Kamis, 22 Mei 2025

OBITUARI: Selamat Jalan Kawanku, Ignatius Pranowo

Satu lagi seorang patriot berpulang. Iganitius Damianus Pranowo, pelopor dan perintis gerakan buruh dibawah kediktaktoran Orde Baru Soeharto dan Sekretaris Jenderal Persatuan Perjuangan Buruh Indonesia (PPBI), organisasi buruh progresif nasional pertama ditahun 1990-an diluar SPSI. Tulisan dibawah diambil dari facebook penulis, kawan seperjuangannya dalam gerakan buruh. (Redaksi)

Oleh: Linda Christanty

HARI ini saya berduka cita mendalam, karena kawan lama berpulang: Ignatius Damianus Pranowo (Wowo).

Ia salah seorang pengurus Partai Rakyat Demokratik (PRD), partai anak-anak muda revolusioner di masa rezim Orde Baru. Partai ini anti fasisme, anti militerisme, anti kapitalisme-imperialisme, dan anti segala yang menyengsarakan rakyat kebanyakan. Sebelum menjadi pengurus PRD, Wowo adalah aktivis Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID) di Semarang.

Wowo dan para pengurus PRD lainnya dipenjarakan pasca peristiwa 27 Juli 1996, karena PRD dituduh menjadi dalang kerusuhan. Tuduhan ini tidak pernah terbukti dalam persidangan. Meskipun demikian, PRD secara resmi dinyatakan pemerintah Soeharto sebagai partai terlarang. Beberapa bulan sebelum Soeharto turun, sejumlah aktivis PRD dihilangkan paksa dan empat orang belum ditemukan sampai sekarang.

Di masa Orde Baru, PRD memang giat membantu partai yang dianggap menyuarakan aspirasi wong cilik, yaitu Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Pro Megawati, dengan turut mengorganisasi dan membangkitkan kesadaran massa wong cilik untuk berjuang bersama melawan rezim Orde Baru. Orde Baru lantas menuduh PRD melakukan Taktik Kuda Troya, yaitu menunggangi partai berlambang banteng tersebut.

Wowo dan para pengurus PRD ditahan di Penjara Cipinang. Selain mereka, Sri Bintang Pamungkas pendiri Partai Uni Demokrasi Indonesia, Muchtar Pakpahan ketua Serikat Buruh Seluruh Indonesia, dan Nuku Sulaeman aktivis Pijar juga ditahan di penjara ini. Beberapa tahanan politik kemudian dibebaskan melalui amnesti presiden B.J. Habibie. Wilson dan Ken Buddha Kusumandaru, dua pengurus PRD, turut memperoleh amnesti dari Habibie pada 24 Juli 1998. Mereka menolak amnesti ini, dengan mengunci diri dalam sel menggunakan gembok pemberian pemimpin Timor Leste Xanana Gusmao, yang ketika itu juga ditahan di Penjara Cipinang, sehingga harus dikeluarkan secara paksa oleh polisi yang menggergaji gembok tersebut. Wowo dan beberapa kawan baru dibebaskan melalui amnesti presiden Abdurrahman Wahid tidak lama sesudah ia dilantik pada 1999.

Saya mengingat Wowo sebagai kawan yang tidak pernah bersuara keras. Ia serius dan kalau pun mencoba bercanda, sama sekali tidak lucu. Ia sering menjadi bahan bercanda kawan-kawannya, tetapi tabah.

Selamat jalan, Wowo. Terima kasih sudah turut berjuang dan telah mengorbankan jiwa raga untuk rakyat tertindas. Beristirahatlah dengan tenang di masa yang mengerikan ini. Tidak perlu lagi merasakan sakit pada tubuh dan sakit batin memikirkan apa saja. Lebih 20 tahun pasca reformasi, anak-anak muda pemberani di zaman ini masih mengalami apa yang dialami anak-anak muda pemberani di masa Orde Baru, yaitu melawan kesewenang-wenangan dan ketidakadilan, menjadi sasaran kekerasan aparat, mulai dari terkena pukulan hingga gugur akibat peluru tajam. Pelanggaran hak-hak asasi manusia masih terus terjadi di masa ini, termasuk yang berkategori berat. Ekonomi memburuk. Politikus masih saja bermain dengan isu sektarianisme. Pandemi belum mereda.

Semoga istri dan anak-anak tercinta yang ditinggalkan tabah dan ikhlas. Semoga mereka selalu dalam lindunganNya.

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru