JAKARTA– Proses evakuasi korban kecelakaan pesawat jenis AB 320-200 dengan kode pesawat Air Asia QZ 8501 masih terus berlangsung. Indonesia tunduk berduka. Blackbox belum juga ditemukan. Kemungkinan besar, pilot pingsan saat terjebak ditengah turbulensi 15.000 feet/menit dalam comulusnimbus. Turbelensi juga menyebabkan mesin mati dan pesawat tidak terkendali. Dibawah ini wawancara Web Warouw dari Bergelora.com dengan pilot Captain Rudolf Albert Rooroh, CEO di Pilot School, Nusa Flying Internasional (NFI) di Jakarta, Kamis (1/1).
Apa sebenarnya yang terjadi dengan AirAsia kep?
Air Asia terjebak dalam cuaca ekstrim menyebabkan pesawat uncontrolled sehingga pilot probably black out (kemungkinan pingsan).
Apa faktor penyebabnya?
Ada 4 faktor penyebab utama kecelakaan pesawat. Pertama faktor perawatan pesawat, kedua faktor pilot, ketiga faktor cuaca dan keempat terorisme. Dalam hal QZ 8501 saya yakini faktor ke 3, cuaca. Karena faktor perawatan pesawat,– Air Asia selama ini memiliki reputasi yang baik dalam perawatan pesawat. Faktor Pilot,–selain training di Air Asia juga cukup baik, pilotnya sendiri cukup ber pengalaman. Faktor terorisme,– tidak ada tanda-tanda. Biasanya terorism akan meledakan pesawat atau bajak pesawat untuk suatu tuntutan. Maka faktor cuaca lebih kuat sebagai penyebab utama.
Bukankan sebelum terbang sudah briefing dan tahu ada comulusnimbus ?
Saat pilot brief yang dikasih ke pilot adalah weather forecast (ramalan cuaca). Pilot harus bisa melakukan kalkulasi dari weather forecast untuk mengambil keputusan. Sifat dari comulusnimbus itu bisa sangat cepat berubah ekstrim. Jadi walaupun pilot experience bisa saja missed. Probably black out karena bisa dibayangkan kalau pesawat terjebak dalam active comulusnimbus yang turbulensi di center area bisa mencapai 15000 feet/menit. Wide body aircraft pun akan sangat mungkin uncontrolled.
Bagaimana comulusnimbus bisa pingsan kep?
Turbulensi sebesar itu terjadi di center active comulusnimbus. Harus dihindarkan, (karena-red) kemampuan manusia di kondisi itu (pasti-red) tidak bisa survive.
Perbandingannya dengan jet coaster. Jet coaster itu pada saat manuver kecepatan naik dan turunnya paling tinggi 3.000 feet/menit dan tendensi hanya negative G (Grafitasi). Dalam turbulensi, tergantung posisi pesawat bisa menghasilkan negative maupun positive G, itu yang membuat black out. Bayangkan juga dalam posisi seperti naik jet coaster yang meluncur sangat cepat, tidak terkendali, badan seperti terhisap sekaligus seperti terpompa. Tubuh dan kepala kena benturan sehingga pasti tidak tahan dan pingsan. Sehingga tidak sempat menyerukan peringatan mayday…mayday.
Artinya pilot gagal untuk menghindari comulusnimbus?
Iya, istilah kita terjebak di aktif weather
Mengapa nelayan melihat tapi tidak mendengar suara mesin?
Mesinnya sudah mati waktu kena turbulensi. Awan itu berisi air yang sangat dingin bahkan menjadi es yang bisa masuk ke mesin dan mematikan mesin.
Ada yang bilang kemungkinan Autopilot?
Kalau juga autopilot, tidak akan bisa mengendalikan pesawat karena kuatnya turbulensi. Terjadi mis-controled. Turbulensi sepertinya mematikan semua sistim dalam pesawat.
Apakah pesawat utuh atau pecah?
Karena dugaan mesin pesawat sudah mati saat dalam aktif weather, maka pada saat pesawat keluar dari aktif weather akan gliding, karena pesawat didesign bisa gliding kalau mesin mati, selama tubuh dan sayapnya masih utuh. Namun karena tidak terkendali karena pilot black out, maka pada saat menyentuh air dengan sendirinya pesawat pecah atau terbelah dan tenggelam.
Mengapa pilot memutuskan tetap terbang walau cuaca buruk?
Analisa kejadiannya adalah saat perkiraan pesawat mendekati cuaca comulusnimbus aktif pilot meminta deviasi (keluar-red) dari jalur karena dijalur yang dilalui akan masuk ke dalam pusat aktif cumulo nimbus. Pilot meminta belok ke kiri dan naik ketinggian. Namun sambil menunggu ijin naik ketinggian dari ATC kemungkinan besar pesawat sudah masuk ke inti aktif weather dalam comulusnimbus.
Apakah radar gagal menangkap gejala comulus nimbus?
Saat ini kita belum mempunyai satelit cuaca yang bisa mendeteksi cuaca secara akurat. Tapi berbeda dengan system radar cuaca yang ada dipesawat, bisa menangkap gejala comulus nimbus itu. Radar pesawat di tandai dengan warna. Warna merah berarti intensitas aktifitas awan tinggi, harus dihindari. Tapi seberapa aktifnya juga tidak bisa ditebak. Pertumbuhan comulusnimus sangat cepat keata, bawa, samping dan tidak bisa diduga.
Bagaimana penumpang memastikan tetap berangkat atau sebaiknya membatalkan keberangkatan kalau cuaca buruk?
Penumpang tidak harus membatalkan penerbangan karena sebenarnya pilot sudah dibekali ilmu untuk menganalisa cuaca untuk malaksanakan atau menunda penerbangan. Bila keputusan pilot tetap melakukan penerbangan dalam cuaca yang buruk akan menghadapi cuaca buruk, pilot diberi hak untu melakukan RTB (return to base) atau Alternate Landing berupa pendaratan di bandara alternatif yang sudah dihitung pada saat persiapan penerbangan atau disebut Flight Plan.