Sabtu, 24 Mei 2025

JANGAN OMDO NIH..! Badan Karantina Bicara Hilirisasi Sarang Walet: Bisa Ekspor ke Seluruh Dunia

SLEMAN – Kepala Badan Karantina Indonesia (Barantin), Sahat M Panggabean, bicara soal hilirisasi sarang burung walet agar produknya bisa diekspor ke seluruh dunia. Hal itu dia sampaikan di Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM), Sleman.

Sahat mengatakan saat ini pasar utama ekspor sarang burung walet (SBW) Indonesia adalah China. Tapi, persyaratan yang ketat menyebabkan jumlah ekspor ke China belum optimal.

“Nggak sampai 30% sih, 20-an persen itu ke China. Negara-negara tujuan ekspor kita itu Hongkong, China, Vietnam, itu tiga besar. Masuknya ke situ, tapi ujung-ujungnya ke China,” kata Sahat seusai acara Lokakarya Nasional Prospek Budi Daya dan Hiliriisasi SBW di Indonesia di Fakultas Peternakan UGM, dikutip Bergelora.com di Yogyakarta, Rabu (30/4/2025).

Sahat memaparkan, pada 2024, jumlah ekspor sarang burung walet Indonesia sebanyak 1.274 ton. Negara tujuan ekspornya yakni Hong Kong, China, Vietnam, Singapura, Amerika Serikat, Taiwan, Malaysia, Australia, dan lain-lain.

Dia bilang kapasitas ekspor sarang burung walet Indonesia ke China sebesar 694 ton. Tapi yang bisa direalisasikan hanya 376 ton.

“SBW ini memang harganya cukup bagus, terutama saat ini yang paling tinggi ke China. Banyak kandungannya seperti protein, karbohidrat, mineral, juga unsur nilai kultur budaya, serta prosesnya yang memerlukan keahlian dan tahapan yang panjang,” ujar Sahat.

Selain dalam wujud mentah, kata Sahat, ekspor sarang burung walet juga dalam produk makanan dan minuman. Melihat potensi kandungan lain dari SBW, menurutnya hilirasasi menjadi cara agar produk ekspor bisa optimal.

“Kebijakan perwaletan kita itu harus sesuai dengan arahan presiden, yaitu melakukan hilirisasi,” ucap Sahat.

Hilirasasi yang dimaksud yakni membangun pabrik-pabrik pengolahan sarang burung wallet di Indonesia. Tujuannya agar pasar ekspornya jadi lebih luas dan membuka banyak lapangan kerja.

“Kalau kita ekstrak produk turunannya ini, untuk kesehatan dan kecantikan, untuk kecerdasan, itu akan digunakan di seluruh dunia. Bisa kita ekspor ke seluruh dunia,” kata Sahat.

“Kenapa saya mau industrialisasi di sini, ada potensi 24 ribuan tenaga kerja yang terjaga, itu yang direct, yang non-direct juga biasanya 10 kali dari situ,” imbuh dia.

Sahat menjelaskan, Indonesia adalah tempat yang potensial untuk budidaya walet karena kondisi iklim dan geografis yang mendukung. Namun, tantangan yang muncul yakni pemenuhan standar keamanan pangan negara tujuan ekspor.

“Sehingga kita perlu kajian scentific, supaya syarat-syarat (standar negara tujuan ekspor) itu bisa diturunkan. Scientific information itu yang saya butuhkan, itu berasal dari perguruan tinggi dan saya pikir UGM ini sudah pasti lah,” ujarnya.

Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan sementara itu Dekan Fakultas Peternakan UGM, Prof Budi Guntoro mengatakan pihaknya punya peralatan yang bisa digunakan untuk menganalisis dan mendukung secara akademik kebutuhan hilirisasi ini.

“Peralatan itu bisa digunakan untuk menganalisis apa saja. Termasuk juga untuk nest-nya (sarangnya) juga, kami siap untuk mendukung secara akademik,” kata Budi. (Hari Subagyo)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru