JAKARTA – Salah urus yang dilakukan Barat atas ekonomi global dan ketergantungan pada pecetakan uang untuk menyedot barang-barang dari negara-negara yang lebih lemah adalah penyebab sebenarnya dari inflasi dan krisis pangan yang berlangsung.
VIRAL Asal Usul Perang di Ukraina:
Hal itu diungkapkan Presiden Rusia Vladimir Putin selama berpidato di Forum Ekonomi Internasional Saint Petersburg (SPIEF).
Dalam pidatonya, pemimpin Rusia menuduh para pemimpin Barat menyebabkan krisis global, yang dapat membuat ratusan ribu orang rentan berisiko kekurangan gizi.
“Kenaikan harga yang sedang berlangsung, inflasi, masalah dengan makanan dan bahan bakar, gas dan energi secara umum adalah hasil dari kesalahan sistemik dalam kebijakan ekonomi pemerintahan AS saat ini dan birokrasi Eropa,” kata Putin seperti disitir dari Russia Today, Sabtu (18/6/2022).
Dikatakan oleh Putin, negara-negara Barat mencetak sejumlah besar uang untuk merangsang ekonomi mereka dan menggunakannya untuk membeli barang-barang di luar negeri.
“Mereka cukup banyak menyedot, menyapu pasar global. Secara alami, tidak ada yang peduli untuk memikirkan kepentingan negara lain, termasuk yang termiskin di antara mereka,” ucap Putin.
“Itu ditinggalkan dengan sisa-sisa, dengan harga yang sangat mahal,” sambungnya.
Putin mengatakan krisis pangan khususnya diperburuk oleh sanksi Barat terhadap Rusia dan Belarusia, yang menciptakan hambatan bagi ekspor pupuk mereka.
Sementara itu, diwawancarai media Jerman, Sekjen NATO sebut perang Rusia-Ukraina bisa berlangsung bertahun-Tahun.
Perang Menahun
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, sementara itu Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg memperkirakan bahwa penyelesaian perang Rusia-Ukraina bisa memakan waktu bertahun-tahun. Hal tersebut disampaikan Stoltenberg dalam wawancara dengan media Jerman, Bild am Sonntag yang dirilis pada Minggu (19/6/2022).
Eks perdana menteri Norwegia itu menyebut tidak ada pihak yang bisa memprediksi akhir perang saat ini.
“Tidak ada yang tahu (akhir perang). Kami mesti bersiap menghadapi fakta bahwa itu bisa berlangsung selama bertahun-tahun. Kami tidak boleh berhenti mendukung Ukraina. Bahkan jika tebusannya tinggi,” kata Stoltenber kepada Bild via TASS.
Perkiraan senada sebelumnya juga disampaikan Perdana Menteri Inggris Raya Boris Johnson. Dalam artikelnya untuk The Sunday Times, Sabtu (18/6) lalu, Johnson menyebut ada kemungkinan perang Ukraina bisa berlaru-larut hingga bertahun-tahun.
Pasukan Rusia dan Ukraina saat ini tengah terlibat pertempuran sengit memperebutkan Donbass, kawasan yang menjadi jantung industri Ukraina di sisi timur.
Kawasan Donbass terdiri dari Oblast (daerah setingkat provinsi) Donetsk dan Luhansk, dua daerah yang diklaim separatis pro-Rusia sejak 2014.
Salah satu titik terpanas pertempuran saat ini adalah Sievierodonetsk, kota besar terakhir di Luhansk yang masih dikuasai Ukraina. Per 14 Juni, pasukan Rusia dan separatis disebut telah menguasai sebagian besar kota dan memutus setiap jalur keluar.
Pada Minggu (19/6), Rusia menambah jumlah pasukan untuk segera merebut Sievierodonetsk. Gubernur Luhansk versi Ukraina, Sergiy Haidai menyebut Rusia tengah mengerahkan tentara cadangan berjumlah besar ke sana.
“Hari ini, besok, atau hari setelah besok, mereka (Rusia) akan menerjunkan seluruh (tentara) cadangan yang mereka punya, karena telah ada banyak di antara mereka (tentara cadangan), mereka adalah massa yang krusial,” kata Haidai dikutip The Guardian. (Web Warouw)