JAKARTA- Kembali Indonesia diguncang teror bom. Kali ini sebuah bom dilempar ke sebuah gereja Oikumene di Samarinda, ibukota Kalimantan Timur. Badan Nasional Pemberantasan Terorisme (BNPT) perlu segera memperbaiki program deradikalisasi yang selama ini sudah berlangsung. Demikian anggota Fraksi Partai Demokrasi Indonesia (PDI)- Perjuangan, Eva Kusuma Sundari kepada Bergelora.com di Jakarta, Minggu (13/11).
“Kita amat menyesalkan dan mengutuk kejadian bom Samarinda, apalagi korbannya didominasi oleh anak-anak. Ini membuka mata kita bahwa bahaya radikalisme agama yang merupakan trend global sdh menjadi bahaya serius di Republik Indonesia saat ini,” ujarnya.
Sebagai pimpinan dari Kaukus Pancasila di DPR-RI, Eva Sundari menegaskan agar segera dilakukan evaluasi dan perbaikan progam radikalisasi terhadap eks narapidana teroris.
“Kejadian ini juga membuka mata kita bahwa BNPT perlu memperbaiki program deradikalisasinya karena pelaku adalah eks napi teroris yg merupakan jaringan kelompok radikal yang terlibat pada kasus bom buku tahun 2011,” jelasnya.
Menurutnya, insiden ini memunculkan dugaan terkait tdk saja adanya kekurangefektifan program pembinaan dalam Lembaga Pemasyarakatan (lapas) tetapi juga ada kelemahan dalam program pemantauan terhadap mantan napi teroris pasca dibebaskan.
“Harusnya pelaku penyerangan di Gereja Oikumene, Samarinda ini diawasi lebih ketat dikarenakan ia pernah diketahui membawa bendera ISIS di Parepare pada tahun 2014 dan sempat ditahan oleh kepolisian,” ujarnya.
Eva mendesak agar segara ada evaluasi mendalam dan menyeluruh terhadap program deradikalisasi selama ini perlu dilakukan sehingga dapat menjadi masukan bagi program pencegahan terorisme yang efektif sesuai konteks saat ini.
“Dari studi terakhir diketahui ada inter relasi antara perilaku intoleransi – radikalisme – terorisme. sehingga perlu perbaikan bagi program pencegahan radikalisme. Adanya Intoleransi yang menguat dapat memicu perilaku self radicalism yang dapat berkembang menjadi tindakan terorisme,” katanya.
Salah satu strategi BNPT untuk memperbaiki program deradikalisasi adalah dengan membangun early warning system terhadap gejala intoleransi terhadap kelompok primordial tertentu.
“BNPT kemudian dapat mensosialisasikan secara luas sehingga masyarakat bisa aktif untuk menjadi bagian dalam mekanisme pencegahan terorisme,” katanya.
Sebelumnya, ledakan bom molotov terjadi di Gereja Oikumene Sengkotek di Jalan Dr Cipto Mangunkusumo, Samarinda, Kalimantan Timur, pukul 10.10 Wita. Saat itu, sebagian jemaah gereja tengah beribadah, sedangkan sebagian lainnya berada di area parkir.
Pelaku, yang mengenakan celana dan kaus hitam, melemparkan bom molotov yang langsung meledak dan melukai empat orang. Korban sebagian merupakan anak-anak. Setelah melempar bom, pelaku langsung kabur dan terjun ke Sungai Mahakam. Warga yang ada di sekitar lokasi mengejar dan menangkap pelaku sebelum akhirnya diserahkan ke polisi.
Akibat kejadian ini jatuh korban 4 anak kecil yang saat kejadian berada di lokasi parkir gereja. Korban telah dibawa ke rumah sakit terdekat. (Web Warouw)