JAKARTA- Drh. Indro Cahyono mengingatkan bahwa spora bakteri anthrax atau antraks bertahan hingga puluhan tahun di lingkungan akan mencemari dan menulari hewan dilingkungan tersebut. Hal ini disampaikannya kepada Bergelora.com di Jakarta, Jumat (7/7) menanggapi kasus antraks di Gunung Kidul DI Yogyakarta baru-baru ini yang menyebabkan kematian 3 orang penduduk setempat.
“Itu sebabnya lokasi epidemi antraks wajib diisolasi dari lalu lintas ternak,” ujarnya.
Ahli virus ini menjelaskan, bakteri antraks mengeluarkan racun yang menghancurkan sel dan menyebabkan bengkak pada sel.
“Jika racun menyebar sampai terkena organ dalam maka organ dalamnya akan rusak dan menyebabkan orangnya mati,” katanya.
Drh. Indro Cahyono menjelaskan penularan antraks lewat 3 cara yaitu lewat luka di kulit, lewat menghirup spora di saluran pernafasan dan lewat saluran pencernaan karena makan daging sapi atau kambing yang terinfeksi bakteri antraks.
“Jangan makan hewan yang terinfeksi bakteri antraks. Para korban semua keracunan karena makan daging dari hewan yang terinfeksi antraks,” katanya.
Apa Itu Antraks?
Dikutip dari laman resmi Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulon Progo, antraks adalah penyakit bakterial bersifat menular akut pada manusia dan hewan yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis.
Dalam bahasa Yunani, antraks berarti batubara. Istilah ini digunakan karena kulit korban yang terkena antraks akan berubah menjadi hitam. Antraks sendiri lebih sering menyerang hewan herbivora liar dan yang telah dijinakkan.
Penyakit antraks bersifat zoonosis yang berarti dapat ditularkan dari hewan ke manusia atau sebaliknya, namun tidak dapat ditularkan antara sesama manusia.
Bacillus anthracis sebagai penyebab penyakit antraks, bersifat gram positif, berbentuk batang, tidak bergerak dan membentuk spora. Bentuk vegetatif dari bakteri ini dapat tumbuh subur di dalam tubuh dan segera menjadi spora apabila berada di luar tubuh ketika kontak dengan udara luar. Spora ini dengan cepat akan terus menyebar melalui air hujan.
Hewan ternak dapat terinfeksi penyakit antraks apabila memakan pakan atau meminum air yang terkontaminasi spora tersebut atau jika spora mengenai bagian tubuh yang luka. Ternak penderita antraks kemudian dapat menulari ternak yang lain melalui cairan (eksudat) yang keluar dari tubuhnya. Cairan ini kemudian mencemari tanah sekelilingnya dan dapat menjadi sumber untuk munculnya wabah berikutnya.
Gejala Antraks pada Manusia
Dikutip dari laman Dinkes Jateng, bakteri antraks dapat menginfeksi manusia melalui tiga cara yaitu melalui kulit yang lecet, abrasi atau luka, melalui saluran pernapasan karena inhalasi spora antraks dan melalui saluran pencernaan karena mengkonsumsi bahan makanan yang tercemar bakteri antraks misalnya daging hewan terinfeksi yang dimasak kurang sempurna.
Antraks Kulit
Antraks kulit adalah tipe yang paling banyak ditemukan yaitu lebih dari 95% dari keseluruhan kasus di Indonesia.
Biasanya penderita mempunyai riwayat pekerjaan yang kontak dengan hewan atau produk hewan. Bagian tubuh yang sering terkena terutama kepala, leher, dan ekstremitas, meskipun bagian kulit lainnya juga dapat terkena.
Pada umumnya gejala lain yang muncul adalah demam, sakit kepala, malaise dan limfadenopati regional.
Antraks Saluran Pencernaan
Bentuk antraks ini dapat terjadi akibat dari infeksi bakteri antraks melalui makanan yang tertular oleh bakteri/spora antraks, misalnya daging, jeroan dari hewan, atau sayur-sayuran yang tidak dimasak dengan sempurna. Dapat juga terjadi akibat pekerja peternakan makan dengan tangan yang kurang bersih dan telah terkontaminasi bakteri antraks.
Apabila terpapar antraks saluran pencernaan, maka akan terjadi dua kelainan berikut ini:
- Antraks orofarings
Gejala: Demam, sakit tenggorokan, lesi mukosa pada rongga mulut atau orofaring yang kemudian diikuti daerah nekrosis, adenopati servikalis, disfagia dan limfadenopati regional. Pada tahap lebih lanjut dapat terjadi edema dan pembengkakan leher dan dada anterior sehingga memerlukan tracheostomy.
- Antraks gastrointestinal
Gejala pada awalnya tidak spesifik seperti mual, muntah, anoreksia, diare ringan dan demam. Namun, kadang-kadang parah seperti hematemesis, diare berdarah dan asites masif. Keluhan utama yang sering ditemukan pada penderita adalah mual, muntah, sakit perut hebat, tidak nafsu makan, konstipasi, dapat juga terjadi gastroenteritis akut yang kadang-kadang berdarah, hematemesis, kelemahan umum, demam, dan ada riwayat kontak dengan hewan atau makanan.
Antraks Saluran Pernapasan
Antraks paru adalah jenis yang sangat jarang ditemukan. Gejala klinis yang timbul sulit sekali didiagnosis secara dini.
Antraks paru dapat terjadi sebagai akibat perluasan antraks kulit atau menghirup udara yang mengandung spora antraks. Spora antraks terbawa partikel udara yang ukurannya kurang dari 5 µm, ke dalam paru-paru dan kemudian berada disepanjang saluran limfatik menuju kelenjar limfe mediastinal.
Gejala klinis dimulai dengan lesu, lemah, suhu subfebris dan batuk yang non produktif sesuai dengan tanda-tanda bronkitis.
Cara Mengobati Antraks pada Manusia
Mengutip Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, antraks pada manusia dapat diobati dengan antibiotik dan antitoksin.
- Antibiotik
Semua jenis infeksi antraks dapat diobati dengan antibiotik, termasuk antibiotik intravena (obat yang diberikan melalui pembuluh darah). Jika seseorang memiliki gejala antraks, penting untuk mendapatkan perawatan medis secepat mungkin untuk mendapatkan peluang terbaik untuk sembuh total. Antibiotik yang terbaik untuk mengobati antraks dengan menyesuaikan riwayat kesehatannya. - Antitoksin
Ketika spora antraks masuk ke dalam tubuh, mereka akan aktif berkembang biak, menyebar di dalam tubuh, dan menghasilkan toksin atau racun. Racun antraks dalam tubuh menyebabkan penyakit parah.
Setelah toksin anthrax sudah keluar di dalam tubuh, salah satu pengobatan yang mungkin dilakukan adalah antitoksin. Pengobatan antitoksin digunakan bersamaan dengan pilihan pengobatan lainnya.
Nah, itulah gejala antraks pada manusia yang dapat diketahui lengkap dengan cara mengobatinya.
Warga Makan Sapi yang Sudah Dikubur
Sebelumnya diberitakan, warga Gunungkidul, DI Yogyakarta, yang terpapar antraks disebut sempat menggali lagi hewan ternak yang mati dari kuburnya untuk kemudian mengonsumsi dagingnya.
Setelah satu orang warga Pedukuhan Jati, Kalurahan Candirejo, Kapanewon Semanu, meninggal, otoritas setempat memulai penyelidikan.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul Wibawanti Wulandari mengatakan warga yang tewas tersebut sebelumnya menyembelih tiga ekor sapi yang mati mendadak pada akhir bulan Mei.
Warga setempat dilaporkan sempat menggali tempat penguburan satu ekor sapi yang mati mendadak. Warga lalu menyembelih dan mengonsumsi daging tersebut.
“Yang dikonsumsi masyarakat ada tiga ekor sapi. Ketiganya sudah sakit dan mati,” ujar Wulandari di Kantor Pemkab Gunungkidul, Rabu (5/7/2023).
Sementara itu, Kepala Bidang Kesehatan Hewan DPKH Gunungkidul Retno Widyastuti mengatakan pihaknya tidak menemukan adanya bangkai dari 12 ekor ternak yang terpapar antraks. Menurut dia, ada kemungkinan ternak-ternak tersebut telah dikonsumsi warga.
“Saya tidak menemukan bangkai, yang saya uji kan ke laboratorium tanah bekas penyembelihan yang terkontaminasi darah ternak. Jadi kemungkinan dagingnya sudah (dimakan). Sekali lagi kami tidak temukan bangkai di sana,” beber Retno. (Web Warouw)