Jumat, 20 September 2024

JANGAN LENGAH…! Connie Rahakundini: NATO Gagal Tekan Rusia, Kemana Sasaran Amerika Di Indo Pasific?

BANDUNG– Pengamat militer dan intelijen Indonesia dari Universitas Jenderal Ahmad Yani Bandung, Dr Connie Rahakundinie Bakrie, mengatakan, posisi Rusia dan Indonesia, memang sama dan harus waspada.

Sebenarnya, kalau mau diperhatikan lebih detail, hampir sama Rusia dengan Indonesia yang hari ini sudah dikelilingi kekuatan-kekuatan militer asing yang beberapa di antaranya juga tergabung pada aliansi North Atlantic Treaty Organization (NATO).

Peta konflik Rusia dan Ukraina Februari 2022. (Ist)

Connie Rahakundinie Bakrie, mengatakan, tidak setuju dengan aksi militer Rusia ke Ukraina, Kamis, 24 Februari 2022, karena Ukraina bukan lawan imbang Rusia.

“Tapi Indonesia harus juga memperhatikan manuver politik yang dilakukan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, yang nekad meminta bergabung menjadi anggota NATO dimana artinya secara otomatis, berarti memilih bersikap bermusuhan terhadap Rusia,” kata Connie Rahakundini Bakrie, Sabtu, 26 Februari 2022.

Kepada Bergelora.com di Bandung dilaporkan, Connie mengingatkan agar Indonesia bisa menarik pelajaran penting dari sikap Rusia dalam menghadapi tekanan Amerika Serikat dan NATO nya.

“Aliansi militer baru yang dibentuk Amerika Inggris dan Australia saat ini ada di Indo Pasific. Kemana sasaran Amerika berikutnya setelah gagal tampil di Ukraina?”

Wilayah Republik Indonesia. (Ist)

Aliansi AS di Indo Pacific

Sebelumnya pengumuman aliansi strategis baru antara Australia, Amerika Serikat, dan Inggris (AUKUS) telah mengejutkan banyak negara. Selain Prancis, yang bereaksi emosional atas pembatalan kesepakatan pembangunan kapal selam besar dengan Australia, beberapa negara sama terkejutnya dengan tetangga Australia di wilayah utara, yakni Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Asean).

Khususnya, Indonesia dan Malaysia sangat menentang rencana Australia untuk memperoleh armada kapal selam bertenaga nuklir dengan bantuan AS dan Inggris berdasarkan kesepakatan yang dibuat beberapa hari sebelumnya .Bahkan Singapura, sekutu paling andal Australia di kawasan itu, telah menyatakan keprihatinannya. Sementara Australia berdalih AUKUS akan menjadi ‘jangkar keamanan’ di Asia Pacific.

Sebelumnya Connie Rahakundini  sudah menolak keras klaim Aliansi Amerika Serikat, Australia, dan Inggris (AUKUS), yang memastikan keamanan di Asia-Pacific yangi meliputi keamanan negara-negara di ASEAN.

“Kemarahan saya kepada AUKUS itu cuma satu, dia bilang jangkar keamanan Asia-Pasifik. Ngacok!,” kata Connie dalam Crosscheck #FromHome by Medcom.id bertajuk ‘AUKUS, China Panas Indonesia Terimbas?,’ Minggu, 26 September 2021.lalu.

Aliansi militer Amerika Serikat-Inggris dan Australia (AUKUS) di Indo Pacific. (Ist)

Connie menegaskan yang menjaga keamanan di Asia-Pasifik ialah Indonesia. Dia merujuk pada langkah Presiden pertama, Soekarno (Bung Karno).

Seruan Gerakan Nonblok diterapkan optimal dengan mengimbangi situasi pihak yang bersitegang. Perang dingin terjadi antara Rusia dan Amerika Serikat setelah Perang Dunia II

Ia mengingatkan Indonesia pernah menggunakan pesawat tempur dan kapal selam dari Rusia. Sementara itu, peran Amerika Serikat membantu pembangunan 100 persen reaktor nuklir Triga Mark Bandung, Jawa Barat.

“Itulah hebatnya Bung Karno memainkan peran geopolitik dan geostrategis Indonesia yang menjadi betul-betul menjadi simbol kawasan,” ucap Connie saat itu.

Pertemuan The Five Power Defense Arrangements (FPDA) di Kuala Lumpur, Malaysia, 2021lalu tentang kerjasama pertahanan antara Inggris, Australia, New Zealand, Malaysia and Singapore (semua anggota negara Common Wealth bekas jajahan Inggris). (Ist)

AUKUS sendiri fokus pada kapabilitas militer AS, Australia, dan Inggris. Aliansi ini meliputi elemen perang siber, kepintaran buatan (AI), kemampuan bawah laut, dan teknologi nuklir.

AUKUS dipandang sebagai pakta yang tidak sejalan dengan komitmen nonproliferasi nuklir atau janji tidak membuat atau menyebarkan senjata nuklir. Dalam kesepakatan AUKUS, Australia akan mendapat bantuan dari AS dan Inggris untuk mengembangkan kapal selam bertenaga nuklir.

Komunitas internasional meyakini AUKUS sebagai salah satu upaya menghadapi pengaruh Tiongkok di kawasan. Namun, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menegaskan AUKUS tidak ditujukan menghadapi ‘Negeri Tirai Bambu.’

Bendera negara-negara Quadrilateral Security Dialogue (QUAD) sebuah aliansi militer antara Amerika Serikat, Japan, India and Australia yang didirikan 2017. (Ist)

Sejarah Uni Soviet

Setelah Perang Dunia ke II, Rusia pernah menjadi negara Super Power di dalam Union of Soviet Socialist Republic (USSR). Negara yang pernah mengalahkan Nazi Jerman dan mengakhiri perang dunia tersebut akhirnya runtuh pada 25 Desember 1991, kemudian menjadi 15 negara baru: Armenia, Azerbaijan, Belarusian, Estonia, Georgia, Kazakhstan, Kirgizstan, Latvia, Lithuania, Moldova, Russia, Tajikistan, Turkmenistan, Ukraine, dan Uzbekistan.

Dipimpin Amerika Serikat, kemudian NATO melanjutkan ekspansinya. Negara-negara ex USSR mulai bergabung dengan NATO. Estonia, Latvia dan Lithuania bergabung pada 2004. Disusul Georgia dan Ukraina ditawari jadi anggota pada 2008.

Vladimir Putin, jelas  berkeberatan dengan ekspansi NATO.

“Amerika Serikat berada di depan pintu kami dengan rudal. Bagaimana perasaan Amerika Serikat jika rudal kami, Federasi Rusia, dikerahkan di perbatasan Kanada atau Mexico?” demikian disampaikan Vladimir Putin.

Bendera negara-negara Quadrilateral Security Dialogue (QUAD) sebuah aliansi militer antara Amerika Serikat, Japan, India and Australia yang didirikan 2017. (Ist)

Vladimir Putin dengan resmi meminta pada Desember 2021. Jika Ukraina menjadi anggota NATO, Rusia akan merasa dilingkari/terkepung dan jelas ini tidak dapat diterima.

Apalagi menurut Connie, Presiden Rusia Vladimir Putin, sudah memperingatkan secara keras bagi anggota NATO untuk tidak ikut campur urusannya dengan Ukraina, karena itu langkah antisipasi ancaman kedaulatan Rusia yang sangat prinsip.

“Kita harus memahami, di satu sisi. Bagi Rusia, kedaulatan sangat prinsip. Pemerintah Republik Indonesia, untuk hati-hati di dalam memberikan pernyataan sikap, sehubungan serangan Rusia ke Ukraina, jangan sekonyong-konyong antipasti tetapi harus mampu melihat internal affairs Ukraine dan beban kekhawatiran Vladimir Putin atas kepentingan nasional Russia,” ungkap Connie Rahakundinie Bakrie.

Salah satu Divisi tank angkatan darat militer Uni Soviet di era 1980 an. (Ist)

“Ketika Ukraina dihajar Rusia, faktanya negara NATO dan Amerika Serikat, tidak berani mengambil langkah lebih lanjut, karena jika dihadapi dengan frontal, dampaknya akan lebih serius, yaitu semakin kompaknya kekuatan militer China dan Rusia,” tambah Connie Rahakundinie Bakrie.

THE QUAD, AUKUS, FPDA dan rencana Pakta Pertahanan Timur Tengah  

Connie Rahakundini Bakrie, juga mengatakan, dibicarakannya dengan serius langkah mewujudkan Pakta Pertahanan Timur Tengah dan Israel menindak lanjuti Abraham Accord di 2018, adalah kekuatan militer yang harus dicermati Indonesia.

Menurut Connie Rahakundini Bakrie, mulai ada keinginan mereka mewujudkan keseimbangan regional dunia, dan ini muncul kembali arena melihat dampak tindakan tegas Rusia terhadap Ukraina.

Senjata laser Rusia hari ini. (Ist)

Latihan maritim Rusia di laut Mediterania – misalnya, menurut Connie Rahakundini Bakrie, berfungsi sebagai pesan kepada NATO – mengenai Timur Tengah dan perbatasan Suriah – Israel menunjukkan bahwa Rusia dapat bertindak untuk mengacaukan stabilitas Timur Tengah jika Vladimir Putin mau.

“Jika sekarang kita bicara Kawasan Indo Pacific,  aliansi QUAD, AUKUS, FPDA, kalau tidak segera dicermati dan diantisipasi, maka gerakan separatis di Papua dan Indonesia bagian Timur akan bergerak kencang, memisahkan diri dari Indonesia. Karena kita semua tahu, banyak kepentingan asing, agar Papua memisahkan diri dari Indonesia,” ujar Connie Rahakundini Bakrie.

Menurut Connie Rahakundini Bakrie, ini persis sama dengan terbelahnya Ukraine dalam lingkungan domestic politik dalam negerinya.

Presiden Rusia, Vladimir Putin. (Ist)

Sebelum 1917, Rusia dan Ukraine adalah bagian dari kekaisaran Rusia. Ketika kekaisaran Rusia bubar setelah revolusi Rusia, Ukraina mendeklarasikan kemerdekaannya. Tapi kemudian bergabung dengan USSR.

Sejarah inilah, menurut Connie Rahakundini Bakrie yang telah membelah interest Ukraine di sisi barat dan Timur.

Sisi barat memihak lebih pada NATO dan sisi  timur Ukraine memihak lebih pada ‘grand history of Russia’.

Pemberontak yang didukung Rusia memiliki kendali atas sebagian besar wilayah Ukraina timur.

Quadrilateral Security Dialogue (QUAD) merupakan aliansi militer Amerika Serikat, Jepang, India dan Australia yang didirikan pada tahun 2017.

Sementara, The Five Power Defence Arrangements (FPDA) adalah serangkaian hubungan pertahanan bilateral yang dibentuk oleh serangkaian perjanjian multilateral antara Inggris, Australia, Selandia Baru, Malaysia, dan Singapura (semua anggota Persemakmuran).

FPDA ditandatangani pada tahun 1971, di mana lima kekuatan harus berkonsultasi satu sama lain “segera ” dalam hal atau ancaman serangan bersenjata di Malaysia atau Singapura untuk tujuan memutuskan tindakan apa yang harus diambil secara bersama-sama atau secara terpisah sebagai tanggapan.

Sewaktu-waktu kekuatan aliansi militer FPDA, AUKUS, QUAD dapat menjadi Pakta Pertahanan Indo Pasifik yang bisa saja membuat Indonesia dan negara-negara non aliansi mereka, termasuk China, merasa pada posisi dikeroyok.

“Sama seperti Rusia yang merasa sedang dikeroyok NATO. Bedanya, aliansi ini, belum resmi menjadi NATO Asia saja. But will be soon…?” tanya Connie Rahakundini Bakrie.

“Dalam perspektif hukum internasional, apa yang dilakukan Rusia sangatlah tidak benar.”

“Namun berbagai bentuk provokasi dari NATO yang terus saja melakukan ekspansi pengaruh dengan memperluas keanggotannya juga menyebabkan ketidak seimbangan konfigurasi kekuatan dunia yang mengarah pada hegemoni.”

“Karena itulah sesuai politik luar negeri bebas aktif, Indonesia harus mengambil prakarsa melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Jangan sampai persoalan tersebut membawa eskalasi perang yang lebih luas.”

Apa yang terjadi di Ukraina menunjukkan kebenaran pemikiran Presiden Indonesia, Soekarno, melalui pidato To Build the World A New tahun 1960, bahwa negara-negara besarlah yang sering kali bertindak menciptakan instabilitas dunia melalui perang.

“Baik itu dari Blok Barat maupun Blok Timur, dan dalam situasi itulah kepemimpinan Indonesia harus mampu tampil tegas secara diplomatic untuk menjalankan  upaya mewujudkan perdamaian dunia.”

Menurut Connie Rahakundini Bakrie, dari persepektif keseimbangan Kawasan untuk terwujudnya keseimbangan dunia maka yang mau dibangun Presiden Rusia, Vladimir Putin, adalah justru keseimbangan regional di Eropa Timur dan Rusia.

Lagipula menurut Connie Rahakundini Bakrie, Rusia sudah warning sejak 2008, agar Amerika dan NATO jangan terus melebarkan sayap NATO pada wilayah eks USR yang utamanya berbatasan langsung dengan Rusia.

“Dari sisi Russia ini seperti Papua, Sumatra, Kalimantan, masuk Blok Barat, dan Jawa dikepung dari segala arah. Jangan lupa, Vladimir Putin sedang membangun semangat One Russ, karena secara ekonomi, politik, sosial dan budaya sesuai sejarah mereka sejak abad IX,” ujar Connie Rahakundinie Bakrie.

“Itu seperti kita bilang Negara Kesatuan Republik Indonesia, harga mati. Russia masih diam. Tapi saat Ukraine masuk itu seperti Papua, akan diambil alih.”

“Saya tidak dukung invasion ini, tapi saya mencoba memberikan gambaran kita harus hati-hati bersikap dan harus paham sejarah panjang Rusia dan Ukraina dengan ide One Russ bagi Ukraina yang tengah dirancang Vladimir Puitin,” ujar Connie Rahakundini Bakrie.

Kepentingan Nasional & Kedaulatan Rusia Dimata Putin

Bagi Rusia, ujar Connie Rahakundini Bakie, paling prinsip adalah soal kedaulatan, dan ekspansi anggota NATO ke Eropa Timur, apalagi menyasar negara bekas wilayah USSR, adalah ancaman.

Ancaman harus diantisipasi dari awal, sikap Ukraina secara lantang ingin menjadi anggota NATO dipersepsikan sebagai tantangan secara terbuka bagi Rusia.

Tujuan Rusia adalah untuk mewujudkan tatanan internasional baru di mana ia memainkan peran penting.

Pentingnya pengaruh Rusia di ruang pasca USSR sangat penting bagi Moskow, terutama mengenai ukraina.

Tuntutan Rusia yang diajukan di meja perundingan tetap sama. Agar Ukraina tidak bergabung dengan NATO, dan NATO mundur secara militer dalam lingkup pengaruh Rusia di Eropa timur.

Maka, ketika Rusia menyelesaikan gerakan militernya di Ukraina, Kamis, 24 Februari 2022, kemudin Ukraina akan menuntut konferensi internasional untuk menetapkan pengaturan regional baru – dan negara-negara barat tampaknya harus menyetujui hal ini.

Karenanya, Connie Rahakundini Bakrie, meyakini bahwa pada tahap ini, Rusia hanya bermaksud untuk melakukan konflik militer di perbatasan Ukraina dan tidak akan melintasi perbatasan menuju negara-negara NATO.

Menurut Connie Rahakundini Bakrie, serangan Rusia, Kamis, 24 Februari 2022, hanya memberikan peringatan bagi Ukraina, NATO dan Amerika Serikat, untuk tidak boleh main-main dengan peringatan Rusia.

Karena yang diserang hanya fasilitas militer. Kalau ingin membuat Ukraine rata dengan tanah, hanya butuh waktu hitungan beberapa jam saja bagi Rusia. Rusia hanya mengingatkan.

“Karena pangkal masalahnya, Vladimir Putin ingin NATO berpikir ulang jika ingin memperluas pengaruhnya negara ex USSR yang notabene bersentuhan langsung dengan kepentingan kedaulatan Rusia,” kata Connie Rahakundini Bakrie.

Connie Rahakundini Bakrie, mengatakan, “Kita lihat sekarang, setelah Ukraina diserang Rusia, NATO dan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengeluarkan pernyataan sangat hati-hati dan tidak melakukan bantuan militer pada Ukraine.”

Adapun terkait sanksi yang dijatuhkan barat akan menimbulkan kesulitan ekonomi signifikan bagi Rusia, tetapi tidak cukup untuk mencegah perang Rusia dan penyelesaian gerakan militer di Ukraina.

Tampaknya intensifikasi sanksi telah dipertimbangkan baik-baik, meski sanksi tambahan dapat merugikan Vladimir Putin

Perhatian harus diberikan pada kenaikan harga minyak dan dampaknya terhadap ekonomi Rusia, yang bergantung pada ekspor minyak dan gas.

Rusia berharap dengan itu meningkatkan tekanannya pada Barat selain menerapkan langkah tambahan.

“Memperbesar market energy Federasi Rusia pada China, misalnya. Ini akan menjadi masalah strategis lain lagi dan pasti ditimbang sangat oleh negara-negara penerima aliran oli dan gas dari Rusia,” ujar Connie Rahakundini Bakrie. (Aju)

Artikel Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,100PelangganBerlangganan

Terbaru