Minggu, 18 Mei 2025

SANKSINYA APA..? Kini Pemilik HGU Wajib Serahkan 20 Persen Tanah untuk Petani Plasma

JAKARTA- Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) telah menetapkan kebijakan baru yang mewajibkan pemilik Hak Guna Usaha (HGU) untuk menyerahkan 20 persen dari tanah mereka kepada masyarakat sekitar dalam bentuk pola kemitraan plasma. Kebijakan ini diumumkan oleh Menteri ATR/BPN, Nusron Wahid, sebagai bagian dari upaya mewujudkan keadilan, pemerataan, dan kesinambungan ekonomi dalam pengelolaan tanah di Indonesia.  

Dalam sambutannya di Aula Kaimana Sekolah Nasima, Semarang, Nusron Wahid menegaskan bahwa kebijakan penataan HGU dan Hak Guna Bangunan (HGB) didasarkan pada tiga prinsip utama.

Pertama, setiap warga negara Indonesia harus memiliki kesempatan yang sama untuk mengakses tanah sebagai sumber daya produktif. Kedua, distribusi tanah harus merata sesuai dengan kemampuan masyarakat, mencegah monopoli oleh segelintir pihak. Ketiga, pengelolaan tanah harus mendukung stabilitas dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

Ketiga prinsip ini menjadi landasan untuk memastikan bahwa tanah, sebagai aset nasional, dapat dimanfaatkan secara adil dan berkelanjutan untuk kesejahteraan rakyat.

“Salah satu implementasi nyata dari prinsip ini adalah kewajiban bagi pemilik HGU untuk melibatkan masyarakat lokal melalui skema kemitraan plasma,” ujar Nusron, dikutip Bergelora.com, Minggu (4/5/2025).

Lebih lanjut Nusron menjelaskan bahwa pemilik HGU, baik yang sudah lama memegang hak maupun yang baru, wajib menyerahkan 20 persen dari luas tanah mereka untuk dikelola oleh masyarakat sekitar sebagai petani plasma.

Skema plasma ini memungkinkan masyarakat lokal untuk terlibat langsung dalam pengelolaan lahan, termasuk menanam dan memanen hasil pertanian, sehingga mereka mendapatkan manfaat ekonomi dari tanah tersebut.

“Kami wajibkan untuk menyerahkan sebagian kepada rakyat untuk menjadi plasmanya sehingga masyarakat sekitar berhak dan wajib untuk terlibat, memiliki akses dan terlibat menanam lahan tersebut. Kalau tidak, kami evaluasi,” tegas Nusron Wahid.

Kebijakan ini bertujuan untuk mengatasi kesenjangan akses terhadap tanah, khususnya di wilayah-wilayah yang dikuasai oleh perusahaan besar atau perkebunan. Dengan melibatkan petani plasma, pemerintah ingin memastikan bahwa masyarakat lokal tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga pelaku aktif dalam pemanfaatan lahan. (Web Warouw)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru