JAKARTA- Pemerintahan baru dibawah kepemimpinan Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla (JK) diharapkan bisa memprioritaskan Industri Pariwisata, agar menjadi salah satu industri andalan yang akan menyerap tenaga kerja, pertumbuhan wilayah secara merata. Karena setiap wilayah Indonesia memiliki potensi pariwisata.
Hal ini disampaikan oleh Vice President The Asian Federation of Exhibition and Convention Associations (AFECA), Iqbal Alan Abdullah kepada Bergelora.com di Jakarta, Senin (2/6) menanggapi target capaian industri pariwisata yang disiapkan oleh calon presiden dan wakil presiden Jokowi-JK.
Menurutnya, saat ini berbagai perijinan bisnis pariwisata harus dipermudah bagi investor untuk membuka bisnis pariwisata ditingkatan daerah. Apabila pariwisata berkembang maka ekonomi akan bertumbuh lebih cepat.
“Saat ini investor enggan karena berbagai perijinan mempersulit bisnis pariwisata. Ijin mendirikan perusahaan saja bisa 1,5 bulan, dapat NPWP saja 1 bulan, padahal orang mau bayar pajak. Dengan target pariwisata pak Jokowi maka dalam lima tahun target kunjungan wisata bisa meningkat menjadi 2 kali lipat dari saat ini,” ujarnya.
Tentang berbagai tempat wisata yang tidak terawat, menurutnya pemerintah pusat dibawah kepemimpinan Jokowi-JK akan bisa mendorong pemerintah daerah agar kembali merawat dan mengembangkan daerah-daerah wisata agar menarik wisatawan.
“Sekarang kan era otonomi daerah. Tapi pemerintah pusat jangan lepas tangan. Regulasi daerah untuk pariwisata harus dipermudah sehingga investor masuk ke bisnis wisata.
Ketua Umum Indonesia Conggres and Convention Association (INCCA) ini juga menjelaskan bahwa pulau Bali harus menjadi pelajaran bagaimana rakyat dan pemerintah setempat bekerjasama dan sangat akomodatif terhadap industri pariwisata yang kemudian mendorong ekonomi Bali berkembang pesat.
“Setiap propinsi harus punya pengembangan pariwisata andalan sampai ditingkat 2 kabupaten-kabupaten pedalaman. Semua daerah harus bisa jadi seperti Bali,” ujarnya.
Padat Kerja
Menurutnya, industri pariwisata adalah industri yang padat kerja sehingga akan menyerap tenaga kerja yang besar dari bisnis perhotelan, traveling, pasar tradisional, hiburan, restoran , perkapalan, penerbangan, guide (penunjuk jalan) dan lainnya.
“Satu orang wisatawan setidaknya akan menyerap 4 orang tenaga kerja dari supir, guide, hotel dan restoran. Semua bisnis terlibat dari yang kelas bawah sampai menengah bahkan kelas atas,” ujarnya.
Saat ini menurutnya Indonesia telah meninggalkan pasar pariwisata utama yang lama karena berpindah fokus hanya ke Amerika dan Eropa. Padahal Cina dan India adalah negara yang memiliki hubungan sejarah dengan Indonesia dan penduduk yang lebih besar.
“Situs dan sejarah India dan Cina tersebar hampir disetiap kota besar di seluruh Indonesia. Kita harus bisa kembali membuka hubungan wisata dengan dua negara itu. Sambil mempertahankan yang dari Eropa dan Amerika. Kita jangan kalah dengan Malaysia,” ujarnya.
Eco-tourism
Menurut Iqbal Alan Abdullah dalam visi misi nya, Jokowi-JK memadukan pembangunan karakter dan potensi pariwisata sejalan dengan judul visi dan misi ‘Jalan Perubahan untuk Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian’.
Jokowi-JK menurutnya berencana akan mengembangkan kawasan pariwisata berbasis segitiga emas pariwisata di titik strategis kawasan Indonesia untuk membangun intersullar tourism dan budaya lokal seperti kawasan Bunaken-Wakatobi-Raja Ampat.
Dalam industri pariwisata, pemerintah menurutnya akan memfasilitasi promosi dan keterlibatan rakyat dalam pendidikan kebudayaan, pengelolaan lokasi dan dukungan kebijakan untuk memfasilitasi pengembangan ekonomi kreatif berbasis padaeco-tourism.
“Kita perlu sebuah konsep pengembangan pariwisata yang terarah dengan mempertimbangan aspek geografisnya dan kekayaan budaya lokal,” ujarnya. (Enrico N. Abdielli)