JAKARTA — Pasukan Amerika Serikat tiba di Israel saat gencatan senjata fase pertama di Gaza dimulai sejak Kamis (9/10).
Salah satu pejabat AS mengatakan kehadiran pasukan di Israel sebagai bagian upaya pembentukan pusat koordinasi sipil-militer, demikian dikutip CNN , Sabtu.(11/10)
Menurut laporan CNN, sekitar 200 tentara akan ditempatkan di Israel untuk menyatukan implementasi rencana gencatan senjata di Gaza.
Israel dan Hamas menyepakati gencatan fase pertama pada hari Rabu dan mulai berlaku pada Kamis pukul 12.00 waktu setempat.
Perjanjian ini mencakup pertukaran pengungsi dan sandera, penarikan sebagian pasukan Israel dari Gaza, dan perizinan lebih banyak bantuan kemanusiaan yang masuk ke Gaza.
Menurut perjanjian, sebagian pasukan Israel harus mundur dalam kurun waktu 24 jam dari Gaza setelah kesepakatan mulai berlaku. Sementara itu, para sandera diperkirakan akan diserahkan sebelum 13 Oktober pukul 12.00 waktu Israel.
Sebaliknya, hampir 2.000 tahanan Palestina di Israel juga akan dibebaskan. Hamas juga meminta pemerintah Benjamin Netanyahu mengembalikan jenazah Yahya Sinwar dan Mohammed Sinwar yang disembunyikan.
Israel melancarkan agresi brutal ke Palestina pada Oktober 2023. Sejak saat itu, mereka menggempur habis-habisan warga dan objek sipil
Pasukan Israel Tetap Berada di Gaza

Kepada Bergelora.cim di Jakarta.dilaporkan, pemimpin Israel Benjamin Netanyahu pada Jumat (10/10) mengatakan bahwa pasukan Israel akan tetap berada di Jalur Gaza agar bisa terus menekan Hamas sampai kelompok perlawanan Palestina itu melucuti senjatanya dan wilayah kantong itu didemiliterisasi.
Dalam sebuah pidato yang disiarkan di televisi sehari setelah pemerintahnya menyetujui kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera, Netanyahu mengatakan bahwa militer Israel “tetap berada jauh di dalam wilayah itu dan memegang semua posisi yang mengendalikannya.”
“Dengan cara ini, kami mengepung Hamas dari segala arah menjelang tahap-tahap selanjutnya dari rencana tersebut, di mana Hamas akan dilucuti dan Gaza akan didemiliterisasi,” kata dia.
“Jika ini tercapai dengan cara yang mudah, itu akan bagus. Jika tidak, maka akan dicapai dengan cara yang sulit.”
Dia mengatakan bahwa 20 sandera yang masih hidup dan 28 jasad akan dibebaskan dalam beberapa hari mendatang. Menurut Hamas, jasad sandera yang meninggal kemungkinan diserahkan lebih lambat daripada sandera yang masih hidup.
Berdasarkan kesepakatan itu, tentara Israel akan menghentikan pertempuran dan menarik diri sebagian dari Jalur Gaza, sementara Hamas akan membebaskan semua sandera yang tersisa dengan imbalan Israel membebaskan lebih dari 2.000 tahanan Palestina.
Kesepakatan itu juga menetapkan bahwa truk-truk yang membawa makanan dan pasokan medis akan diizinkan masuk ke Gaza untuk memberikan bantuan kepada sekitar 2 juta penduduk, yang sebagian besar dari mereka telah mengungsi beberapa kali akibat serangan udara Israel.
Berbagai serangan Israel yang berlangsung selama dua tahun telah membuat Gaza hancur lebur, menyebabkan kelaparan, dan menewaskan lebih dari 67.000 orang, menurut otoritas kesehatan Gaza.
Seluruh Distrik Hancur Menjadi Puing-puing

Penarikan pasukan Israel pertama dari beberapa wilayah Kota Gaza pada hari Jumat (10/10/2025) menunjukkan skala kerusakan yang sangat besar di seluruh permukiman dan infrastruktur. Seluruh distrik telah hancur menjadi puing-puing.
Rekaman yang dibagikan para aktivis dan jurnalis di media sosial mengungkapkan kehancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya di wilayah-wilayah yang ditinggalkan oleh pasukan Israel, yang direposisi di sepanjang Garis Kuning di Jalur Gaza di bawah kerangka perjanjian gencatan senjata.
Video-video tersebut menggambarkan pemandangan mengerikan rumah-rumah yang rata dengan tanah, fasilitas yang hancur, dan jalan-jalan yang dibuldoser. Salah satu lokasi yang paling parah terkena dampak adalah di sekitar Masjid Saeed Siyam di permukiman Sheikh Radwan di utara Kota Gaza. Di wilayah tersebut, bangunan-bangunan permukiman hancur total atau tidak dapat dihuni lagi akibat tembakan artileri berat.
Bagian timur Sheikh Radwan juga hancur lebur, dengan seluruh blok hancur dan jalan-jalan utama terputus. Sebelum memulai penarikan pasukan secara bertahap, tentara Israel dilaporkan melakukan operasi pembongkaran dan pengeboman intensif di beberapa permukiman, termasuk Sheikh Radwan.
Area terowongan di dekatnya di sebelah timur juga mengalami kerusakan yang meluas, setelah sebelumnya menjadi sasaran operasi sebelumnya. Rekaman tambahan mendokumentasikan kerusakan parah di distrik Al-Nasr di barat laut kota, di mana ribuan rumah hancur atau hanya tersisa reruntuhan.
Tentara Israel memulai penarikan pasukan secara bertahap dari Jalur Gaza pada hari Jumat dan akan menyelesaikan penarikannya ke lokasi-lokasi yang ditentukan dalam rencana Presiden AS Donald Trump untuk mengakhiri perang di Jalur Gaza dalam waktu 24 jam, menurut media Israel.
Kamis dini hari, Trump mengumumkan Israel dan kelompok Palestina Hamas telah mencapai kesepakatan mengenai fase pertama gencatan senjata dan rencana pertukaran tahanannya. Kesepakatan tersebut tercapai setelah empat hari negosiasi tidak langsung antara kedua pihak di kota Sharm el-Sheikh, Mesir, dengan partisipasi delegasi dari Turki, Mesir, dan Qatar, di bawah pengawasan AS.
Sejak Oktober 2023, serangan Israel telah menewaskan hampir 67.200 warga Palestina di daerah kantong tersebut, kebanyakan dari mereka wanita dan anak-anak.
Faksi Perlawanan Palestina Tolak Pemerintahan Asing di Gaza

Sementara itu Hamas, Jihad Islam, dan Front Populer untuk Pembebasan Palestina (FPLP) mengumumkan penolakan mereka terhadap perwalian nyanyian apa pun atas Gaza. Mereka menekankan bahwa pemerintahan di Jalur Gaza adalah murni urusan internal Palestina.
Hal ini disampaikan dalam pernyataan bersama yang dikeluarkan Jumat (10/10).malam oleh ketiga gerakan tersebut, bertepatan dengan dimulainya gencatan senjata dan mengeluarkan sebagian pasukan pendudukan Israel dari Jalur Gaza. Faksi ketiga tersebut mengapresiasi upaya Qatar, Turki, dan Mesir dalam mencapai kesepakatan.
Merujuk Aljazirah, faksi-faksi tersebut mengatakan perjanjian tersebut merupakan upaya politik dan keamanan dari rencana pendudukan untuk memaksakan pengungsian. Mereka mencatat bahwa “pembebasan ratusan tahanan perempuan dan laki-laki mencerminkan ketabahan perlawanan dan kesatuan posisi mereka.”
Faksi-faksi tersebut meminta negara-negara penengah dan Washington untuk memastikan komitmen penjajah terhadap perjanjian tersebut. Mereka juga memuji “gerakan global dalam solidaritas dengan rakyat kami untuk menolak genosida dan mengadili kejahatan masyarakat.”
Mereka juga menyatakan kesiapannya untuk mengambil manfaat dari partisipasi Arab dan internasional dalam rekonstruksi Gaza “dengan cara yang meningkatkan kehidupan yang berpotensi bagi rakyat kami dan menjaga hak-hak mereka atas tanah mereka.”
Sebaliknya, faksi ketiga tersebut menolak pengawasan atas Gaza.
“Kami menegaskan bahwa penentuan bentuk pemerintahan di Jalur Gaza adalah urusan internal Palestina.”
“Kami menekankan penolakan mutlak kami terhadap pengawasan asing, dan kami menegaskan bahwa menentukan bentuk pemerintahan di Jalur Gaza dan landasan kerja lembaga-lembaganya adalah masalah internal Palestina yang ditentukan bersama oleh komponen nasional rakyat kami.”
Mereka menyerukan dimulainya proses politik nasional yang bersatu dengan semua kekuatan dan faksi Palestina. Patut dicatat bahwa Hamas dan Israel mencapai kesepakatan pada Kamis pagi mengenai tahap pertama rencana Presiden AS Donald Trump untuk melakukan gencatan senjata dan pertukaran tahanan antara kedua belah pihak.
Perjanjian tersebut dicapai setelah empat hari negosiasi tidak langsung antara kedua pihak di Sharm el-Sheikh, dengan partisipasi Turki, Mesir, dan Qatar, dan di bawah pengawasan AS.
Satu dari 20 poin yang disampaikan Presiden AS Donald Trump terkait gencatan senjata permanen di Gaza melarang Hamas terlibat dalam bentuk apapun dalam pemerintahan di Gaza. Pemerintahan transisi kemudian akan dibentuk berisi para teknokrat Palestina.

Namun, pemerintahan transisi itu akan diawasi oleh dewan pengawas yang dipimpin Donald Trump serta mantan perdana menteri Inggris Tony Blair.
Para pakar menilai skema ini tak beda dengan kolonialisme baru yang ditimpakan terhadap warga Palestina. Mereka juga memertanyakan kesertaan Tony Blair yang terkenal dengan kebohongannya soal senjata pemusnah massal yang jadi alasan invasi Inggris-AS ke Irak.
(Wen WarouwRatusan ribu warga Irak tewas akibat perang tersebut. Jumlahnya berkali lipat jika termasuk korban kekacauan di Irak selepas invasi).Web Warou

