JAKARTA – Kepala Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Benny Ramdhani meminta Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo untuk menangkap bandar besar di balik kasus tindak pidana perdagangan orang (TPPO).
Benny mengaku sudah menyetor lima nama bandar besar kepada Polri untuk ditangkap sejak Mei 2023 lalu, tetapi sejauh ini hanya bandar kelas kecil yang dapat dibongkar dan dibekuk.
“Sayangnya bandar-bandar besarnya belum tersentuh. Saya sudah menyerahkan lima nama lho ke Pak Kapolri, di Batam misalnya, ini satupun belum tersentuh,” kata Benny seusai peringatan Hari Pekerja Migran Internasional di Tennis Indoor, Jakarta, Senin (18/12/2023).
“Kita bangga dengan 900 yang sudah ditangkap tersangka, tapi itu baru ikan teri, ikan kakapnya belum,” ujar dia melanjutkan.
Benurut Benny, mencegah penempatan pekerja migran secara ilegal maupun menangkap pelakunya bukanlah hal berat asalkan pemerintah punya komitmen yang serius. Sebab, BP2MI sudah memetakan daerah-daerah yang menjadi kantong rekrutmen pekerja migran ilegal.
Hanya saja, Benny menyebut bahwa sindikat tersebut dibekingi oleh orang-orang yang punya kekuatan, antara lain oknum TNI, Polri, maupun BP2MI.
“Yang paling penting adalah komitmen negara untuk benar-benar mau atau tidak memerangi sindikat penempatan ilegal. Ini bisnis kotor, bisnis haram yang perputaran uangnya sangat besar,” kata Benny.
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilapotkan, ia pun menegaskan bahwa BP2MI tengah membersihkan internal di BP2MI dari orang-orang yang terlibat dalam penempatan pekerja migran secara ilegal.
“Satu sudah kita pecat, satu ASN tidak boleh promosi kenaikan pangkat, tiga petugas kita di Bandara Soekarno-Hatta sudah kita pecat, dan 30 orang kita berhentikan tugasnya di Bandara Soekarno-Hatta dan kita ganti dengan orang-orang baru, ini langkah tegas BP2MI,” ujar Benny. (Enrico N. Abdielli)