BRUSSEL – Kepala diplomat Uni Eropa (UE) Josep Borrell menyatakan keterkejutannya atas tingginya dukungan terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin di antara orang-orang di Afrika.
“Di Afrika, orang-orang mendukung Putin. Mereka mengatakan Putin menyelamatkan Donbass,” ujar Josep Borrell pada Kamis (11/7/2024), berbicara di Forum Publik NATO.
Borrell menekankan perlunya pendekatan baru terhadap pertahanan, dengan berfokus pada perang informasi daripada taktik militer tradisional.
“Kita membutuhkan pasukan yang berbeda. Kita membutuhkan orang-orang yang mengawasi jaringan dan orang-orang yang menjelaskan apa yang sedang terjadi, memprogram ulang para pendengar, memberi mereka informasi yang benar, untuk mencegah intervensi dalam proses pemilihan,” ujar kepala kebijakan luar negeri UE.
Borrell menyoroti pentingnya berfokus pada pertempuran informasi, yang dilakukan bukan di medan perang fisik tetapi di dalam pikiran orang-orang.
“Kita tidak perlu menjatuhkan bom atau mengerahkan tank; kita perlu menyebarkan berita dan menduduki dunia maya. UE sangat aktif di bidang ini,” ujar dia.
Pada Mei, dalam wawancara eksklusif dengan RT, Utusan Chad Mahamoud Adam Bechir menyatakan bahwa terpilihnya kembali Putin tidak hanya bermanfaat bagi rakyat Rusia, tetapi juga bagi seluruh dunia, termasuk Afrika.
Bechir mengatakan Putin telah memperkuat hubungan dengan Afrika, seraya menambahkan Rusia dipimpin seorang “presiden yang hebat.”
Sementara itu, dalam pertemuan dengan Presiden Rusia pada tanggal 20 Februari, Menteri Pertanian Dmitry Patrushev melaporkan Moskow telah berhasil mengirimkan 200.000 ton gandum ke enam negara Afrika berpendapatan rendah, secara gratis, menjadikannya inisiatif kemanusiaan terbesar yang pernah dilakukan Rusia.
Putin Prioritaskan Afrika
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan pengembangan hubungan dengan negara-negara Afrika menjadi prioritas bagi Moskow, Kamis (6/6/2024).
Berbicara dalam pertemuan dengan Presiden Zimbabwe Emmerson Mnangagwa di St. Petersburg, Putin menegaskan kehadiran seorang pemimpin Afrika di Forum Ekonomi St. Petersburg (SPIEF) menunjukkan minat yang besar untuk mengembangkan hubungan ini secara bersama-sama.
Putin menyoroti bahwa hubungan antara Rusia dan Zimbabwe sudah terjalin sejak masa perjuangan negara-negara Afrika melawan neokolonialisme. Dia menambahkan sangat menyenangkan melihat volume perdagangan antara kedua negara meningkat pesat selama setahun terakhir.
“Untuk itu, kita harus lebih giat bekerja untuk mendiversifikasi hubungan kita. Kami sepakat untuk terus mengembangkan kerja sama di kedua belah pihak. Format baru juga telah dibuat, termasuk pertemuan dan konsultasi di tingkat menteri luar negeri,” ujarnya.
Putin mengumumkan bahwa tahun ini, akan diadakan pertemuan para menteri luar negeri di kota resor Rusia, Sochi, pada musim gugur.
Sementara itu, Mnangagwa mengatakan Afrika bagian selatan dipandang sebagai “wilayah anti-Barat” dan karena itu menghadapi berbagai tantangan baik di tingkat nasional maupun global.
Dia meminta Putin untuk menganalisis di mana Rusia dan Zimbabwe dapat memperluas kerja sama, mengundang kedua negara untuk tetap bersama, terutama karena mereka memiliki pandangan yang serupa tentang banyak isu internasional.
Mnangagwa juga menyebutkan bahwa Amerika Serikat (AS) telah memperkuat kekuatan militernya di Zambia, yang dulu merupakan satu negara dengan Zimbabwe, sehingga menimbulkan ancaman bagi negaranya.
“Kami dulu merupakan bagian dari satu negara yang kini terbagi. AS sedang memperkuat kekuatan mereka di negara ini dari segi keamanan dan dukungan finansial untuk Zambia,” jelasnya.
Menlu Rusia, Sergey Lavrov, kiri, dan Menlu Burkina Faso, Karamoko Jean-Marie Traoré, tersenyum di Ouagadougou, Burkina Faso, Selasa, 4/6/2024.
Moskow menjanjikan lebih banyak dukungan untuk melawan kelompok militer ekstremis, sementara Lavrov melanjutkan turnya di Afrika Barat, dalam upaya mengisi kekosongan yang ditinggalkan Barat.
Menlu Rusia, Sergey Lavrov, kiri, dan Menlu Burkina Faso, Karamoko Jean-Marie Traoré, tersenyum di Ouagadougou, Burkina Faso, Selasa, 4/6/2024. Moskow menjanjikan lebih banyak dukungan untuk melawan kelompok militer ekstremis, sementara Lavrov melanjutkan turnya di Afrika Barat, dalam upaya mengisi kekosongan yang ditinggalkan Barat. (Sumber: AP Photo)
Berbeda dengan tetangganya, Zimbabwe bertekad untuk meraih kemerdekaan sejati dan berharap mendapatkan dukungan dari Rusia dalam hal ini.
Rusia semakin gencar memperluas pengaruhnya di Afrika, khususnya di wilayah Sahel yang kaya akan sumber daya mineral namun rentan terhadap konflik.
Diplomat-diplomat top Rusia melakukan kunjungan singkat ke beberapa negara di Afrika sub-Sahara minggu ini, menawarkan bantuan dan dukungan militer sebagai bagian dari upaya Moskow untuk memperkuat hubungannya dengan benua tersebut.
Rusia kini menjadi mitra keamanan pilihan bagi banyak negara di kawasan ini, menggantikan peran tradisional yang sebelumnya dipegang oleh Prancis dan AS. Upaya ini mencerminkan strategi Rusia untuk memperluas pengaruhnya di wilayah yang kaya namun penuh tantangan ini.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, yang semakin sering melakukan kunjungan ke Afrika dalam beberapa tahun terakhir, minggu ini mengunjungi Guinea, Republik Kongo, Burkina Faso, dan Chad.
Dalam kunjungan tersebut, Lavrov menjanjikan dukungan dalam berbagai bentuk, termasuk bantuan militer dan ekonomi, sebagai bagian dari komitmen Rusia untuk memperkuat hubungan dengan negara-negara Afrika.
Moskow juga semakin agresif dalam memperluas kerja sama militernya dengan negara-negara Afrika melalui perusahaan keamanan swasta seperti Wagner dan penerusnya, Africa Corps.
Tentara bayaran Rusia dari perusahaan-perusahaan ini memainkan peran penting dalam melindungi pemimpin Afrika serta membantu negara-negara tersebut dalam memerangi kelompok ekstremis. Upaya ini menunjukkan keseriusan Rusia untuk memperkuat posisinya di Afrika sebagai mitra keamanan yang dapat diandalkan. (Web Warouw)