JAKARTA – Kunjungan Apostolik Paus Fransiskus di Indonesia, 3 hingga 6 September 2024, sukses diselenggarakan. Umat Katolik pun menghaturkan rasa terima kasih mendalam kepada masyarakat Indonesia secara umum dan umat agama lain secara khusus. Dengan caranya masing-masing, masyarakat umum dinilai turut berkontribusi dalam keberhasilan kunjungan pemimpin umat Katolik sedunia itu.
Juru Bicara Panitia Kunjungan Paus Fransiskus, Romo Thomas Ulun Ismoyo mengungkapkan, perjumpaan Paus Fransiskus dengan orang-orang di tepi jalan menjadi tanda betapa Paus sungguh diterima masyarakat Indonesia. Sebab, orang-orang di tepi jalan yang dilintasi Paus tentunya tidak seluruhnya umat Katolik. Tetapi, mereka ikut berkontribusi menjaga agar peristiwa itu berjalan lancar.
“Khususnya terima kasih banyak kepada saudara-sadaraku lintas iman, yang telah ikut menyambut Paus di pinggir-pinggir jalan,” ujar Romo Thomas kepada pers, Minggu (8/9/2024). Ia juga secara khusus berterima kasih kepada orang-orang yang telah tulus, rela, dan ikhlas kegiatannya terganggu oleh aktivitas Paus.
Mulai dari para pekerja di sekitar tempat kegiatan Paus yang mesti bekerja dari rumah, para ojek online yang terpaksa mengalami sepi pelanggan ditambah terkena macet, warga lain yang terdampak rekayasa lalu lintas, dan kelompok orang-orang yang terdampak.
“Tak lupa terima kasih kepada mereka yang patuh dalam pengaturan dan pengalihan arus lalu lintas selama kunjungan Paus,” lanjut Romo Thomas.
Hal ini semakin meneguhkan bahwa perbedaan latar belakang insan Indonesia bukan menjadi penghambat, tetapi justru kekayaan untuk bisa melangkah bersama.
Maria Natalia (36), umat Katolik dari Kupang, NTT, mengungkapkan, rekan-rekannya yang bukan beragama Katolik sibuk mengiriminya video-video kegiatan Paus Fransiskus selama di Indonesia. Terutama, ketika Paus berinteraksi dengan orang-orang yang ia temui di tepi jalan. Dengan ibu hamil, anak kecil, lansia, atau muda-mudi.
“Teman-temanku banyak yang kirim pesan, ‘gue seharian nangis terus melihat pemimpin agama lu di TikTok’. Saya jadi terharu karena ternyata Paus diterima dengan baik,” ujar Natalia kepada pers, usai mengikuti misa akbar yang digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Kamis (5/9/2024).
Di media sosial, video-video yang mengunggah konten tentang kegiatan Paus Fransiskus juga didominasi komentar positif.
Komentar-komentar itu datang dari akun yang mengaku bukan beragama Katolik, tetapi mengagumi kesederhanaan dan keramahan Paus Fransiskus.
Menurut Natalia, penerimaan yang begitu baik ini sungguh membesarkan hati umat Katolik di Indonesia yang jumlahnya hanya 3,8 persen dari 275 juta orang. Lunesa (65), umat Katolik dari Pademangan, Jakarta Utara, menambahkan, sambutan terhadap Paus Fransiskus yang datang dari penjuru elemen bangsa meneguhkan jati diri hubungan manusia Indonesia yang berbeda-beda latar belakangnya.
“Saya pribadi merasakan jadi bersaudara dengan umat agama lain. Ini bagus sekali sebenarnya demi meneguhkan rasa persaudaraan di antara kita. Tidak pernah membeda-bedakan, yang penting kita sama-sama baik dan tetap satu NKRI,” ujar pria yang akrab disapa Bang Lun itu.
Cendikiawan Islam Komarudin Hidayat mengatakan, umat Islam Indonesia merasa terhormat atas kunjungan Paus Fransiskus. Selain ini adalah kunjungan kepala negara sekaligus pemimpin agama, Paus Fransiskus juga sudah berusia sepuh. Ada etika yang dijunjung tinggi orang-orang Indonesia saat berhadapan dengan orang tua.
“Orang Islam juga merasa terhormat ya dikunjungi. Ini adalah standar etika menghargai tamu. Di dalam Alquran itu jelas kita harus menghargai seorang tamu dan yang berusia lebih tua,” ujar Komarudin.
Penyambutan Paus yang bernama asli Jorge Mario Bergoglio di Indonesia ini pun diharapkan menjadi pesan bagi dunia bahwa Indonesia mampu menjadi contoh perdamaian sejati.
Selanjutnya Apa?
Rektor Universitas Sanata Dharma Romo Albertus Bagus Laksana SJ menilai, penerimaan yang begitu baik itu semestinya semakin membuka ruang kerja sama antarumat beragama di Indonesia.
“Partisipasi meaningfull oleh semua umat, termasuk umat Katolik yang jumlahnya sangat tidak banyak itu harus disyukuri sebagai sebuah keunikan yang harus dijaga,” ujar Romo Bagus.
Uskup Agung Jakarta Kardinal Ignatius Suharyo mengatakan, Deklarasi Bersama Istiqlal 2024 yang telah ditandatangani Paus Fransiskus bersama sejumlah tokoh lintas iman di Masjid Istiqlal, Kamis 5 September 2024 diharapkan dilanjutkan menjadi gerakan kecil demi mewujudkan cita-cita dalam deklarasi itu.
Deklarasi Bersama Istiqlal 2024 ini sendiri dilatari oleh dua krisis serius global. Pertama, fenomena dehumanisasi dengan meluasnya kekerasan dan konflik berdarah yang justru kerap memperalat agama.
Kedua, eksploitasi yang semakin masif terhadap lingkungan hidup dan mengakibatkan krisis iklim.
“Harapannya, deklarasi itu tidak hanya menjadi tulisan yang disimpan di laci, tetapi sekecil apapun, ada gerakan-gerakan lanjutan untuk mewujudkan cita-cita dalam deklarasi itu,” ujar Kardinal Suharyo.
Gereja Katolik sendiri akan mewujudkan deklarasi itu dengan tema yang sejalan dengan kunjungan Paus Fransiskus, yakni iman, persaudaraan, dan bela rasa. Paus Fransiskus pun telah menorehkan berbagai pesan dalam setiap acaranya.
Kepada Bergelora.com.di Jakarta dilaporkan, dalam buku tamu di Istana Kepresidenan, ia berpesan kepada rakyat Indonesia agar selalu tumbuh dalam iman masing-masing tetapi dalam kerangka persaudaraan. Berikut ini pesan persisnya:
“Berada di keindahan Tanah Air ini, tempat pertemuan dan dialog budaya dan agama yang berbeda-beda, saya harap warga Indonesia tumbuh dalam iman, dalam persaudaraan, dan dalam kebaikan hati. Tuhan memberkati Indonesia.” (Web Warouw)