (33) sertifikat Bullion UBS atas nama Sarinah/Laxmy. Sarinah atau Laxmy adalah seorang wanita desa yang banyak memberi wawasan yang luar biasa kepada Soekarno bahkan menjadi inspirasi Bung Karno untuk menegakkan kembali kejayaan Nuswantara yang dikemudian hari dikenal dengan Dana Dinasti.
Sertifikat Decoy
Namun perlu diketahui, hanya 11 yang asli dari 33 lembar sertifikat pada masing-masing nama pemegang di atas berisi jumlah emas dan taksasi nilai tukar mata uang yang bisa dicetak. Sementara yang 22 adalah sertifikat decoy (palsu). Pembuktian keaslian hanya bisa dilakukan dengan menggunakan sandi kombinasi 24 huruf dengan kombinasi 24 angka yang digabung menjadi satu, yang jika tersusun akan menjadi menjadi sebuah kalimat dalam bahasa Kawi.
Seluruh tokoh pemegang sertikat sudah meninggal dunia. Namun sertifikat decoy dari masing-masing mereka yaitu 22 lembar atas nama Soewarno, 22 lembar atas nama Khairul Fattullah dan 22 lembar atas nama Sarinah beredar melengkapi kisruhnya peredaran dokumen UBS tersebut.
Sementara yang asli tetap aman dan tidak tersentuh. Hanya saja bangsa ini belum siap untuk menerimanya. Sehingga kalau dikeluarkan akan ada banyak persoalan yang akan mengiringinya. Salah satunya adalah menciptakan Perang Dunia ke III.
Saat ini sertifikat-sertifikat tersebut berada pada tempat yang aman. Karena hanya 15.000 Ton dari 655.000 Ton emas yang masuk ke penyimpanan emas UBS di Cloothen, Swiss. Sisanya yang seharusnya lengkap pada April 1952 sebesar 640.000 ton tidak pernah diterima oleh gudang emas UBS di Cloothen Swizerland. Ternyata oleh Bung Karno sisa emas yang 640.000 ton tersebut dikapalkan dari Liverpool kembali ke Indonesia dengan menggunakan 300 pengapalan.
Jadi siapapun yang akan mengaktifkannya harus dilaksanakan oleh seseorang yang mengerti sejarah kemudian mengerti dimana posisi emas yang hilang tersebut. Disaat bersamaan seluruh bagian yang terlibat harus mau duduk bersama dalam satu otoritas yang memegang rahasia dan mengontrol system Bank Internasional Seatlement (BIS)
BIS adalah sebuah lembaga yang pada tahun 1970 mengatur seluruh system transaksi Bank Sentral Dunia. Satu-satunya Bank Sentral yang tidak bisa menjadi anggota adalah Bank Indonesia (BI). Bank Indonesia hanya sebagai peninjau. Dunia perbankan mengenal aturan namanya Bassel Accord. Itulah aturan perbankan dunia. Bila dunia mau menyelesaikan krisis syaratnya adalah IMF, World Bank, The Fed, European Union Bank (EUB), Union Swiss Bank (USB) dan pihak otoritas harus mau duduk bersama.
Sebanyak 655.000 ton emas batangan yang dilebur di peleburan emas London Mathys (LM) seharusnya disimpan di penyimpanan emas Bank UBS di Cloothen Swiss, tapi UBS Swiss hanya menerima kiriman 15.000 ton. Sementara sisanya 640.000 ton sampai sekarang masih menjadi misteri untuk dunia perbankan.
The Green Hilton Agreement
Pada tahun 1963, untuk pembiayaan program ruang angkasa (NASA) dan pembiayaan pembaruan tehnologi pertahanan, Amerika Serikat mengadakan perjanjian dengan Presiden Republik Indonesia, Ir. Soekarno. Perjanjian ini dikenal dengan The Green Hilton Agreement, yaitu dengan menggunakan sertifikat jaminan UBS atas nama Sarinah dengan Nominal US$ 3,8 Trilliun dan yield 2,9% per tahun untuk masa perjanjian 50 tahun. Perjanjian rahasia The Green Hilton Agreement ditanda tangani oleh Soekarno dan Kennedy pada 14 November 1963 di Genewa, Swiss,– delapan hari sebelum Kennedy dibunuh pada 22 November 1963 di Amerika. Lucunya, beberapa pihak di Amerika Serikat berusaha membantah keberadaan perjanjian kedua tokoh dunia ini. Namun jaringan intelejen internasional justru berusaha membuka rahasia ini.
Dengan bermodalkan konversi dokumen UBS berdasarkan Perjanjian Green Hilton Agreement Pemerintah Amerika Serikat bisa mencetak uang dan melakukan derivatif pasar sehingga menghasilkan kekuatan putaran uang kartal sebesar US $180 Triliun.
Hasil dari perjanjian Green Hilton Agreement adalah penerbitan obligasi Pemerintah Amerika Serikat dengan jangka waktu 6 bulan. Obligasi itu kemudian dibeli oleh orang-orang kaya Perancis. Saat jatuh tempo, Pemerintah Perancis melalui Presiden Charles de Gaulle tidak mau menerima uang tapi meminta emas batangan sebesar 8.000 Ton. Akhirnya terbukalah kalau sertifikat jaminan atas nama Soerwarno dan lainnya tidak berisikan emas. Jenderal Charles de Gaulle marah besar. Persoalan tersebut berujung kematian pada Presiden Perancis Charles de Gaulle tahun 1964 di lapangan upacara.
Pada Soekarno juga berkali-kali dilakukan upaya pembunuhan namun selalu gagal. Akhirnya digunakan cara kudeta militer pada 30 September 1965 yang dipimpin oleh perwira kesayangannya sendiri, Soeharto
Sampai tahun 2003 seluruh ahli moneter tidak ada yang menyadari kalau perputaran uang kartal dalam bentuk Dollar Amerika yang berasal dari Green Hilton Agreement itu dikemudian hari akan menciptakan masalah buat dunia. Karena seharusnya pada saat jatuh tempo perjanjian maka otomatis perputaran uang karta otomatis masuk ke sistem yang ada dalam perjanjian, yaitu seharusnya Bank Indonesia (BI) menerima sebesar US $ 180 Triliun itu. Tapi BI tidak pernah berani mengakui devisa yang masuk sejak 2003 sampai 2008 itu.
Buntutnya sistem dalam New York Federal Reserve kehilangan devisa yang dinyatakan sebagai mortgage pada tahun 2008. Total stimulus yang sudah dibuat oleh pemerintahan Amerika Serikat, Jepang, Cina dan Eropa sampai saat ini sudah bernilai setara dengan US$ 180,- Triliun. Dampaknya saat ini dunia dikendalikan oleh uang liar setara dengan US$. 180 Trillion.
*Penulis adalah antropolog dan dosen dari Universitas Jerusalem, Israel