Senin, 17 Februari 2025

Soekarno dan Grand Hotel Preanger

Oleh: Mang Ucup

 

Sejarah perhotelan sebenarnya sudah dimulai semenjak Mariam (Maria) dan Yusuf membutuhkan penginapan sewaktu Mariam akan melahirkan Nabi Isa (Yesus). Hal ini sejalan dengan peradaban manusia yang selalu memerlukan tempat untuk berlindung sementara terhadap cuaca panas dan dingin dalam melakukan kegiatan perjalanan. Pada masa kerajaan Romawi, rumah penginapan disebut ‘Mansiones’.

 

Selain itu, gereja-gereja yang ada juga memberikan pelayanan berupa penyediaan fasilitas beristirahat kepada para pelancong yang memerlukannya.

Asal-muasal sejarah hotel berbintang lima yang berada di kawasan Jalan Asia Afrika Bandung dimulai sejak tahun 1884, saat Bandung masih bernama Priangan. Ketika itu para pemilik perkebunan di Priangan (Priangan Planters) mulai berhasil dalam usaha pertanian dan perkebunannya.

Kaum berduit ini kemudian sering datang berlibur ke Kota Priangan. Jalan Asia Afrika yang saat itu dikenal sebagai kawasan Groote Postweg merupakan pusat kota yang menjadi tujuan utama Priangan Planters menghabiskan duitnya.

Di Groote Postweg tersebut terdapat sebuah toko yang menyediakan barang kebutuhan sehari-hari mereka. Sayangnya toko tersebut kemudian mengalami kebangkrutan. Melihat semakin banyaknya pelancong dari sekitar Priangan yang datang, oleh W.H.C. Van Deeterkom lalu mengubah toko tersebut menjadi sebuah hotel. Peristiwa di tahun 1897 inilah yang menjadi cikal bakal Grand Hotel Preanger.

Kata Preanger sendiri diserap dari kata Priangan. Pada awalnya, hotel ini didirikan sebagai Hotel Thieme dengan arsitektur gaya kolonial pada akhir tahun 1800-an, yaitu gaya klasik (met zuilen en een timpaan) dan dicat putih.

Lalu hotel ini dinamakan Preanger karena berada di pegunungan dan perkebunan yang indah. Hotel Preanger yang didirikan oleh Van Deeterkom ini selama lebih dari seperempat abad menjadi kebanggaan orang-orang Belanda di Kota Bandung. Pada tahun 1929, hotel berarsitektur gaya Indische Empire ini kemudian direnovasi.

Keterlibatan Soekarno

Menariknya salah satu arsitek yang menangani revonasi hotel ini adalah Presiden RI pertama, Ir Soekarno. Renovasi ini sama sekali tidak mengubah total gaya arsitektur kuno dari hotel ini. Fasilitas yang ditawarkan hotel ini memang komplit untuk ukuran masa itu. Dalam advertensinya di Mooi Bandoeng edisi Juni 1935 disebutkan setiap kamar mempunyai kamar mandi sendiri dan dilengkapi pendingin listrik (AC masa itu), serta minuman anggur dalam botol besar jika menghendaki.

Nama Hotel Preanger kemudian menjadi lebih terkenal, baik di dalam maupun luar negeri. Pengelolaan hotel pun terus berganti tangan. Mulai dari NV Sault, CV Haruman, PD Kertawisata hingga PT Aerowisata yang mulai mengelola tahun 1987. Sejak dikelola oleh PT Aerowisata hotel ini berganti nama menjadi Grand Hotel Preanger.

Pada tahun 1998 pihak Aerowisata menambah daya tampung dengan membangun tower setinggi 10 lantai. Dengan adanya tower tersebut maka Grand Hotel Preanger memiliki 189 kamar. Terdiri dari 137 kamar superior, 46 kamar eksekutif, 5 kamar suite dan 1 kamar presidential suite. Bahkan, untuk kamar berjenis presidential suites, hotel di jantung Kota Bandung ini juga dibalut kaca antipeluru. Sementara property di dalamnya juga mengikuti karakter kolonial Belanda yang unik. Bahkan untuk lebih menonjolkan sisi historisnya, dibuat juga Museum Preanger, yaitu sebuah ruangan untuk mengabadikan momen-momen penting yang memiliki nilai sejarah tinggi.

 

*Penulis adalah seorang nettizen, tinggal di Belanda

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,110PelangganBerlangganan

Terbaru