JAKARTA- Rembuk Nasional yang diinisiasi oleh Aktifis 98 ini adalah respon terhadap kondisi tanah 10 tahun terakhir. Aktifis 98 melihat bahwa Indonesia sedang menghadapi ancaman yang sangat serius dari kelompok intoleransi, radikalisme dan terorisme. Demikian Benny Rhamdani mewakil Aktifis 98 di Manado, Sulawesi Utara kepada Bergelora.com di Jakarta, Kamis (21/6)
“Rembuk Nasional harus menjadi momentum bagi lahirnya kesadaran bersama dan perlawanan bersama rakyat Indonesia terhadap segala bentuk kejahatan intoleransi, radikalisme dan terorisme,” tegasnya.
Kelompok-kelompok ini menurutnya sekalipun jumlahnya kecil, tapi mereka memiliki kekuatan daya hancur dan daya rusak yang sangat high eksplosif tidak saja hanya kepada rusak dan hancurnya tatanan kehidupan masyarakat, harmoni sosial, kerukunan antar umat beragama, sistem demokrasi, tapi juga bagi eksistensi NKRI dan Ideologi Pancasila.
Anggota DPD dari Sulawesi Utara ini menjelaskan bahwa kelompok intoleransi, radikalisme dan terorisme ini secara sistimatis merupakan gerakan yang terbuka dalam bentuk ormas-ormas terbuka, ataupun menyusup di lembaga-lembaga negara, sekolah, kampus, perusahaan menggalang dukungan di berbagai daerah.
“Mereka tidak lagi hantu yang tidak bisa dilihat wujudnya dengan gerakan klandeisteinnya, tapi telah berwujud nyata bahkan berani terbuka menunjukkan diri secara demonstratif atas segala bentuk kejahatannya,” jelasnya.
Pola gerakannya menurutnya menciptakan fitnah, adu domba, disinformasi, keresahan dan kebencian ditengah masyarakat secara terus menerus.
“Mereka tidak sekedar hadir menjadi mesin produksi segala bentuk informasi sesat dan berita sampah untuk kepentingan adu domba antar kelompok masyarakat dan menjadi mesin produksi segala bentuk fitnah dan Kebencian untuk kepentingan hancurnya persatuan nasioanal. Tapi mereka juga telah menjelma menjadi bombers,–mesin paling menghancurkan yang bisa membunuh umat manusia kapan dan dimana saja,” katanya
Rembuk Nasional Aktifis 98 tanggal 7 Juli 2018, menurut pimpinan Partai Hanura ini, diharapkan menjadi momentum kebangkitan Silent Majority untuk mengambil langkah perlawanan nyata kepada setiap gerakan Intoleransi, Radikalisme dan Terorisme. Silent Majority tidak boleh diam dan hanya menjadi penonton ketika hal yang sangat prinsip dalam bernegara dicabik-cabik bahkan berupaya untuk dihancurkan.
“Kita tidak boleh menjadi masyarakat yang permisif. Yang ketika terjadi aksi-aksi intoleransi, radikalisme bahkan terorisme, kita hanya bisa mengutuk, menyampaikan rasa prihatin dalam bentuk doa dan perkumpulan demo untuk menyampaikan sikap protes. Karena jika kita memilih menjadi masyarakat permisif, maka sebenarnya kita hanya tinggal menunggu waktu negara itu bubar karena sudah berubah bentuk bari NKRI dengan Pancasila sebagai Ideologinya, menjadi negara dalam genggaman dan kendali asing dengan khilafah sebagai topeng ideologinya,” tegasnya.
Dirembuk Nasional yang rencananya akan dihadiri Presiden RI tersebut, Aktifis 98 juga akan meminta Pemerintah untuk menetapkan tanggal 7 Juli sebagai Hari Bhinneka Tunggal Ika.
Sementara itu, lebih kurang 300 pemuda Sulawesi Utara sedang bersiap untuk berangkat, hadir dan berpartisipasi dalam Rembug Nasional bulan Juli depan itu. Sebanyak 1.000 pemuda Sulawesi Utara di Jakarta juga akan bergabung dalam acara tersebut.
“Sulawesi Utara juga akan menghadirkan juga Tari Kabasaran di acara Rembuk Nasional sebagai simbol bahwa kita siap untuk melakukan perlawanan secara nyata terhadap segala bentuk intoleransi, radikalisme agama dan terorisme,” tegasnya seusai rapat persiapan di Kantor DPD RI di Manado, Rabu (20/6).
Ia juga memaparkan organisasi-organisasi yang akan ikut serta adalah DPD PARKINDO SULUT,DPC RELAWAN SEDULUR JOKOWI MANADO, DPD RELAWAN SEDULUR JOKOWI SULUT, MILISI WARANEY, PAMI SULUT, SBSI SULUT, BARMAS, MTM, LASKAR MAESA, PEMUDA KATOLIK, WSI, WTTL, BENTENG NUSANTARA, SULUT CORRUPTION WATCH, LMI, MANGUNI ESA KETTER, BRIGADE MANGUNI, MANGUNI INDONESIA, PEMUDA TALAUD, OKLBI, ANSOR, BANSER, BRIGADE WM, MTI, REPDEM, BANTENG MUDA INDONESIA, PMPS, PPWI SULUT, JPKP SULUT, COM PENJARA dan POSPERA SULUT. (Web Warouw)