Kamis, 3 Juli 2025

SRMI Instruksikan Aksi Di Semua Kantor Polisi

JAKARTA- Dewan Pimpinan Nasional Serikat Rakyat Miskin Indonesia (DPN-SRMI) menginstruksikan kepada seluruh cabang SRMI di 56 Kota dan Kabupaten dan 17 Provinsi di seluruh Indonesia untuk mengelar aksi ke Kantor Polres, Polda dan DPRD untuk mengecam keras tindakan represif aparta kepolisian yang telah menewaskan salah satu keluarga anggota SRMI dalam aksi penolakan kenaikan harga BBM di Makassar, Kamis (27/11). Hal ini disampaikan oleh Ketua Umum SRMI, Wahida Baharuddin Upa kepada Bergelora.com di Jakarta Jumat (28/11).

 

“Sampaikan pada semua pimpinan kepolisian setempat mengapa mereka bunuh anak kita yang membela keluarga rakyat termasuk keluarga polisi yang sama-sama tertindas akibat naiknya harga BBM oleh kebijakan Presiden Joko Widodo. Kita kutuk sekeras-kerasnya tindakan represif represif yg dilakukan oleh aparat kepolisian dalam bentrokan di kampus UMI yang menewaskan anak kami Arif,” tegasnya.

Wahida menjelaskan Muhammad Arif berusia 17 Tahun adalah warga Pampang, anak dari anggota SRMI di kota Makassar, Sulawesi Selatan meninggal dunia pada saat Polisi sedang melakukan represi terhadap aksi mahasiswa di depan kampus Universitas Muslim Indonesia (UMI), Makassar.

“Perlu di ketahui anak kami ,arif meninggal dunia akibat terlindas mobil Water Canon yang dibeli dari pajak yang dipungut dari uang rakyat. Apakah para aparat polisi merasa sudah cukup gaji dan bisa menerima kenaikan harga BBM sehingga harus membunuh anak kami,” ujarnya.

Ia menjelaskan bahwa Arif berasal dari keluarga yang tidak mampu sangat merasakan dampak dari kebijakan kenaikan harga BBM, makanya Arif turut bergabung dalam Aksi yang di lakukan oleh Mahasiswa di Kantor Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan.

“Tapi sayang aksi yang juga membela keluarga para petugas polisi bukan di sambut dengan baik oleh aparat keamanan tapi malah di sambut dengan semprotan air dari Water Canon, maka bentrokan tak terhidarkan lagi,”

SRMI juga meminta Komnas HAM, Komisi III DPR, Kompolnas agar menyelidiki kasus kekerasan aparat Kepolisian dikampus UMI tersebut.

“Pihak kepolisian jangan memutar balikkan fakta bahwa anak kami tewas akibat dilindas mobil Water Canon. Tidak benar Arif meninggal karena ada ada bentrok antara rakyat dan mahasiswa. Jangan mengadu domba kami. Rakyat dan mahasiswa sudah bersatu melawan kezoliman,” tegasnya.

Ia juga meminta agar Pemerintah Jokowi-JK bertanggung Jawab atas kematian anak keluarga SRMI tersebut dengan mencopot segera Kapolres Makasar, Kapolda Sulawesi Selatan dan Kapolri.

“Kami rakyat Indonesia akan bersama mahasiswa untuk tetap melawan keputusan menaikkan harga BBM,” tegasnya. (Iskohar Bara Api)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru