Oleh: Toga Tambunan
PERTANYAAN diatas mengapa Israel selalu tak terkalahkan urusannya terbatas hanya terhadap kasus perang milisi Hamas didirikan organisasi Ikwanul Muslimin diinisiasi aktornya Sheikh Ahmad Yassin ini versus negara Israel modern paska berdiri tahun 1948 oleh beberapa tokoh Zionisme.
Perang yang kini sedang menguncang dunia ini, kelanjutan tiga perang sebelumnya yaitu perang 1948, perang Enam hari tahun 1967 dan perang Yon Kippur tahun 1973. Serangan kali ini dilakukan sendiri milisi Hamas dan bukan oleh koalisi negara Arab sebagaimana terjadi pada tiga perang terdahulu yang dimenangkan Israel.
Hattrick tiga kemenangan Israel itu memang fenomenal, membuat masyarakat dunia terkesima yang otomatis mengerek naik tinggi pamor internasional Israel.
Kehebatan tempur pasukan Israel, jika dikatakan berkat alutsista canggih, pasti salah besar. Semua verifikasi peperangan tentang kemenangan ditentukan variabel manusia pemegang alutsista yang melakoni sistim dan siasat cerdik pertempuran. Kecerdikan siasat sumber daya serdadu berperang senantiasa rujukan utama potensil merebut kemenangan ditunjang faktor fisik prima serdadu, alutsista dan logistik. Letjen (purn) TB Simatupang, mantan KSAP RI maupun Mao Tse Tung mengutarakan peranan manusia itu paling menentukan memenangkan perang dalam buku risalah pengalamannya.
Kebengisan libas mencederai tubuh, terjangan siksaan pengeliminasi martabat, pukulan ekor pari peremuk tulang kehidupan masa depan, pencungkil otot silaturahmi keluarga dan perkawanan terhadap kawan, tetangga, perseorangan atau keiompok atau bangsa yang berharap hidup sentosa, seperti pengalaman para korban HAM berat di Indonesia, sepanjang rezim Soeharto tempohari, ternyata smelterisasi karakter si korban jadi penyintas berani, tangguh, cerdas, tringginas bersemangat tinggi.
Ujaran diatas terkonfirmasi lahirnya keberanian, kecerdasan, ketangguhan, semangat berapi-api para pejuang patriotik Indonesia, misalnya angkatan 1926 hingga angkatan 1945 yang terutama terbentuk di asrama pemuda yang sekarang dinamai Gedung Juang di Jl. Menteng 31 dan dikonfirmasi pula di Surabaya pada pertempuran bulan Nopember 1945 laskar Indonesia bersenjatakan bedil seadanya dan didominasi bambu runcing sanggup mengalahkan pasukan Inggris, pemenang PD II yang bersenjata modern.
Begitulah bani Israel sebelum 1948, menyintasi sejarah pahit getir luar biasa selama setidaknya kurang lebih 1900 tahun yaitu hanya hitungan terbuang di Babel ditambah lamanya sejak diusir raja Hadrian hingga 1948. Akumulasi estafet penderitaan hingga paska PD lI, mengkonstruksi rangkaian identitas jiwa sanubari generasi ke generasi bani Israel berikutnya, semakin berkarakter tangguh, pintar, tinggi semangat. Demikian juga tampil cerdas mengorganisasi, merancang siasat, pengadaan logistik daya tempur dalam peperangan khususnya tertantang perkara konflik tanah di Palestina ini, adalah hutang eksistensi yang mereka mau lunasi.
Bani Israel menyintas sejarah penderitaan batin dan fisik sejak zaman Firaun dinasti Sobekhotep IV di Mesir pada sekitar tahun 1500 SM hingga 1948, dengan interupsi berjaya hanya selama masa kerajaan Daud dan Salomo saja.
Firaun Sobekhotep IV itulah ditengarai menindas bani Israel yang tidak tahu lagi kronologi Yusuf, tangan kanan Firaun pendahulunya.
Perkara tanah Israel
tercatat di Alkitab, ditulis banyak sejarahwan, juga dalam Al Quran, dan bukti artefak penelitian arkeologis.
Konflik tanah di Palestina bahkan sebelum bernama Palestina, antara bani Israel dengan berbagai suku pemukim di wijayah itu sudah terjadi konon sejak dahulu kala.
Urusan konflik kasus tanah dengan bangsa Arab di Palestina baru terjadi paska 1948 setelah bani Israel Zionis mendirikan negara. Sebelum itu bani Israel tidak punya negara. Kekhalifahan Utsmaniah ketika koptasi dan memiliki Palestina justru berurusan dengan bangsa Arab yang diperkirakan mulai tahun 550-an semakin banyak masuk ke Palestina, sedang bani Israel sudah terserak diaspora di tiap pelosok dunia. Kalaupun ada yang tinggal hanya sedikit dan sudah rela menanggalkan identitasnya.
Tiga kali perang dengan koalisi negara Arab, rentang waktu 1948 hingga 1973, memang negara Israel modern menang telak. Betapa pun definitif faktual Israel menang telak berulang kali, namun kejadian fenomenal itu tidak dapat meniscayakan, negara Israel modern itu selalu akan menang pada tiap perang berikutnya.
Sebelumnya di masa lampau mereferensikan bani Israel tidak selalu menang melawan bangsa Filistin, lho. Pendiami luas tanah Kanaan dahulu sekitar 2500-an tahun SM adalah bangsa Filistin. bukan orang Arab yang diperkirakan banyak imigrasi, baru sekitar tahun 550-an SM ke Palestina. Sementara bangsa semula Filisten tidak terlacak lagi, dampak raja Hadrian, kaisar Romawi sekitar tahun (117 – 138) menetapkan mengganti nama wilayah itu jadi Syria Palestina dan sebutan serta identitas penduduknya mengikuti nama baru wilayah itu, orang Palestina.
Bani Israel yang menolak identitas itu dipaksa diusir meninggalkan tanah airnya, milik yang mereka diami. Sejak itu bani Israel tersebar ke segala pelosok bumi.
Setelah itulah orang Arab imigrasi memasuki wilayah yang sudah bernama Palestina itu dan populasinya kian tambah banyak.
Kaisar Romawi, Raja Hadrian (117 – 138) sengaja membuang identitas bani Israel dari akar sejarahnya, bertujuan melumpuhkan niat, moral dan semangat memberontak pada generasi bani Israel berikutnya jika sudah kehilangan identitas.
Mayoritas bani Israel meyakini Yesus itu bukanlah tokoh Mesias yang mereka tunggu untuk mendirikan kembali kerajaan Daud di Sion. Mereka menyalibkan Yesus yang diimani Kristiani adalah Allah sendiri yang hadir di bumi.
Tindakan bani Israel beragama Jahudi menyalibkan Yesus Kristus itu di klasifikasi penghujat Allah atau pengikut Lucifer yang pasti dibinasakan Allah, membentangkan ngarai terjal pemisah keyakinan. Aktualisasi permusuhan itu kemudiannya terjadi dalam masa perang salib. Pasukan beragama Kristen melepaskan dendam kesumat, berlaku kejam terhadag bani Israel beragama Jahudi.
Bani Israel beragama Jahudi itu sasaran kejam dan target bunuh dalam operasi inkuisisi tahun 1400-an dilakukan hegomoni supremasi gereja sebelum terbagi Katholik dan Protestan. Korban terbanyak operasi inkuisisi bengis terdapat di Spanyol.
Denominasi Protestan setelah terbentuk dan pisah dari gereja induk semula bersikap lunak dan toleransi kemanusiaan terhadap kaum Jahudi yang berikutnya azas kemanusiaan itu juga diterapkan gereja Katholik maupun denominasi lainnya.
Dalam periode PD II
tatkala Nazi Hitler memusnahkan ras Israel, dengan bantuan orang Kristen sekitar 900 orang Israel melarikan diri dari Jerman menaiki kapal, setiba di Kuba sesuai rencana, ternyata izin semula dibatalkan, mereka ditolak. Tiba di Florida, juga ditolak gereja Kristen setempat. Mereka balik berlayar kembali ke Eropah dan akhirnya terdampar ke Brussels. Orang Jahudi tersebut terpaksa disebar pisah ke beberapa negara, diantaranya di Belgia, Nederland, Inggris, USA.
Terlebih lagi Naz
Jerman bertindak genosida buas luar biasa bengis hewaniah sehingga sekitar 6 juta Jahudi lenyap diproses dalam masa singkat.
Berhubung pengalaman tersiksa penderitaan amat bengis secara hewaniah itu, mereka makin keras mengkapitalasi niat pemulihan identitas dan terhimpun sebagai bangsa keturunan Yakub yang terpilih jadi pemberi berkat bagi umat manusia. Setiap kali berjumpa atau beribadah, mereka ekspresikan semakin kuat dalam nyanyian “kini kita disini, tahun depan kita di tanah dijanjikan”. Hingga faktanya menjelma negara zionis Israel modern yang difasilitasi Liga Bangsa-bangsa pada 1948.
Penderitaan dalam diaspora mendorong bani Israel berangsur-angsur kembali ke Palestina, sejak sebelum PD I. Aliyah pertama 1881. Aliyah kedua 1904.
Ribuan tahun bani Israel meninggalkan tanah airnya itu. Bukankah lintasan histori ribuan tahun tidak menempati tanah menjustifikasi posisi hukum mereka kehilangan legitimasi pemilikannya?
Wilayah Kanaan itu berpindah tangan berkali-kali. Dikoptasi dan dimiliki silih berganti oleh kerajaan Asyur, Babilonia, Persia, Romawi, Kekhalifahan Utsmaniyah atau Kesultanan Turki Ottoman, dan Inggris pemegang mandat Liga Bangsa-bangsa sebelum 1948.
Menlu Inggris Balfour memang menginisiasi tanah untuk bani Israel. Ditindak lanjuti Liga Bangsa-bangsa menyetujui resolusi 181. Secara historis sosial, sejarah Israel memperoleh tanah dimilikinya dari penyerahan pihak yang sah mengusai seperti kronologi mulanya Abraham mendapat tanah miliknya di Kanaan dari Efron bin Zohar, bangsa Het.
Merujuk ke zaman Abraham yang membeli ladang dan gua Makhpela dari Efron bin Zohar, suku Het, untuk makam Sarah, istrinya. Transaksi jual beli itu mengindikasikan Abraham pemilik legal tanah itu secara budaya aturan yang berlaku sah bagi penghuni kawasan Kanaan. Abraham tidak mengklaimnya berdasar iman terhadap Allahnya yang dipercayainya telah memberikan tanah itu baginya dan keturunannya.
Informasi diatas sebatas petikan sosial lintasan histori bani Israel, tidak dari perspektif agama. Maka perang di Palestina sekarang ini, bermotif konfiik tanah dari analisa linear sosial budaya kosmopolitan, relasi bani Israel dengan masyarakat manusia. Dahulu bani Israel mengalami bergantian menang dan kalah berperang.
Pemenang peperangan akan ditentukan kombinasi kecerdikan sumber daya manusia pelakon perang dan kecanggihan alutsista.
Namun perkembangan manusia tidak hanya ajang peradaban sosial budaya yang memuat tindakan politik. Hidup manusia ternyata bauran serentak tiga kekuatan intrinsik dikandung manusia, yakni kesatu, kedaulatan Allah atas ciptaanNya; kedua, peranan Lucifer melawan Allah, dan ketiga, kemauan pilihan dalam potensi berakal budi jiwa serta roh manusia.
Tentang tanah Kanaan yang kini secara garis besar disebut wilayah Palestina di Alkitab terdapat ayat menyatakan dijanjikan untuk bani Israel yaitu Kel a.l. Kej. 12:1-3/Kej. 28:13 / Bilangan 34:1-12.
Tentang negeri dan bangsa itu,Yesus berkata (Lukas 21:23-24) “Celakalah ibu-ibu yang sedang hamil atau yang menyusukan bayi pada masa itu! Sebab akan datang kesesakan yang dahsyat atas seluruh negeri dan murka atas bangsa ini, dan mereka akan tewas oleh mata pedang dan dibawa sebagai tawanan ke segala bangsa, dan Yerusalem akan diinjak-injak oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, sampai genaplah zaman bangsa-bangsa itu.”
Dalam Al Quran, Surah Al Maidah ayat 21, tanah di Palestina itu ditentukan bagi kaum Yahudi dengan
afirmasi versi Kemenag (di kutip dari Detikcom) sbb:
يٰقَوْمِ ادْخُلُوا الْاَرْضَ الْمُقَدَّسَةَ الَّتِيْ كَتَبَ اللّٰهُ لَكُمْ وَلَا تَرْتَدُّوْا عَلٰٓى اَدْبَارِكُمْ فَتَنْقَلِبُوْا خٰسِرِيْنَ
Yā qaumidkhulul-arḍal-muqaddasatal-latī kataballāhu lakum wa lā tartaddū ‘alā adbārikum fa tanqalibū khāsirīn(a).
(Nabi Musa S.a.w selanjutnya berkata kepada kaumnya) “Wahai kaumku! Masuklah ke tanah suci, yaitu tanah Palestina yang disucikan dari kemusyrikan karena banyaknya nabi-nabi yang diutus di tanah itu, itulah tanah yang telah ditentukan Allah bagimu dalam ilmu-Nya yang azali untuk memasukinya dan merasakan kedamaian di dalamnya apabila engkau beriman dan taat kepada perintah-Nya, dan janganlah kamu berbalik ke belakang karena takut kepada musuh, nanti kamu menjadi orang yang rugi di dunia dan akhirat karena kamu tidak mempercayai jaminan Allah bahwa tanah itu ditetapkan Allah bagimu untuk memasukinya.”
Bani Israel beragama Jahudi aliran Haredi menolak mendirikan negara. Mereka teguh seturut keyakinannya menunggu akan kedatangan Messias membentuk negara kelanjutan kerajaan Daud. Mereka menolak idee Zionisme dan menuding pihak Theodor Herzl & Weizman cs perancang negara Israel modern adalah pengkhianat program Messias. Populasi aliran Jahudi Heredi ini sekitar 700.000 orang diantara 9,5 juta warga Israel, dan pemerintah Israel memberi status otonomi kepada mereka. Di AS jumlah mereka sekitar 500.000 orang.
Orang Arab beragama Islam di Israel sekitar 20%, diantaranya ada orang Israel muslim.
Penganut percaya Yesus itu Tuhan hanya 3% diantatara populasi negara Israel.
Bani Israel pengikut Yesus Kristus, sebagaimana pengikut Yesus di seluruh dunia, menantikan kedatangan Yesus Kristus yang akan membawa mereka ke Kerajaan surga, menghunjuk kerajaan Daud tempohari sebagai voucher pendahuluinya, serentak menanggalkan orientasi kerajaan Daud fisik didunia, melainkan fokus menuju ke Langit Baru Bumi yang kekal. Orang Kristen meyakini negara Israel Zionisme itu pun akan bubar. Israel Kristen tidak berperkara tanah keturunan bani Yakub
Penggagas idee Zionisme dan pendiri negara Israel modern ini sebagian besar orang sekuler ateis diantara mayoritas bani Israel beragama Jahudi. Banyak pula yang tadinya ateis setelah warga negara Israel modern memilih beragama Jahudi.
Perang super dahsyat motif konflik tanah ini, antara milisi Hamas vs Zionis Israel ini membentangkan nyata aplikasi gigi ganti gigi pengakibatkan luar biasa korban nyawa, raga cacad, krisis pangan, krisis pengungsi, kehancuran kota dan kawasan Palestina melontarkan kencang pertanyaan rumit bagaimana akhir kemudiannya.
Ditinjau dari kajian disebut Kontradiksi Prima yaitu kontradiksi antagonis Allah terhadap Lucifer, apakah perang ini mengafirmasi ayat Yehezkiel 39: 1-2 tentang perang Gog dan Magog atau Wahyu 20:8. Apakah relasinya dengan Harmagedon pada Wahyu 16:16?
Berikutnya dalam Al Quran surah Al Kahfi ayat 94 memuat Yaʾjūj wa-Maʾjūj. Adakah persamaan atau pun perbedaannya terhadap informasi Gog dan Magog disebut dalam Alkitab?
Perang apa pun pasti merugikan umat manusia dan peradaban. Kali ini pun demikian bermotif konflik tanah dalam perang ganas gigi ganti gigi, mata ganti mata antara Hamas vs Israel ini, yang cendrungan kita tidak tahu siapa kalah siapa menang. Namun adanya perang dahsyat kali ini telah tegas mendesakkan kewajiban manusia menelisik secermat-cermatnya butiran materi Alkitab maupun Al Quran dan juga kitab kepercayaan lain sekalipun sebatas keunggulannya sebagai buku untuk memverifikasi perang ini dan arah lanjutan dikandungannya.
Setiap kali perdamaian direkayasa melulu berfondasi wewenang narasi akal dan hukum relasi buatan manusia hanya refleksi kepentingan para pihak berseteru terutama diotorisasi kehendak pihak pemenang. Alternatif disepakati tetap mengandung keras pusaran labil.
Sudah tiba saatnya para pemimpin dan cendikiawan memprakarsai pengaplikasian proyeksi Allah dalam orbit Kontradiksi Prima yang antagonis terhadap Lucifer, adalah induk segala kontradiksi dibawah kolong langit ini, yang menurunkan penyelesaian atas situasi saling beririsan dalam kondisi konkrit relasi manusia dalam setiap urusan kehidupan macam apa pun.
Peristiwa tiga kali melawan perang dahsyat melalui motif tanah yang selanjutnya bertujuan pemusnahan bani Israel dilancarkan koalisi negara Arab yang dimenangkan fenomenal secara telak oleh Israel Zionis, dan kali ini berperang lebih dahsyat lagi melawan serangan milisi Hamas dan belum tahu entah siapa pemenang. Tapi makna terpenting perang ini menohok keras kesadaran akal budi dan hati manusia, supaya mencari tahu perihal sebenarnya riwayat bani Israel dan subyek dikandungnya yang tertulis paling lengkap dalam buku Alkitab yang rupanya selama ini diremehkan atau ditutupi oleh kepentingan egoistis.
Bekasi, 06 Nopember 2023.
*Penulis Toga Tambunan pengamat sosial politik