TANAH TORAJA- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan ucapan dukacita bagi para korban bencana tsunami yang terjadi di Selat Sunda pada Sabtu (22/12) malam. Presiden menegaskan, sejumlah elemen pemerintah saat ini telah bergerak untuk melakukan penanganan bencana.
“Saya ingin menyampaikan dukacita yang mendalam kepada korban di Provinsi Banten, Serang dan Pandeglang. Semoga yang ditinggalkan mendapatkan kesabaran,” kata Presiden Jokowi saat berkunjung di Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan, Minggu (23/12) pagi.
Kepala Negara mengaku pada pagi ini dirinya sudah memerintahkan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Menteri Sosial, Panglima TNI dan jajaran terkait lainnya untuk bersegera melakukan penanganan darurat sekaligus mendata kerusakan dan korban jiwa yang ditimbulkan.
“Tadi saya mendapat laporan ada beberapa yang meninggal karena tsunami ini. Tetapi memang datanya masih dalam proses berkembang. Kemudian tadi siang saya telepon lagi sudah tambah sehingga kita tunggu saja nanti laporan dari Banten,” ucap Presiden.
Meninggal 281 Orang
Sementara itu Korban tewas akibat tsunami Selat Sunda yang menerjang Banten dan Lampung bertambah menjadi 281 orang. Selain itu ada 1.016 orang yang menjadi korban luka-luka.
“Data sementara yang berhasil dihimpun Posko BNPB hingga 24 Desember 2018 pukul 07.00 WIB, tercatat 281 orang meninggal dunia, 1.016 orang luka-luka, 57 orang hilang dan 11.687 orang mengungsi,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulisnya, Senin (24/12).
Selain itu, Sutopo juga menyatakan ada 611 unit rumah rusak, 69 hotel-vila rusak hingga 420 perahu mengalami kerusakan akibat tsunami ini. Korban dan kerusakan ini disebut Sutopo berada di 5 kabupaten, yaitu Pandeglang, Serang, Lampung Selatan, Tanggamus dan Pesawaran.
“Jadi wilayah di Provinsi Banten dan Lampung yang berada di Selat Sunda. Daerah pesisir di Kabupaten Pandeglang adalah daerah yang paling banyak jumlah korban dan kerusakannya dibandingkan daerah lain,” jelasnya.
Sutopo memperkirakan jumlah ini masih akan terus bertambah karena belum semua korban berhasil dievakuasi, belum semua Puskesmas melaporkan korban, dan belum semua lokasi dapat didata keseluruhan. Kondisi ini menyebabkan data akan berubah. (Aslan/Enrico N. Abdielli)