Minggu, 20 April 2025

Pembakaran Gereja Di Aceh Bertujuan Perkeruh Situasi

JAKARTA- Pasca Perjanjian Helsinki seharusnya tidak ada lagi konflik signifikan di Aceh karena sebagian besar tuntutan ex GAM (Gerakan Aceh Merdeka) sudah diakomodir. Pembakaran gereja di Aceh Singkil adalah entri poin untuk membuat situasi keruh. Hal ini disampaikan Anggota komisi III DPR RI Sufmi Dasco Ahmad kepada Bergelora.com di Jakarta, Selasa (13/10).

“Saya mendapat informasi bahwa saat ini ada segelintir eks combatant baik di dalam negeri maupun di luar negeri yang tidak puas dengan pemimpin di Aceh dan mencoba memprovokasi agar situasi keruh dan mereka bisa bermain,” jelasnya.

Anggota Partai Gerindra ini juga mensinyalir adanya gerakan-gerakan politik di luar negeri oleh beberapa orang yang tidak puas itu untuk kembali menggalang dukungan Internasional.

“Saya juga mendengar bahwa ada sekelompok orang yang mengatasnamakan rakyat Aceh telah kembali bergabung dengan unrepresentative nations and peoples organization (UNPO), padahal setelah perjanjian Helsinki, GAM sudah keluar dari UNPO,” jelasnya.

Menurutnya, soal UNPO harus diwaspadai karena mereka termasuk yang support Catalan merdeka dari Spanyol.

“Pemerintah harus bijak, hati-hati namun tetap waspada dan tegas mensikapi soal Aceh. Pendekatannnya tak cukup hukum tapi harus menyeluruh,” ujarnya.

Ia mengingatkan bahwa kasus pembakaran gereja di Aceh Singkit hanya entri poin untuk membuat situasi keruh di Aceh bahkan nasional. “Karena dimanapun sebenarnya wajar kalau rumah ibadah bertambah, yang penting proporsional dengan umatnya,” ujarnya.

Semenara itu sejak siang hari Selasa (13/10) situasi di Aceh Singkil, mencekam. Masa dalam jumlah besar dengan ikat kepala putih plus bambu runcing dan senjata tajam bergerak liar.

Puncaknya sebuah gereja di Desa Suka Makmur, Gunung Meriah, dibakar. Masa sebelumnya bergerak dari arah Simpang Kanan.

Aparat kemanan bersenjata lengkap berjaga-jaga namun suasana sulit dikendalikan senghingga pembakaran rumah ibadah tak bisa dihindari.

Berdasarkan informasi persoalan ini dipicu ketidak puasan warga dengan kesepakatan Pemkab Aceh Singkil, tokoh ulama serta ormas terkait pembongkaran gereja.

Masa menginginkan eksekusi pembongkaran dilakukan hari ini juga. Sementara dalam kesepakatan pembongkaran baru dilakukan pekan depan.

Situasi mencekam sangat terasa sejak dinihari tadi. Wartawan kesulitan mendekat ke arah masa. Sebab mereka melarang mengambil foto. Malah salah satu pekerja pers sempat terkena sasaran amukan warga yang tidak mau dijepret kamera.

Pembakaran rumah ibadah terjadi sekitar pukul 12.00 WIB. Sekitar 800 meter sebelum lokasi mereka turun dari mobil bak terbuka dan sepeda motor. Kemudian
berjalan kaki menuju sasaran. Selesai dari sana masa kembali bergerak, namun arah dan tujuannya sulit diprediksi. (Web Warouw)

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru