JAKARTA- Poppy Dharsono Foundation mengajak semua kalangan untuk bekerja sama memperkuat ekonomi rakyat untuk menghadapi globalisasi dalam Masyarakat Ekonomi Asean 2015. Tanpa kekuatan, maka pada tahun 2015, tanpa kekuatan maka ekonomi rakyat akan tergilas dengan berbagai produk asing yang akan masuk membanjiri pasar dalam negeri yang sudah terbuka bebas. Hal ini disampaikan Poppy Dharsono dalam forum diskusi di Jakarta yang dihadiri kalangan pengusaha nasional, budayawan, lawyer dan kalangan aktivis, Jumat (3/10).
“Kita tidak bisa lagi menunggu dan sekedar berharap pada pemerintah, karena pemerintah telah melepaskan perannya di era globalisasi. Rakyat terpaksa harus menghadapi pasar global sendirian,” ujarnya.
Untuk itu menurutnya, kelompok, koperasi dan organisasi masyarakat pekerja harus segera berdiri, sebagai wadah kerjasama masyarakat untuk berproduksi. Kelompok-kelompok masyarakat yang terorganisir mencari berbagai peluang pasar bagi hasil pertanian, kerajinan tangan, hasil seni, nelayan, perkebunan dan lainnya.
“Untuk itu, kami akan mengkoneksikan setiap kelompok produksi dari desa-desa dengan pasar yang membutuhkan hasil-hasil produksinya,” demikian ujarnya.
Desa-desa produktif dapat menjadi daerah parawisata yang akan mendorong masuknya investasi untuk memperkuat usaha-usaha rakyat, agar memiliki kemampuan modal yang lebih kuat untuk bersaing dengan pasar yang akan dikuasai oleh kekuatan asing.
Poppy Dharsono Foundation melakukan pemberdayaan masyarakat petani bunga melati di desa Kaliprau, Kecamatan Ulujami, Kabuapten Pemalang dan petani kelapa di desa Pringgowijayan, Kecamatan Kutoarjo, Kabupaten Purworejo.
Selain itu Poppy Dharsono juga menampung berbagai kain batik dan tenun ikat yang dibuat langsung oleh pengrajin batik dan tenun dari berbagai daerah di seluruh Indonesia untuk dijadikan pakaian fashion bagi pasar luar negeri.
“Selama ini masyarakat sudah berperan dalam menopang ekonomi nasional secara mandiri. Para pengusaha nasional tinggal memperkuat dan bekerjasama dengan masyarakat untuk menghadapi pasar global,” tegasnya.
Di Papua, Poppy Dharsono Foundation sedang merintis kembali usaha penyamakan kulit buaya untuk bahan dasar tas dan sepatu kulit yang dilakukan masyarakat Papua.
“Saya yakin ada banyak pengusaha yang telah berbuat lebih banyak dari kami. Samakin banyak pengusaha yang terlibat dengan kelompok-kelompok masyarakat maka akan mempercepat penguatan ekonomi rakyat Indonesia. Kalau tidak maka, globalisasi justru akan memperlebar jurang kemiskinan rakyat yang semakin termarginal,” tegasnya.
Poppy Dharsono Foundation melibatkan beberapa ahli dibidangnya masing masing seperti Emil Salim, Tanri Abeng, Sri Edi Swasono dan beberapa orang lainnya yang diharapkan memberikan kontribusi pada pembangunan penguatan masyarakat di pedesaan. (Web Warouw)