JAKARTA – Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) mewaspadai aksi-aksi teror baru yang berpeluang muncul setelah adanya eskalasi konflik bersenjata antara Israel dan Palestina.
Gubernur Lemhannas Andi Widjajanto saat ditemui pada sela-sela kegiatannya di Jakarta, Rabu (11/10) menjelaskan analisis terkait itu telah diserahkan oleh Lemhannas ke Presiden RI Joko Widodo pada minggu ini.
“Kami juga melihat apakah nanti apa yang terjadi antara Israel dengan Hamas ini memancing kemunculan aksi-aksi teror baru terutama untuk kepentingan negara-negara yang secara eksplisit dalam satu minggu ini lebih mendukung operasinya Israel daripada misalnya memperjuangkan hak-hak rakyat Palestina. Itu yang sudah kami siapkan. Kami sudah menyerahkan laporan awalnya hari Senin,” kata Andi Widjajanto menjawab pertanyaan wartawan.
Dia melanjutkan Lemhannas akan mendalami laporan awal itu dalam sebuah diskusi grup (FGD) pada Senin depan (16/10).
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, perang antara Israel dan kelompok Hamas Palestina pecah pada Sabtu (7/10) saat pejuang Hamas meluncurkan 2.200 roket ke wilayah yang dikuasai Israel.
Sistem pertahanan udara Israel, yang disebut “Iron Dome”, meskipun mampu mendeteksi dan menghalau serangan roket, tetap tidak dapat menangkal keseluruhan roket yang ditembakkan oleh pejuang Hamas.
Dalam waktu 48 jam setelah serangan awal itu, pejuang Hamas lanjut merangsek masuk ke wilayah Israel melalui beberapa titik perbatasan daratnya.
Militer Israel pun membalas serangan Hamas dengan membombardir Gaza, termasuk apartemen-apartemen dan rumah sakit warga sipil.
Sekretaris Jenderal Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) Hussein al-Sheikh menyatakan akses obat-obatan dan makanan ke Gaza saat ini masih ditutup oleh Israel. Oleh karena itu, dia meminta lembaga-lembaga kemanusiaan internasional mendesak Israel agar membuka akses itu mengingat banyak anak-anak dan warga sipil menjadi korban dan mereka membutuhkan pertolongan.
Sejauh ini, lebih dari 700 orang di Gaza tewas, sementara lebih dari 4.000 warga luka-luka, sementara di Israel lebih dari 900 warga tewas, dan lebih dari 2.000 warga luka-luka.
Kementerian Luar Negeri RI mencatat saat ini ada 45 orang warga negara Indonesia (WNI) di Palestina, 10 di antaranya ada di Gaza. (Calvin G. Eben-Haezer)