BEIRUT – Perang Israel melawan kelompok Hamas sampai di Lebanon. Akibat dari serangan itu, wakil pemimpin Hamas Saleh al-Aruri tewas bersama pengawalnya pada Selasa (2/1/2024).
Seorang pejabat keamanan tingkat tinggi Lebanon mengatakan kepada AFP bahwa Saleh al-Aruri tewas bersama pengawalnya dalam serangan Israel.
Sebelumnya, Israel telah mengumumkan pembunuhan komandan dan pejabat Hamas di Gaza selama perang.
Tetapi, kematian Aruri terjadi dalam serangan pertama di ibu kota Lebanon sejak permusuhan dimulai.
Juru bicara militer Israel Daniel Hagari tidak secara langsung mengomentari pembunuhan Aruri, namun pihaknya siap menghadapi kemungkinan yang terjadi usai peristiwa tersebut.
Pejabat keamanan di Lebanon membenarkan informasi tentang pembunuhan Aruri. Media pemerintah Lebanon melaporkan serangan itu menghantam kantor Hamas di pinggiran selatan Beirut, yang merupakan basis gerakan Hezbollah Lebanon yang didukung Iran, sekutu Hamas.
KepadanBergelora
Com di Jakarta dilaporkan dari Beirut, Hamas TV menyatakan Israel telah membunuh Aruri di Lebanon.
Media Lebanon juga menyebutkan total tujuh orang tewas dalam serangan drone Israel.
Dari serangan tersebut menambah ketakutan regional bahwa perang Israel-Hamas yang telah berlangsung hampir tiga bulan bisa menjadi konflik yang lebih besar.
Hamas mengatakan pembunuhan itu tidak akan menyebabkan kekalahannya, sementara Hezbollah bersumpah kematian Aruri tidak akan dibiarkan begitu saja.
Hezbollah menyebut bahwa peristiwa ini sebagai serangan yang serius terhadap Lebanon dan jadi perkembangan yang berbahaya selama perang berlangsung.
Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati mengutuk pembunuhan tersebut dan mengatakan hal itu bertujuan untuk menarik Lebanon lebih jauh ke dalam perang Israel-Hamas.
Hingga kini, serangan Israel di Gaza telah menewaskan sedikitnya 22.185 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menurut kementerian kesehatan Gaza.
Di Khan Younis, Israel dua kali menyerang markas besar Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) yang mengakibatkan lima korban jiwa dan tiga luka-luka, di antara para pengungsi yang mencari perlindungan di sana dan di rumah sakit terdekat.
“Mereka menyuruh kami pergi ke selatan yang aman, tapi mereka bohong,” teriak Fathi al-Af sambil menunjuk putrinya yang ditandu di lantai Rumah Sakit Nasser setelah serangan Bulan Sabit Merah, dikutip dari AFP pada Rabu (3/1/2024).
“Seluruh Jalur Gaza tidak aman,” kata dia.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan risiko kelaparan dan penyakit, lantaran bantuan yang masuk hanya sedikit.
Salah satu warga Gaza, Wojud Kamal al-Shinbary mengaku sedih karena tak bisa memberi popok maupun susu formula untuk bayinya.
“Orang-orang Hamas bersembunyi di rumah dan terowongan mereka, sementara kami tidak menemukan makanan atau minuman dan sekarat karena kedinginan,” tutur dia.
“Saya punya bayi, saya tidak bisa memberinya popok atau susu formula,” imbuh Wojud Kamal al-Shinbary, seperti kebanyakan warga Gaza lainnya, mereka pergi ke Rafah, di ujung selatan Gaza. (Web Warouw)