Oleh: Dr. Kurtubi *
INGAT Sejarah, bahwa Bung Karno (BK) Presiden RI Pertama, adalah Pelopor dan Pendiri Gerakan Non Blok. Jangan sekali-sekali Meninggalkan Sejarah !
Kini identitas RI tersebut diperkuat oleh Presiden Jokowi yang saat ini juga pada posisi sebagai Ketua Presidensi G20. Presiden RI mendesak dengan mengambil langkah-langkah nyata agar kedua blok yang sedang berkonflik di Ukraina supaya segera BERDAMAI saja meski tidak bisa ces-pleng langsung, harus lewat proses tentunya.
Guna mengakhiri konflik yang sudah banyak menimbulkan kesengsaraan, memakan korban jiwa, kerusakan bangunan dan jutaan hidup dalam pengungsian.
Kalau kedua pihak tidak mau damai dan mengakhiri perang, disamping harga crude oil dan pangan melejit dan begejolak terus, juga ancaman Perang Nuklir akan menjadi semakin nyata.
Ekonomi dunia sudah menderita dengan inflasi yang melejit di semua negara termasuk di Amerika yang menderita dg inflasi tertinggi dalam 40 tahun terakhir.
Dunia terancam dengan kesulitan ekonomi yang semakin parah ditengah wabah covid-19 yang belum tuntas serta ancaman stagflasi total. Perang Dunia ketiga dengan menggunakan senjata Nuklir menjadi bukan barang mustahil untuk terjadi yang sangat mengerikan.
Semoga inisiatif Presiden Jokowi bisa berhasil.
Tidak tanggung-tanggung Presiden Jokowi langsung datang mengunjungi dan melihat lokasi korban perang meski peperangan masih berkecamuk !
Presiden melihat sendiri penderitaan Ukraina akibat invasi dan agresi Rusia di negara yang baru bebrapa tahun merdeka terlepas dari genggaman Uni Sovyet/ USSR dan terletak dimuka hidung Moscow. Kini berubah kiblat ke Amerika dan NATO. Dilihat sebagai ancaman terhadap Rusia.
Setelah menemui Presiden Ukraina, Presiden Jokowi langsung ke Moscow menemui Putin.
Jika melihat sejarah, langkah Putin dg kebijakannya untuk “mengganyang” Ukraina dengan aksi militer nyata, menginvasi/mengagresi Ukraina, sepertinya mirip dengan langkah Bung Karno tahun 1960-an dengan kebijakan “mengganyang” negara yang baru lahir bernama Malaysia bikinan neo-kolonialist Inggris yang terleletak di depan hidung Jakarta.
Sejarah juga mencatat kebijakan mengganyang Malaysia dengan Dwikoranya Bung Karno, telah berujung “kegagalan”.
Kelahiran Malaysia sebagai negara merdeka terlepas dari jajahan Inggeris, diakui dunia dan malah diterima masuk menjadi Anggota PBB.
Selang beberapa waktu, saking “jengkelnya” kemudian Bung Karno dengan gagah perkasa menyatakan Indonesia keluar dari PBB !!!
Bung Karno kemudian memproklamasikan lahirnya CONEFO (Confrence of the New Emerging Countries) sebagai tandingan TANDINGAN terhadap PBB yang menurut Bung Karno sudah didominasi oleh negara-negara kapitalis neokolonialis.
Kemudian CONEFO dilengkapi dengan lahirnya GANEFO yang merupakan ajang Pesta Olah Raga Dunia negara-negara NEFOS guna menandingini pesta olah raga Olympiade…..
NKRI menjadi sorotan dunia, sangat terhormat dan dihormati sebagai Pemimpin negara-negara New Emerging Forces. Disegani sekaligus dihormati oleh Rusia maupun Amerika yang merupakan dua kekuatan dunia di kala itu, yang bersaing dalam segala hal termasuk dalam menguasai Teknologi Ruang Angkasa dan Teknologi Nuklir.
Di era sekarang, setelah Bung Karno wafat sekitar 40 tahun yang lalu, jika Presiden Jokowi bisa berhasil.dengan inisiasi perdamaiannya atas Perang yang terjadi di Ukraina, yang sebelumnya juga sudah dilakukan oleh Presiden Erdogan dari Turki dan juga oleh Sekjen PBB agar Rusia dan Ukraina menghentikan peperangan dan berdamai. Ternyata kita ketahui upaya-upaya tersebut tidak berhasil.
Maka dengan memperhatikan rentetan-rentetan kejadian terkait apa yang terjadi sekarang di Ukraina, besar alasan kita untuk mengharap agar upaya perdamaian yang diinisiasi oleh Presiden Jokowi saat ini bisa berlanjut dan berhasil membuahkan Perdamaian di Ukraina.
Wajar jika kita mengharap HADIAH NOBEL PERDAMAIAN bisa diraih oleh Presiden RI. Semoga.
Houston, 30 Juni 2022.
* Penulis Dr. Kurtubi, Anggota DPRRI 2014 – 2019 Fraksi Nasdem. Alumnus CSM, IFP dan UI