BANDARLAMPUNG – Semangat untuk menciptakan Indonesia baru saat reformasi 1998 yang menggulingkan kekuasaan Orde Baru telah gagal dan mati sendiri. Nasib rakyat dan bangsa Indonesia kembali dicengkeram dominasi neoliberalisme yang menguasai sendi-sendi elit politik dalam pemerintahan Indonesia dari rezim Habibie, Megawati, Soesilo Bambang Yudhoyono sampai Presiden Joko Widodo. Hal ini ditegaskan Juru Bicara Jaringan ’98 Lampung Ricky Tamba, kepada Bergelora.com di Bandarlampung, Selasa (19/5).
“Reformasi 1998 telah mati, yang diwariskan tinggal kebebasan semu, yang ternyata tidak mampu mengangkat hajat hidup rakyat banyak,” ujarnya.
Ricky menuturkan 17 tahun reformasi telah melahirkan kebebasan, tetapi gagal menuntaskan agenda perjuangan terpenting menyangkut kesejahteraan rakyat seperti kebutuhan pokok, pendidikan dan kesehatan. Selain itu musuh utama perjuangan Gerakan Reformasi 1998 yakni korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), semakin merajalela.
“Harga-harga kebutuhan pokok melambung tinggi karena diserahkan ke mekanisme pasar, pendidikan dan kesehatan kunci peningkatan kemakmuran rakyat jadi komoditas mahal, produksi usaha rakyat seperti pertanian sangat dikendalikan mafia dan tengkulak. Pengangguran dan kriminalitas meningkat hingga pedesaan. Lebih dari tigaratus kepala daerah dan tigaribuan anggota legislatif tersangkut kasus korupsi, dan kini ditiru banyak kepala desa korup,” paparnya atas kondisi terkini.
Ricky menegaskan, matinya reformasi disebabkan oleh 2 hal pokok yakni agresi neoliberalisme dan ‘ngawurisme’ yang menjangkiti mayoritas elite dan aktivis 1998 yang rela menjadi agen penjual bangsa.
“Bagaimana Indonesia maju kalau sumber daya potensial telah diserahkan ke asing melalui liberalisasi ekonomi-politik lewat amandemen UUD 1945 dan penerapan banyak Undang-undang yang melegalisasi agresi kapitalisme internasional hingga pelosok daerah? Bagaimana reformasi mau berhasil kalau mayoritas elite dan aktivis 1998 terjangkit ‘ngawurisme’, rela menjadi agen penjual bangsa, cuek masa’ bodoh terhadap nasib mayoritas rakyat miskin, hanya mikirin perutnya sendiri?” kecam dia.
Namun Ricky Tamba masih berharap pemerintahan Joko Widodo bisa segera sadar dan mengembalikan kepentingan rakyat sesuai janji Nawacita dan berani melawan berbagai kepentingan yang akan menghancurkan Indonesia. (Ernesto A. Goevara)