Rabu, 2 Juli 2025

MAKIN TERKUAK…! Siti Fadilah: Pemecatan Terawan, IDI Bawa Kepentingan Bisnis, Rakyat Dirugikan

JAKARTA- Pemecatan Dr. Terawan Agus Putranto oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) kental berbau kepentingan bisnis di dalam organisasi profesi dokter Indonesia. Hal ini disampaikan mantan Menteri Kesehatan, Siti Fadilah Supari.

“Kemungkinan besar karena Vaksin Nusantara akan menjadi solusi bagi pandemi Covid-19 maka, bisnis vaksin terganggu dan mendorong pemecatan Terawan,” ujarnya kepada Bergelora.com di Jakarta, Selasa (29/3).

Sebelumnya Siti menyoroti adanya dugaan kepentingan dalam pemecetan tersebut.

“Saya khawatir kalau ada background-background yang berkaitan bisnis itu. Karena munculnya vaksin Nusantara pasti akan menganggu vaksin konvensional. Dan itu (vaksin Nusantara) banyak yang dimaui oleh orang-orang yang mengerti secara ilmiah,” tuturnya.

Ia lantas khawatir ada skenario busuk dibalik pemecatan tersebut.

Video lengkap Siti Fadilah di TvOne membela Dokter Terawan:

“Saya takutnya persoalan pribadi atau persoalan profesi ditumpangi kepentingan bisnis kelompok tertentu, nah ini ya kita harus ha-hati. Jangan dihambatlah vaksin Nusantara,” tandasnya di YouTube tvOneNews pada Selasa, 29 Maret 2022.

Mantan Menteri Kesehatan RI, Siti Fadilah Supari ikut bereaksi atas pemecatan yang dilakukan pengurus Ikatan Dokter Indonesia atau IDI terhadap dokter Terawan Agus Putranto.

Tak hanya prihatin, Siti Fadilah juga mengaku khawatir, jika pemecatan itu akan mempengaruhi peredaran vaksin Nusantara yang digagas oleh dokter Terawan.

“Padahal ini adalah karya anak bangsa dan sudah diakui di luar negeri dan semuanya berdasarkan suatu fakta-fakta ilmiah yang jelas dan tegas,” katanya.

“Nah kalau ini sampai mempengaruhi beredarnya vaksin Nusantara. Waduh, ini rakyat sudah menanti-menanti. Rakyat akan banyak kecewa terhadap IDI,” sambungnya.

Menurut Siti Fadilah, apa yang dilakukan IDI bukanlah keputusan yang tepat.

“Padahal IDI itu pembina dokter bukan pembinasa dokter. Kalau dokternya salah diajarin, kalau dokternya ada kesulitan ya ditolongin, harusnya IDI begitu. Kita bayar loh tiap bulan, bukan memecat seumur hidup, wong sekolahnya aja lama, pasiennya aja banyak. Apa nanti (dokter Terawan) jadi dukun Terawan kan lucu,” kelakar Siti.

“Dan saya heran ini kenapa vaksin Nusantara susah banget berkembang di Indonesia. Padahal kalau di Indonesia berkembang (pandemi) cepat sakali selesai dan akan menguntungkan Indonesia,” timpalnya lagi.

Rebutan Lapak

Hal yang sama dikemukan oleh Ketua Asosiasi Ilmuwan Praktisi Hukum Indonesia (Alpha), Azmi Syahputra yang mengaku heran dengan pemecatan dokter Terawan Agus Putranto dari keanggotaan Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

Dia mensinyalir mantan Menteri Kesehatan RI sengaja digusur lantaran dia sudah mulai merambah ke bidang kesehatan lainnya. Terawan selama ini dikenal sebagai dokter radiologi, namun belakangan dirinya juga menangani banyak masalah kesehatan lainnya.

“Masalah ini justru tampak ada perbedaaan pandangan personal komunikasi dengan organisasi atau ada dugaan ‘rebutan lahan’ karena Dokter Terawan yang dianggap sebagai dokter radiologi justru masuk ke bidang dokter spesialis lainnya,” kata Azmi Syahputra kepada wartawan Selasa (29/3/2022).

Adapun pemecatan Terawan dilakukan karena berbagai alasan, salah satunya soal pembuatan vaksin merah putih yang digagasnya. Azmi Syahputra merasa ganjil dengan alasan pemecatan itu, kata dia, seharusnya Terawan didukung karena temuan-temuan terbarunya bukan sebaliknya justru ditendang dari keanggotan IDI.

“Metode yang ditemukan dr Terawan semestinya bisa menjadi aset intelektual bangsa karenanya hal ini perlu ditangani dan peran pemerintah dengan langkah cepat dan bijak,” tuturnya.

Lebih lanjut, Azmi menyebut jika Dokter Terawan memang dianggap dokter yang memiliki multi kemampuan di bidangnya, seharusnya didorong untuk studi lanjut. Kalau perlu difasilitasi laboratoriumnya atau dibuat tim terpadu untuk melakukan penelitian di bidang yang ia temukan.

“Tentunya diberikan jaminan berupa royalti atas hak kekayaan intelektual temuannya tersebut. Ini adalah solusi terbaik yang adil dan bijak untuk ditempuh, bukan langsung dilakukan pemecatan,”

Ia juga menganggap, IDI sebagai rumah bagi ilmuwan dan profesional tidak bijaksana melakukan pemberhentian. Karena IDI mempunyai fungsi yang strategis yakni menghimpun segenap potensi dokter dari seluruh Indonesia.

“IDI juga berfungsi menjaga dan meningkatkan harkat dan martabat serta kehormatan profesi kedokteran, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran, termasuk meningkatkan kesehatan rakyat Indonesia untuk menuju masyarakat sehat dan sejahtera,” tukasnya.

Parlemen Memanggil

Ketua Komite III DPD RI Sylviana Murni. Komite III DPD RI akan memanggil Ikatan Dokter Indonesia (IDI) untuk memberikan informasi dan klarifikasi terkait pemecatan dr Terawan dari keanggotaan IDI.

Melihat kondisi tersebut, Ketua Komite III DPD RI Sylviana Murni yang membidangi Kesehatan menyikapinya dengan tegas akan memanggil IDI.

“Apa tidak ada langkah yang lebih bijak kalau memang ada kekeliruan oleh yang bersangkutan, karena bagaimanapun beliau pernah berjasa bagi negara ini. Tentu ini sebagai catatan kami di Komite III, kami akan memanggil IDI untuk memberikan informasi dan klarifikasi,” tegas Ketua Komite III DPD RI Sylviana Murni.

Lebih lanjut, Senator asal Dapil Provinsi DKI Jakarta ini turut mengapresiasi atas torehan jasa yang pernah dibuat oleh dr Terawan. “Saya menyakini bahwa Vaksin Nusantara yang digarap dr Terawan ini mampu akselerasi atasi pandemi Covid-19, tidak sekadar mendukung tapi saya juga sudah disuntik vaksin nusantara oleh Dokter Terawan pada (21/5/2021) tempo lalu,” jelasnya.

Atas jasa-jasanya tersebut, perempuan yang akrab disapa Mpok Sylvi ini menilai bahwa dr Terawan berhak diperjuangkan agar mendapatkan keputusan yang bijak.

“Pasalnya dr Terawan adalah salah satu dokter terbaik yang dimiliki Indonesia. Banyak prestasinya, kami akan memperjuangkannya.” (Web Warouw)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru