JAKARTA- Hingga saat ini belum ada vaksin yang bertahan lama dan efektif melawan virus dengan tingkat mutasi tinggi seperti SARS-CoV-2.
Hal itu tertulis dalam kajian berjudul “Developing dendritic cell for SARS-CoV-2 vaccine: Breakthrough in the pandemic”, yang dikirim ke Vaccines and Molecular Therapeutics yang merupakan bagian dari jurnal Frontiers in Immunology dan diterbitkan pada Selasa, 6 September 2022 lalu.
Dr. Jonny menjelaskan bahwa tulisan kajian ilmiah ini adalah tulisan yang ketiga tentang Vaksin Nusantara, yang mengembangkan Dendritic Cell SARS-CoV-2 dalam menghadapi ancaman wabah Covid-19.
Dengan demikian, kajian tentang Vaksin Nusantara di jurnal ilmiah medis internasional ini telah menepis kabut keraguan selama ini dari beberapa dokter dan ahli di dalam negeri tentang inovasi yang dilakukan oleh Tim Vaksin Nusantara yang dipimpin Dr. Terawan Agus Putranto, mantan Menteri Kesehatan RI.
Kegagalan Vaksin Covid yang Tersedia
Selama ini belum ada vaksin yang efektif tahan lama dalam menghadapi pandemi Covid-19.
Dalam kajian tersebut dituliskan, sejumlah vaksin yang telah tersedia mengalami penurunan efektivitas dan memerlukan pemberian booster. Sebagai sel penyaji antigen profesional, Sel Dendritik juga dapat mengaktifkan sistem kekebalan tubuh, terutama sel T.
“Kemampuan ini membuat sel dendritik telah dikembangkan sebagai vaksin untuk beberapa jenis penyakit. Pada infeksi SARS-CoV-2, sel T memainkan peran penting dalam menghilangkan virus, dan keberadaannya dapat dideteksi dalam jangka panjang,” demikian tulisan dalam jurnal tersebut, dikutip Bergelora.com di Jakarta, Jumat (9/9).
Lantaran itu, lanjutnya, kondisi ini menunjukkan bahwa pembentukan kekebalan sel T sangat penting untuk mencegah dan mengendalikan perjalanan penyakit.
“Pembuatan vaksin yang berorientasi untuk menginduksi respons sel T yang kuat dapat dibentuk dengan memanfaatkan sel dendritik. Pada artikel ini, kami membahas dan menggambarkan peran sel dendritik dan sel T dalam patogenesis infeksi SARS-CoV-2 dan merangkum peran penting sel dendritik dalam pembentukan kekebalan sel T,” jelasnya.
Kajian ini disusun oleh mantan Menteri Kesehatan, Prof Dr Terawan Agus Putrantio; Peneliti Utama Tim Vaksin Nusantara, Kolonel dr Jonny Sp. PD, K.GH M.Kes, MM, CAPD; Raolian Irfon dan Enda Cindylosa Sitepu dari Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, Jakarta, Indonesia.
Beberapa ahli juga telah terlibat dalam tulisan dalam Jurnal ilmiah kali ini. Sebagai editor, Dr. Yongjun Sui, dari National Cancer Institute (NIH), Amerika Serikat dan direview oleh Dr. Saidou Balam, dari University Medical Center Regensburg, Jerman dan Dr. Elizabeth De Gaspari, dari Adolfo Lutz Institute, Brazil.
“Kami menyusun konsep dasar pengembangan sel dendritik untuk vaksin SARS-CoV-2. Vaksin berbasis sel dendritik untuk SARS-CoV-2 berpotensi menjadi vaksin efektif yang memecahkan masalah yang ada,” tulis Tim Vaksin Nusantara.
Tingkat Keberhasilan Vaksin Nusantara
Dalam halaman 6 artikel tersebut dijelaskan bahwa, tingkat keberhasilan imunoterapi kanker dan vaksin infeksi berbasis dendritic cells (DC) menunjukkan potensi pengembangan DC sebagai vaksin SARS-CoV-2.
“Pendekatan ini memanfaatkan kemampuan untuk mempresentasikan antigen dan menginduksi sistem kekebalan yang dimiliki oleh DC. DC yang belum matang dapat diperkenalkan dengan antigen SARS-CoV-2, misalnya, protein S yang telah terbukti menimbulkan respons imun,” jelasnya.
Proses tersebut dapat dikembangkan baik secara in-vivo maupun ex-vivo. Namun pendekatan ex-vivo dapat menjadi pilihan dalam pengembangan vaksin ini karena kelayakannya dan memperpendek proses yang seharusnya terjadi di dalam tubuh.
Penelitian ini juga sudah dimuat dalam jurnal ilmiah pada 26 Mei 2022 dengan judul ‘Dendritic cell vaccine as a potential strategy to end the COVID-19 pandemic. Why should it be Ex Vivo?’
“DC yang telah terpapar antigen akan mengalami pematangan dan mengalir ke organ limfoid, kemudian mempresentasikan antigen ke sel T naif sehingga terbentuk kekebalan spesifik terhadap SARS-CoV-2 (71). Pendekatan ini saat ini sedang dikembangkan di Indonesia dan dikenal dengan nama Vaksin Nusantara,” urainya.
Kajian berikut adalah, hasil uji klinis Vaksin Nusantara yang digagas dokter Terawan telah terbit di jurnal medis internasional Human vaccines & Immunotherapeutics yang terindeks di Jurnal ilmiah Scopus dengan impact factor yang sangat tinggi 8.34.
Tulisan bertajuk “A personal COVID-19 dendritic cell vaccine made at point-of-care: Feasibility, safety, and antigenspecific cellular immune responses itu dirilis pada 26 Agustus 2022.
Dalam kata pengantar artikel dituliskan, induksi antibodi penetralisir untuk perlindungan segera adalah penekanan dari laporan awal vaksin COVID-19 yang saat ini tersedia. Namun, ada peningkatan minat pada respons sel-T yang terkait dengan produk ini.
Selanjutnya disebutkan, tujuan penelitian tersebut. Pertama menetapkan kelayakan persiapan vaksin sel dendritik pribadi terhadap protein lonjakan SARS-CoV-2 pada titik perawatan.
Kedua, menetapkan keamanan jangka pendek setelah injeksi vaksin subkutan tunggal.
Lalu ketiga, menentukan respons imun spesifik antigen setelah vaksinasi, dan keempat memilih formulasi yang disukai untuk uji coba di masa mendatang.
“Dengan dimuatnya Vaksin Nusantara dalam jurnal ini, menunjukkan bahwa Vaksin Nusantara dibuat bukan tanpa dasar-dasar ilmiah,” kata Peneliti Utama Vaksin Nusantara, Kolonel dr. Jonny, Sp.PD-KGH, M.Kes, MM ketika dihubungi.media, Rabu (7/9).
Ditambahkan dr Jonny, yang pertama dimuat di jurnal Expert Review of Vaccine, memberikan gambaran alasan-alasan kenapa membuat Vaksin Nusantara di luar tubuh.
“Yang ketiga, yang sekarang dimuat di Frontier in Immunology memberikan gambaran kenapa Vaksin Nusantara menggunakan sel Dendritik,” tandas Kolonel dr. Jonny, Sp.PD-KGH, M.Kes, MM. (Web Warouw)