JAKARTA- Penguasan ekonomi dan politik Indonesia kekuatan Nekolim (Neo-kolonialisme-imperialisme) dan kaki tangannya di dalam negeri berhasil merubah mainset budaya dari berdaulat,– kembali menjadi inlander dan bahagia melihat Indonesia dibawah cengkraman asing. Hal ini ditegaskan oleh Senator dari Sulawesi Utara, Benny Rhamdani kepada Bergelora.com di Jakarta, Minggu (20/12) menjelaskan situasi nasional yang terungkap dari skandal Freeport.
“Perampokan langgeng hingga hari ini lahir dari sikap hina dina sekaligus khianat para pengelola negara dan kepala daerah yang bermental inlander, yang lebih bangga menjadi budak dan babu dari negara asing daripada menjadi pelayan bagi masyarakat yang telah memberinya mandat politik,” tegasnya.
Menurutnya, elit politik di Jakarta harus hati-hati, karena dengan skandal Freeport yang terungkap, masyarakat daerah sudah semakin muak dengan perangai politik Jakarta yang belakangan semakin terang-terangan menjadi kaki tangan imperialisme merampok daerah-daerah.
“Sebuah tontonan porno paling jorok dan menjijikan ketika rakyat miskin dan merindukan kesejahteraan, justru para elit politik pusat secara telanjang tertawa berdansa menikmati perkosaan bumi pertiwi di daerah-daerah,” tegasnya.
Benny Rhamdani mengingatkan bahwa penguasaan wilayah tambang di Papua oleh Freeport McMoran berawal dari penggulingan Presiden Soekarno dari kekuasaannya oleh Amerika Serikat dan Jenderal Soeharto pada tahun 1965.
“Tidak Ada Makan Siang yang Gratis. Konspirasi yang dibangun CIA dan Soeharto dan kawan-kawan dalam penggulingan kekuasaan Presiden Soekarno berujung pada penguasaan wilayah pertambangan di Papua oleh Freeport,” ujarnya.
Benny Rhamdani menjelaskan bahwa upaya untuk menggulingkan Soekarno sudah berulang kali dicoba oleh Amerika dan sekutunya dab baru berhasil pada tahun 1965 lewat teror dan pembantaian massal jutaan orang Indonesia.
“Sehingga dari sebuah negara yang dicita-citakan berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi dan berkepribadian Indonesia,–berubah takdir menjadi antek imperialisme dan kapitalisme dari Amerika. Perampokan besar-besaran terhadap kekayaan milik republik pun dimulai tahun 1967,” paparnya.
Menurutnya, saatnya pemerintah, pusat maupun daerah menegaskan kembali kedaulatan Republik Indonesia atas aset-aset sumber daya alam yang dikuasai oleh asing. Namun pemerintah, sangat bergantung dari kesadaran dan desakan serta dukungan dari masyarakat Indonesia untuk melakukan nasionalisasi pada berbagai pertambangan yang dikuasai oleh asing.
“Saatnya nasionalisasi aset-aset yang dikuasai asing. Mulai dari Freeport. Saatnya sumberdaya alam di Republik ini dikusasi dan dikelola oleh negara dan rakyat kita sendiri,” tegas anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI ini menjawab keraguan Presiden Joko Widodo untuk menasionalisasi tambang emas Freeport di Papua saat ini.
Penggulingan Soekarno
Benny Rhamdani mengingatkan bahwa penguasaan wilayah tambang di Papua oleh Freeport McMoran berawal dari penggulingan Presiden Soekarno dari kekuasaannya oleh Amerika Serikat dan Jenderal Soeharto pada tahun 1965.
“Tidak ada makan siang Gratis. Konspirasi yang dibangun CIA dan Soeharto dan kawan-kawan dalam penggulingan kekuasaan Presiden Soekarno berujung pada penguasaan wilayah pertambangan di Papua oleh Freeport dari Amerika Serikat,” ujarnya.
Benny Rhamdani menjelaskan bahwa upaya untuk menggulingkan Soekarno sudah berulang kali dicoba oleh Amerika dan sekutunya dab baru berhasil pada tahun 1965 lewat teror dan pembantaian massal jutaan orang Indonesia.
“Sehingga dari sebuah negara yang dicita-citakan berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi dan berkepribadian Indonesia,–berubah takdir menjadi antek imperialisme dan kapitalisme dari Amerika. Perampokan besar-besaran terhadap kekayaan milik republik pun dimulai tahun 1967,” papar akltivis 1998 asal Sulawesi Utara ini
Benny Rhamdani mengutip Lisa Pease, seorang penulis asal Amerika Serikat, yang menulis artikel berjudul “JFK, Indonesia, CIA & Freeport Sulphur” yang menghebohkan dimuat dalam Majalah Probe, edisi Maret-April 1996. Artikel ini disimpan di dalam National Archive di Washington DC, Amerika Serikat.
Paling menarik menurutnya, dalam artikelnya Lisa Pease menulis penjarahan Freeport atas gunung emas di Papua sudah dimulai sejak tahun 1967. Namun, kiprah Freeport sendiri di Indonesia sudah dimulai beberapa tahun sebelumnya. (Web Warouw)