KYIV – Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Selasa (27/8/2024) mengatakan, perang dengan Rusia pada akhirnya akan berakhir melalui dialog. Namun, kata dia, Kyiv harus berada dalam posisi yang kuat, dan dirinya akan menyampaikan rencana tersebut kepada Presiden AS Joe Biden serta dua calon yang berpotensi menjadi pengganti Biden.
“Tidak ada kompromi dengan Putin, dialog hari ini pada prinsipnya tidak ada muatannya dan tidak berarti, karena dia tidak ingin mengakhiri perang secara diplomatis. Dia tidak menginginkannya, dia berpura-pura siap untuk cara diplomatis, tetapi dengan syarat memberi 30 persen tanah kami kepadanya,” ujar Zelensky dalam sebuah konferensi pers.
Pemimpin Ukraina itu menyebut, serangan tiga pekan Kyiv ke wilayah Kursk di Rusia, merupakan bagian dari rencana tersebut.
Akan tetapi, menurut Zelensky, rencana itu juga mencakup langkah-langkah lain di bidang ekonomi dan diplomatik. Dia tidak menjelaskan lebih lanjut tentang langkah selanjutnya itu, tetapi mengatakan juga akan membahas rencana tersebut dengan Wakil Presiden Kamala Harris, calon dari Partai Demokrat, dan mungkin juga dengan Donald Trump, calon dari Partai Republik.
Keduanya merupakan calon presiden AS dalam Pilpres AS 2024 mendatang.
Zelensky mengatakan, dirinya berharap dapat berkunjung ke Amerika Serikat pada September, untuk menghadiri Sidang Umum PBB di New York, dan dia sedang mempersiapkan diri untuk bertemu Biden.
Pernyataannya menunjukkan bahwa dia melihat forum pembicaraan utama di PBB tersebut potensial sebagai tindak lanjut, dari pertemuan puncak internasional tentang perdamaian, di mana Ukraina menginginkan Rusia mengirimkan perwakilan.
Kepada Bergelora.com d Jakarta dilaporkan dari Kyiv, pertemuan puncak pertama untuk memaparkan visi perdamaian Kyiv, yang diadakan di Swiss pada Juni lalu, secara tegas meminggirkan Rusia. Namun, pertemuan itu menghadirkan banyak delegasi, meski tidak ada perwakilan dari China, yang merupakan negara dengan ekonomi terbesar kedua dunia.
Walau demikian, Ukraina berusaha menarik dukungan negara-negara di belahan bumi selatan. Zelensky bersikukuh, Rusia ingin mendikte persyaratan bagi Ukraina untuk setiap penyelesaian perang, sesuatu yang dianggap Kyiv tidak dapat diterima.
Dia mengatakan, serangan ke wilayah Kursk telah mengurangi jumlah negara di dunia, yang meminta Ukraina berkompromi dengan Rusia guna mengakhiri perang dan menyerahkan sebagian besar wilayahnya.
Dia juga mengatakan, Ukraina terus membuat kemajuan dalam produksi senjata dalam negerinya, dan telah melakukan uji coba pertama rudal balistik yang diproduksi di dalam negeri.
Serangan Putin Semakin Masif
Rusia melancarkan rangkaian serangan serangan ke wilayah Ukraina sejak, Senin (26/8/2024). Hal ini terjadi saat Kyiv terus menyerang dan menginvasi wilayah Kursk yang dimiliki Moskow dekat perbatasan.
Sejumlah laporan menyebut serangan Rusia dilakukan dengan ratusan pesawat nirawak dan rudal. Serangan ini menewaskan sedikitnya empat orang dan menghancurkan jaringan listrik negara yang sudah melemah.
“Moskow meluncurkan sedikitnya 127 rudal dan 109 pesawat nirawak dalam salah satu serangan Rusia terbesar,” kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, dikutip AFP, Selasa (27/8/2024).
“Dari jumlah tersebut, 102 rudal dan 99 pesawat nirawak ditembak jatuh,” timpal Komandan Angkatan Udara Ukraina Mykola Oleshchuk, yang menggambarkannya sebagai serangan “paling masif” Rusia.
Selain pada Senin, angkatan udara Ukraina mengkonfirmasi Selasa pagi bahwa ada sejumlah aktivitas lepas landas beberapa bomber misil Tu-95MS dari lapangan udara Engels di Rusia barat. Penerjunan itu memicu peringatan serangan udara di seluruh negeri.
Dalam pantauan AFP, setelah peringatan itu warga di ibu kota Kyiv bergegas berlindung di stasiun metro. Wartawan AFP juga mendengar ledakan yang tampaknya merupakan pertahanan udara.
“Kami selalu khawatir. Kami telah berada di bawah tekanan selama hampir tiga tahun sekarang,” kata Yulia Voloshyna, seorang pengacara berusia 34 tahun yang berlindung di metro Kyiv.
“Jujur saja, itu sangat menakutkan. Anda tidak tahu apa yang diharapkan,” katanya.
Kepala Staf Kepresidenan Ukraina, Andriy Yermak, mengatakan serangan itu menunjukkan bahwa Kyiv membutuhkan izin untuk menyerang “jauh ke wilayah Rusia dengan senjata Barat”.
Sejak menginvasi pada Februari 2022, Rusia telah meluncurkan serangan pesawat nirawak dan rudal skala besar berulang kali ke Ukraina. Ini termasuk serangan balasan terhadap fasilitas energi.
Kementerian Pertahanan Rusia mengkonfirmasi bahwa mereka menyerang fasilitas energi. Mereka mengklaim situs energi Ukraina banyak digunakan untuk membantu kompleks produksi militer.
Amerika Serikat (AS) dan Inggris sama-sama mengutuk serangan itu. Presiden AS Joe Biden menyebutnya “keterlaluan” dan Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy menyebutnya “pengecut”.
Kementerian Luar Negeri Jerman mengatakan bahwa “sekali lagi, Rusia-nya Putin (Presiden Rusia) membanjiri jalur kehidupan Ukraina dengan rudal”.
Nyasar ke Negara NATO
Polandia, anggota NATO, mengatakan wilayah udaranya dilanggar selama serangan Rusia ke Ukraina. Warsawa memperkirakan pelanggaran itu mungkin disebabkan oleh sebuah pesawat tanpa awak.
“Kami mungkin berhadapan dengan masuknya sebuah objek ke wilayah Polandia. Objek itu dikonfirmasi oleh sedikitnya tiga stasiun radiolokasi,” kata komandan operasional Angkatan Bersenjata Polandia. Jenderal Maciej Klisz,
Juru bicara komando Angkatan Darat Jacek Goryszewski mengatakan “sangat mungkin itu adalah pesawat tanpa awak tipe Shahed” rancangan Iran, yang digunakan oleh militer Rusia.
“Namun ini harus diverifikasi,” katanya kepada AFP, seraya menambahkan bahwa tidak dapat dikesampingkan bahwa pesawat tanpa awak itu telah meninggalkan wilayah Polandia.
Zelensky sendiri meminta angkatan udara Eropa untuk membantu Kyiv menjatuhkan pesawat tanpa awak dan rudal di masa mendatang. Ini agar ancaman dari Moskow tidak sampai ke Benua Biru.
“Di berbagai wilayah Ukraina, kami dapat berbuat lebih banyak untuk melindungi nyawa jika penerbangan tetangga Eropa kami bekerja sama dengan F-16 kami dan bersama dengan pertahanan udara kami,” kata Zelensky dalam sebuah pidato. (Calvin G. Eben-Haezer)