JAKARTA – Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mengecam kasus pencabulan murid sekolah dasar yang dilakukan oleh seorang guru di Bogor, Jawa Barat.
“Kami menyayangkan terjadinya kasus pencabulan terhadap beberapa murid di salah satu sekolah di Kota Bogor. Pelaku adalah seorang wali kelas yang seharusnya membimbing dan melindungi murid-muridnya, serta dipercaya oleh para orang tua,” kata Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak KemenPPPA Nahar saat dikonfirmasi di Jakarta, Jumat (15/9).
Nahar pun mendesak pihak kepolisian untuk mengusut tuntas kasus tersebut, karena jumlah korban diperkirakan lebih banyak dari yang terlaporkan.
“Kami mendorong kepolisian untuk mengusut tuntas kasus ini. Jangan sampai ada korban lain yang tidak mendapatkan penanganan dan memendam trauma berkepanjangan sampai dewasa nanti,” kata Nahar.
Pencabulan diduga terjadi sejak akhir 2022 hingga Mei 2023 terhadap murid berusia 10-11 tahun di kelas 5 hingga 6 sekolah dasar.
Jumlah korban yang melapor ke pihak berwajib ada lima orang, dan empat di antaranya telah diberikan pendampingan. Namun demikian, jumlah korban diduga mencapai 30 anak.
Nahar mendorong penyelesaian tindak pidana kekerasan seksual ini tidak dilakukan di luar proses peradilan sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual.
Menurut dia, tim Sahabat Perempuan dan Anak (SAPA) KemenPPPA akan terus berkoordinasi dengan UPTD PPA Jawa Barat dan UPTD PPA Kota Bogor untuk memantau perkembangan proses hukum dan kondisi korban untuk melakukan asesmen bagi korban untuk mengetahui kondisi mental mereka.
“Dari hasil asesmen nantinya dapat ditentukan kebutuhan-nya dan pemberian dukungan seperti apa yang perlu diberikan,” tutur Nahar.
Bakal Dipecat
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan sebelumnya, Wali Kota Bogor Bima Arya mengambil tindakan tegas terhadap guru SD di Bogor berinisial BBS (30) yang mencabuli 14 muridnya. Bima memastikan BBS akan dipecat.
“Yang bersangkutan (tersangka BBS) sudah diamankan (oleh Polresta Bogor Kota), dan karena status yang bersangkutan ini adalah P3K (pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja), maka kami akan menjalani proses pemberhentian, sambil yang bersangkutan tetap diproses hukum,” kata Bima Arya di Kota Bogor, Rabu (13/9/2023).
“Yang kedua, saya langsung meminta Dinas Pendidikan menunjuk pengganti, karena yang bersangkutan juga wali kelas di sini, tentu ada kebutuhan untuk KBM disini, jadi sesegera mungkin diganti,” imbuhnya.
Bima meminta Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kota Bogor mendampingi korban. KPAID juga diminta melakukan edukasi serta penyuluhan terhadap murid dan guru di sekolah tersebut sebagai bentuk antisipasi.
“Termasuk juga, ini kami koordinasikan dengan KPAID, anak-anak diberikan edukasi yang tepat sehingga kita bisa mengantisipasi peristiwa seperti yang terjadi hari ini. Termasuk guru-guru, adabnya bagaimana, etikanya bagaimana, dan mekanisme pelaporan bagaimana, sehingga anak-anak tidak takut melapor,” kata Bima.
Bima Arya merasa prihatin atas kasus tersebut. Ia pun menekankan supaya sekolah lebih intens memberikan edukasi terhadap murid-murid jika mengalami hal serupa.
“Kita prihatin bahwa kasus ini tidak terdeteksi sejak awal karena peristiwanya ternyata sejak Desember, karena itu maka perlu ada edukasi dan penyuluhan agar semua bisa paham, anak-anak berani melapor, berani curhat, dan semua harus memberikan edukasi bahwa ini peristiwa yang betul-betul tidak patut,” imbuhnya.
“Kemudian ketiga, karena beberapa kali dilakukan di dalam kelas saya rasa semaksimal mungkin pengadaan CCTV di dalam ruang kelas, semaksimal mungkin bisa diawasi,” kata Bima.
Diberitakan sebelumnya, seorang guru SD di Kota Bogor, Jawa Barat, ditangkap setelah melecehkan belasan siswi. Pelaku terancam hukuman 15 tahun penjara.
Kasus pelecehan anak ini terungkap setelah para korban melaporkan perbuatan asusila guru ke orang tuanya. Kemudian, pihak orang tua mengadu ke sekolah.
Kepala SDN Pengadilan 2, Ida Widiawati, mengatakan ada 14 anak mengadu dilecehkan oleh guru. Guru tersebut berinisial BBS.
“(Korban diduga ada) 14 anak, anak (lapor) ke orang tua, orang tua ke sekolah,” kata Ida kepada wartawan, Selasa (12/9/2023). (Web Warouw)