JAKARTA- Wakil Bendahara Partai Golangan Karya, Bambang Susatyo menyatakan terlalu dini untuk membicarakan apakah Golkar akan menjadi partai oposisi atau kembali menjadi partai pendukung pemerintah. Hal ini disampaikannya kepada Bergelora.com di Jakarta, Sabtu (2/7).
“Kita harus lihat dulu perkembangan pasca pengumuman Mahkamah Konstitusi (MK) pada 22 Agustus mendatang,”ujarnya.
Setidaknnya menurutnya ada dua indikator. Pertama, berapa banyak dan kuat, figur atau tokoh Golkar yang masuk jajaran kabinet selain Jusuf Kalla sebagai Wapresnya Jokowi kalau kelak dinyatakan oleh MK sebagai presiden terpilih.
“Masuknya tokoh Golkar tersebut jika ada dalam kabinet Jokowi-Jusuf Kalla, tentu karena peran masing-masing individu, bukan peran partai,” jelasnya.
Menurutnya juga kelompok yang bakal memenangkan pertarungan Munas Golkar pada 15 April 2015 mendatang akan menentukan.
“Apakah kelompok JK, Fahmi Idris dan kawan-kawan yang mendukung Jokowi atau kelompok ARB (Aburizal Bakrie-red) atau pengurus sekarang ini seperti Idrus Marham dan lainnya yang mendukung Prabowo. Atau Bahkan kelompok Agung Laksono atau kelompok MS Hidayat ? “ jelasnya.
Golkar saat ini secara official tidak bisa bicara soal penyusunan kabinet Jokowi karena terikat komitmen sebagai pendukung utama koalisi merah putih. Golkar bersama Gerindra serta anggota koalisi lainnya sedang berjuang di MK.
“Tidak elok rasanya sebagai partai, Golkar ‘mencla-mencle’. Ketika pilihan bergabung jatuh pada koalisi merah putih yang mendukung Prabowo, maka perjuangan harus sampai pada titik darah yang penghabisan,” ujarnya.
Menurutnya inilah sikap yang harus ditunjukan Golkar agar sebagai partai tetap dihargai. Baik oleh lawan maupun kawan. Bahwa, di dalam internal ada gejolak yang mempersoalkan keputusan tersebut, itu adalah dinamika biasa yang tidak boleh membuat Golkar goyah dan menjilat ludah sendiri.
“Saya pribadi, menilai Golkar dan para pemimpinnya saat ini sedang diuji. Apakah tetap teguh memegang komitmen, walaupun kelak tidak memperoleh jabatan atau posisi apa-apa dalam pemerintahan. Atau goyah pada iming-iming jabatan atau tunduk pada tekanan, baik, dari dalam maupun luar partai Golkar. Kalaupun kelak Golkar kembali menjadi bagian pemerintahan Jokowi, biarlah itu ditentukan oleh hasil Munas dan pemenang Munas mendatang,” ujarnya (Enrico N. Abdielli)