WASHINGTON – Badan intelijen Amerika Serikat (AS) menyampaikan kekhawatiran jika Washington mengizinkan Ukraina menggunakan rudal jarak jauh pasokan Amerika untuk menyerang jauh ke dalam wilayah Rusia. Yang dikhawatirkan badan mata-mata Amerika adalah Rusia dapat menyerang pangkalan militer AS di seluruh dunia sebagai pembalasan.
Menurut penilaian intelijen yang dikutip oleh New York Times, Kamis (27/9/2024), meskipun Ukraina diizinkan menggunakan rudal secara bebas, hal itu tidak akan berdampak signifikan pada perang karena jumlahnya yang terbatas.
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, Amerika Serikat (AS) akan memberi Ukraina sistem pertahanan rudal Patriot tambahan sebagai bagian dari paket bantuan terbaru senilai USD7,9 miliar (lebih dari Rp119,6 triliun). Presiden AS Joe Biden mengumumkan dalam sebuah pernyataan pada Kamis bahwa Ukraina juga akan mendapatkan misil Patriot tambahan, peralatan pertahanan udara dan pencegat lainnya, drone, rudal jarak jauh, dan amunisi udara-ke-darat.
Biden mengatakan dukungan militer tersebut merupakan bagian dari paket untuk membantu Ukraina mempertahankan kota-kotanya dan rakyatnya.
Rusia Ubah Doktrin Nuklir
Sebelumnya dilaporkan, Presiden Vladimir Putin telah memerintahkan revisi doktrin nuklir Rusia, yang akan mengamanatkan Moskow melakukan serangan nuklir terhadap musuh penyerang Rusia. Pemerintah Amerika Serikat (AS) kesal dengan langkah Putin, yang menurut Menteri Luar Negeri Amerika Antony Blinken merupakan keputusan yang tidak bertanggung jawab.
Putin ingin doktrin nuklir Rusia diubah dengan mendefinisikan setiap agresi terhadap Rusia oleh negara non-nuklir dengan partisipasi atau dukungan negara nuklir dapat dianggap sebagai “serangan bersama” dan melewati “garis merah nuklir”.
Revisi dokumen yang diperintahkan pemimpin Kremlin itu menyiratkan bahwa aturan baru dapat berlaku untuk serangan Ukraina jauh ke dalam Rusia dengan senjata canggih yang dipasok oleh AS, Inggris, atau pun Prancis.
“Itu sama sekali tidak bertanggung jawab,” kesal Blinken dalam sebuah wawancara dengan MSNBC.
Dia menuduh Putin telah mengguncang “nuclear saber”.
Dia juga menganggap komentar Presiden Rusia itu tidak tepat waktu, karena para pemimpin dunia sedang berkumpul di New York untuk menghadiri Sidang Umum PBB, dan meminta masyarakat internasional untuk membahas perlunya lebih banyak pelucutan senjata.
Sementara itu, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov telah menjelaskan bahwa perintah Putin untuk memperbarui doktrin nuklir dimaksudkan sebagai peringatan bagi negara-negara Barat tentang dukungan terhadap peningkatan agresi Ukraina terhadap Rusia atau sekutu utamanya, Belarusia.
“Ini adalah sinyal peringatan bagi negara-negara ini tentang konsekuensi dari partisipasi mereka dalam serangan terhadap negara kami dengan berbagai cara, termasuk yang non-nuklir,” kata Peskov, seperti dikutip dari Russia Today, Jumat (27/8/2024).
Peskov yakin bahwa semua pemimpin dan analis yang berakal sehat telah memahami keseriusan pengumuman Putin. Putin belum menjelaskan lebih lanjut kapan revisi pada doktrin nuklir Rusia akan berlaku.
Sebelumnya, pemimpin Rusia telah berulang kali menyatakan sikap tertutup mengenai masalah senjata nuklir, dengan menyatakan pada bulan Juni bahwa dia berharap pertukaran nuklir antara Moskow dan Barat tidak akan pernah terjadi. (Web Warouw)