JAKARTA- Susunan Kabinet Kerja yang dibentuk oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang minim partisipasi dari rakyat Indonesia Timur, mengecewakan para pendukungnya dari Indonesia Timur. Dikuatirkan Jokowi akan kehilangan kepercayaan dan dukungan dari Indonesia Timur. Hal ini ditegaskan oleh Mantan Wakil ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Laode Ida kepada Bergelora.com di Jakarta, Selasa (28/10).
“Yang menyedihkan adalah postur kabinet jokowi ini sangat pincang identitas budaya berbasis kawasan. Seolah-olah negara ini menolak eksistensi figur-figur dari kawasan timur Indonesia,” ujarnya.
Sulit dibayangkan menurutnya, kabinet ini bisa menjadi perekat bangsa dan perekat keragaman speerti yang gembar-gemborkan selama kampanye lalu.
“Indonesia Hanya milik Jawa dan Sumatera. Dominasi itu akan terus terjadi pada posisi jabatan-jabatan strategis lainnya di bawah menteri. Kalau itu tak segera disadari jokowi, maka potensial menimbulkan perpecahan bangsa.” tegasnya.
Menurutnyanya yang sangat menarik adalah begitu kuatnya penghargaan terhadap pemodal yang skaligus melecehkan sumberdaya manusia yang berasal dari Indonesia timur.
“Bukti konkretnya. Susi Puji Astuti, pemilik Susi Air yang jenjang pendidikannya gak jelas, justru dianggap jauh lebih hebat ketimbang sejumlah pakar handal di bidang kelautan dan perikanan di negeri ini. Misalnya saja, dari Maluku ada Prof. Dr. Ir. Aleks Retraubun, MSc, lulusan Inggeris yang pernah jadi rektor, dirjen di kementrian kelautan dan terakhir berposisi sebagai wamen perindustrian, justru dikalahkan oleh seorang Susi. Wah, bagaimana ini,” ujarnya.
Kepercayaan publik terhadap Jokowi akan memudar. Kabinetnya pun tak akan banyak diapresiasi publik. Khususnya dari Indonesia timur akan sulit untuk kembali percaya pada jokowi.
“Sulit ditebak apa maunya Pak Jokowi-Jusuf Kalla (JK). Agaknya pihak JK sangat terjepit, tidak berperan, ditunjukkan dgn sangat minimnya ‘orang JK’ dalam kabinet. Hanya satu orang dekat JK, yakni Sofyan Jalil. Yang menonjol adalah orang-orang Jokowi dan parpol,” jelasnya.
Menurutnya, ini mengisyaratkan juga bahwa posisi JK sangat lemah dalam penentuan personal menteri. Padahal kontribusi JK dalam pemenangan sangat besar.
“Saya tak bisa bayangkan kalau Jokowi tak pasangan dengan JK. Saya kira terpaan badai isu khususnya terkait dengan Islam akan sulit sekali dibendung. Tapi itu semua sudah lewat. Biasanya setiap pemenang akan gampang mudah lupa atau bersikap abai,” ujarnya. (Dian Dharma Tungga)