JAKARTA- Pemilihan umum anggota DPR dan pemilihan presiden masih sekitar 1,5 tahun lagi, tapi keputusan partai mana yang bisa bersaing dan siapa yang bakal menjadi calon presiden harus diputuskan sekitar setengah tahun pada tahun 2018 ini. Waktunya semakin pendek. Kalau memperhatikan suara pemilih, sampai saat survei terakhir dilakukan, tidak ada kecenderungan partai yang menguat kecuali PDIP. Demikian hasil Survei Nasional Desember 2017 “Tahun Politik 2018: Kekuatan Partai dan Calon Presiden” yang dirilis oleh Saiful Mujani Research and Consulting yang diterima Bergelora.com di Jakarta, Selasa (2/1).
Swing voter sebesar 38,4%. Jumlah sebesar ini sangat besar untuk membuat sejumlah partai yang ada di Senayan sekarang tidak lolos ambang batas karena berpindah ke partai lain atau tidak memilih lagi.
“Sejumlah partai yang sekarang sudah duduk di Senayan cenderung merosot perolehan suaranya, bahkan ada yang terlihat belum aman seperti PAN, Hanura, Nasdem. Ada yang cenderung aman tapi belum mencapai suara yang diperolehnya pada Pemilu 2014 seperti Golkar, Gerindra, Demokrat, PKB, PKS, PPP,” demikian laporan dari Survei Nasional Desember 2017 itu.
Disebutkan, masih ada waktu 1,5 tahun untuk partai-partai itu menaikkan suaranya hingga lolos lagi ke DPR. PDIP satu-satunya yang cenderung semakin kuat secara sangat signifikan dalam 3,5 tahun terakhir. Faktor utamanya penguatan itu karena identifikasi Presiden Jokowi dengan partai tersebut secara lebih kuat. Wajar karena Jokowi kader PDIP, dan PDIP adalah partai terbesar yang mencalonkan Jokowi 2014 yang lalu.
“Kenapa Jokowi? Karena pemilih nasional menilai bahwa Jokowi dan pemerintahannya berkinerja baik, dan dinilai semakin baik. Penilaian atas kinerja Presiden Jokowi yang positif itu konsisten dengan penilaian atas berbagai kondisi makro nasional oleh pemilih: ekonomi, politik, hukum, kemanan, dan sosial. Semuanya dinilai semakin membaik secara umum.
“Kinerja baik tersebut bukan saja berimplikasi pada partai yang diidentifikasikan dengannya, tapi yang lebih langsung adalah efeknya pada Jokowi untuk kembali dipilih sebagai presiden pada 2019 nanti.
“Sejauh ini belum terlihat tokoh nasional yang bisa menyaingi Jokowi dalam Pilpres. Prabowo masih pesaing terbaik Jokowi, tapi ia pun cenderung melemah. Dalam posisi Jokowi yang kuat seperti itu maka Jokowi punya keleluasaan untuk menentukan cawapresnya seperti yang dilakukan SBY pada Pilpres 2009,” demikian laporan dari Survei Nasional Desember 2017 itu.
Menurut lembaga tersebut, Jokowi sejauh ini unggul atas pesaing-pesaing potensialnya di berbagai kategori demografi agama, suku-bangsa, daerah, kelas sosial, dan lainnya.
“Bila tidak ada peristiwa besar dalam satu setengah tahun ke depan, misalnya skandal korupsi, krisis ekonomi atau ekonomi memburuk, dan keamanan memburuk, maka kemungkinan besar PDIP akan kembali menjadi partai dengan perolehan suara paling besar, dan lebih besar dari hasil pemilu 2014, dan Jokowi akan terpilih lagi jadi presiden secara lebih meyakinkan,” tegas kesimpulan Survei Nasional tersebut. (Web Warouw)