LONDON – Sekjen NATO Mark Rutte telah meminta anggota blok militer pimpinan AS untuk mengadopsi “pola pikir masa perang” dan secara signifikan meningkatkan anggaran pertahanan, dengan mengutip dugaan ancaman dari Rusia dan negara-negara lain.
“Keamanan masa depan blok dipertaruhkan,” klaim Rutte dalam sambutan pembukaannya pada pertemuan Komite Militer Kepala Pertahanan di Brussels pada hari Rabu.
Ia menuduh Rusia, China, Korea Utara, dan Iran berusaha untuk “melemahkan demokrasi kita dan menggerogoti kebebasan kita.” “Untuk mencegah perang, kita perlu mempersiapkannya. Sudah waktunya untuk beralih ke pola pikir masa perang,” tegas Rutte, mendesak negara-negara NATO untuk mendanai “kemampuan pertahanan yang lebih banyak dan lebih baik.”
Rutte mencatat bahwa meskipun anggota NATO telah meningkatkan investasi pertahanan dan mengintensifkan latihan militer, upaya ini “tidak cukup untuk menghadapi bahaya yang akan datang dalam empat hingga lima tahun ke depan.”
Rutte juga memprioritaskan dukungan kepada Ukraina untuk “mengubah arah perang,” sebagai pengakuan diam-diam atas pembalikan arah Kiev di garis depan konflik.
Moskow telah berulang kali membantah pernyataan bahwa mereka merupakan ancaman bagi negara anggota NATO mana pun dan malah menuduh blok yang dipimpin AS itu melancarkan perang proksi terhadap Rusia dan melanggar batas wilayahnya.
Bulan lalu, Presiden Vladimir Putin mengatakan bahwa hampir semua negara NATO saat ini berperang dengan Rusia.
Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov juga mencatat pada hari Selasa bahwa sejarah tampaknya terulang kembali, yang menunjukkan bahwa ada “kesamaan yang jelas” antara konfrontasi Moskow saat ini dengan NATO dan upaya Napoleon Bonaparte dan Adolf Hitler untuk mengambil alih Rusia setelah menaklukkan puluhan negara Eropa.
Pada hari Selasa, Rutte mengumumkan bahwa NATO akan memperkuat kehadirannya di Laut Baltik – area strategis untuk operasi angkatan laut dan ekspor energi Rusia – dengan meluncurkan misi baru dengan dalih melindungi infrastruktur bawah laut.
Kepala NATO mengungkapkan bahwa kehadiran ini akan melibatkan fregat, pesawat patroli maritim, dan “armada kecil pesawat nirawak angkatan laut” yang diharapkan dapat memberikan “pengawasan dan pencegahan yang ditingkatkan.”
Pengumuman ini menyusul insiden yang melibatkan kapal tanker minyak yang terdaftar di Kepulauan Cook, Eagle S, yang diduga merusak kabel listrik Estlink 2 yang menghubungkan Finlandia dan Estonia bulan lalu. Uni Eropa telah memperingatkan bahwa mereka dapat menjatuhkan sanksi kepada Moskow atas apa yang digambarkan oleh kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Kaja Kallas sebagai “penghancuran yang disengaja terhadap infrastruktur penting Eropa” menggunakan “armada bayangan” kapal tanker, yang diduga termasuk Eagle S.
Meskipun kapal tanker tersebut telah ditahan oleh otoritas Finlandia, belum ada bukti konklusif yang diajukan terkait keterlibatannya dalam dugaan sabotase tersebut.
Moskow belum mengomentari insiden tersebut.
Kerahkan Kapal & Drone ke ‘Halaman Depan’ Rusia
Kepada Bergelora.com dilaporkan NATO, mengatakan akan segera mengerahkan fregat, pesawat patroli, dan pesawat nirawak Angkatan Laut di Laut Baltik. Hal ini terjadi saat aliansi itu menghadapi ketegangan dengan Rusia akibat serangan Moskow ke Ukraina.
Secara rinci, pengerahan ini masuk dalam operasi yang dijuluki Baltic Sentry. Ini dilakukan menyusul serangkaian insiden di mana kabel listrik, jaringan telekomunikasi, dan jaringan pipa gas telah rusak setelah serangan Rusia ke Ukraina pada bulan Februari 2022.
Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte mengatakan bahwa insiden perusakan kabel ini menunjukkan bahwa kapal yang menyebabkan kerusakan dapat ditangkap oleh penegak hukum.
“Potensi ancaman terhadap infrastruktur kami akan memiliki konsekuensi, termasuk kemungkinan naik ke kapal, penyitaan, dan penangkapan,” kata figur yang juga mantan Perdana Menteri Belanda itu, dikutip Rabu (15/1/2025).
Polisi Finlandia bulan lalu menyita kapal tanker pembawa minyak Rusia setelah menduga kapal tersebut telah merusak saluran listrik Estlink 2 Finlandia-Estonia dan empat kabel telekomunikasi dengan menyeret jangkarnya melintasi dasar laut. Presiden Finlandia Alexander Stubb mengatakan kerusakan itu ‘pasti’ terkait dengan Rusia.
“Mereka terkait erat dalam artian bahwa kapal itu merupakan bagian dari armada bayangan Rusia. Dan kita tahu bahwa muatannya sangat Rusia. Kaitannya pasti ada,” kata Stubb kepada Reuters, seraya menambahkan, bagaimanapun, bahwa masih terlalu dini untuk menarik kesimpulan lebih lanjut tentang atribusi tersebut.
Senada, Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan NATO sedang mempertimbangkan untuk menargetkan armada bayangan Rusia di wilayah Laut Baltik dengan sanksi untuk melindungi instalasi kritis bawah laut.
Diketahui, Laut Baltik juga merupakan pintu masuk Rusia dari Atlantik, sehingga perairan itu banyak dilintasi kapal Moskow.
“Kami akan terus mengambil tindakan terhadap armada bayangan Rusia, termasuk dengan sanksi yang telah diperkenalkan dan sanksi lain yang mungkin menyusul, termasuk terhadap kapal dan perusahaan pelayaran tertentu yang juga menimbulkan ancaman terhadap lingkungan,” ungkap Scholz kepada wartawan.
Presiden Latvia Edgars Rinkevics mengatakan sekitar 2.000 kapal menyeberangi Laut Baltik setiap hari. Ini membuat situasi sulit untuk memantau semuanya sehingga perlu adanya operasi tambahan.
“Mari kita hadapi kenyataan, kita tidak dapat menjamin perlindungan 100%, tetapi jika kita mengirimkan sinyal yang berani maka saya pikir insiden seperti itu akan berkurang atau bahkan berhenti,” ungkapnya. (Web Warouw)

